* Hindarilah sikap kurang puas hati dan perbanyaklah diam. Allah berfirman: Artinya : ”Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan orang yang menyeru manusia memberikan sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (An Nisa 114) Ketahuilah, di setiap saat dan setiap tempat ada yang senantiasa memperhatikan dan mencatat setiap ucapanmu”Seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf 17- 18) Karena itu, berbicaralah hanya yang perlu saja. Ringkaskan ucapanmu, serta cukuplah hingga sesuai dengan maksud pembicaraanmu.
* Bacalah Al-Qur’an Al-Karim dan buat jadual harian untuk tadarus serta usahakan menghafalnya semampumu agar engkau mendapat pahala yang besar di hari kiamat nanti. Artinya : Abdullah bin Umar Ra meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW berbeda: Kepada yang senang membaca Al- Qur’ an di hari kiamat nanti dikatakan: ”Bacalah dan perbaikilah bacaanmu sebagaimana yang telah kamu kerjakan di dunia dahulu, maka sesungguhnya kedudukanmu itu tergantung kepada akhir ayat yang sedang kamu baca itu.” (HR- Tirmidzi)
* Bukanlah merupakan suatu kebaikan apabila kamu berbicara dan selalu berkomentar terhadap setiap hal yang kamu dengar, sebab hal itu dapat menjatuhkanmu ke dalam kebohongan. Artinya : Abu Huraifah Ra berkata bahwa Nabi Muhammad Saw : ”Cukuplah bagi orang itu disebut pembohong jika ia berbicara dengan setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim).
* Jauhilah sifat sombong dan membanggakan diri dengan sesuatu yang tidak kamu punyai dengan tujuan memperbanyak harta dan mendapat ketenaran di mata manusia. Artinya : Aisyah Ra, meriwayatkan bahwa seorang wanita bertanya kepada Rasulullah SAW : ”Bolehkah saya mengatakan bahwa suami saya telah memberikan sesuatu padahal dia tidak memberikan sesuatu kepadaku?” Rasulullah lalu bersabda : ”Orang yang menyiarkan tentang apa yang tidak dia terirna (pernberian) bagaikan orang yang memakai dua baju kebohongan.” (Muttafaq alaihi) .
* Zikrullah itu mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seorang muslim, baik dilihat secara ruhaniyah, kejiwaan, jasmani maupun sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu jagalah, wahai saudaraku, ingatlah kepada Allah Ta’ala setiap saat walau bagaimanapun keadaannya. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memuji hamba-hamba-Nya yang mukhlis. Firman-Nya: ”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah swt baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring.” (Ali Imran 191). Artinya : Abdullah bin Basar Ra pernah menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki berkata: ”Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam itu telah cukup banyak dalam pandangan saya, untuk itu beritahu saya dengan sesuatu yang bisa saya jadikan pegangan.” bersabda Rasulullah:”Lidahmu itu akan terus basah dengan berdzikir kepada Allah.” (HR. Tinnidzi).
* Jika kamu ingin berbicara, maka jauhilah dari membesar-besarkan diri, bermanis-manis kata dan terlena dalam buaian kata. sebab itu merupakan sifat yang dibenci oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda : Artinya : ”Sesungguhnya sesuatu yang paling saya benci dan paling jauh posisinya dariku pada hari kiamat adalah mereka yang banyak bicara, angkuh dalam berucap dan besar mulut.” (HR. Tarmidzi).
* Jadikanlah pribadi Rasulullah SAW sufi teladan yang baik. Di antaranya banyak diam, berpikir dan tidak banyak tertawa, apalagi sampai hanyut di dalamnya. Artinya : Sammak berkata, ”Saya bertanya kepada Jabir bin Samirah: Apakah dulu kamu selalu hadir dalam majelis Rasulullah?” Jabir bin Samirah menjawab, ”Benar , beliau banyak diam dan sedikit tertawa. Pernah sahabatnya membaca syair dan saling betukar pikiran tentang masalah mereka, kemudian mereka tertawa, tapi Rasulullah hanya tersenyum saja.” (HR. Ahmad). Jadikanlah ucapanmu selalu condong kepada kebajikan. Jika tidak, maka diammu itu lebih baik. Bersabda Rasulullah SaW Barangsiapa yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik, atau (kalau tidak bisa) diamlah.” (AR. Bukhari)
* Jangan memotong pembicaraan orang, membatasi atau meremehkannya.Jadilah pendengar yang baik.Bantahlah mereka dengan uslub (metode) yang baik sebagai cermin dari kepribadian.
* Hindari segala bentuk celaan, menggunjing, atau membicarakan aib orang lain.”Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mencela kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang dicela itu) lebih baik dari mereka (yang mencela). Dan begitu pula wanita terhadap wanita lainnya, boleh jadi wanita yang dicela tadi lebih baik dari wanita yang mencela.” (A1 Hujaraat 11) Bersabda Rasulullah SAW : Artinya: Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya dia tidak menzaliminya, tidak mengecewakannya. juga tidak pula menghinanya. Maka cukuplah seorang itu digolongkan dalam keburukan bila ia menghina saudaranya yang muslim.” (HR. Muslim).
* Jika kamu mendengar bacaan AI Qur’an Al Karim, maka hentikanlah segala pembicaraan bagaimanapun pentingnya sebagai rasa hormat terhadap Kalamullah. dan juga sebagai pelaksanaan perintah-Nya. “Dan apabila AI Qur.an dibacakan maka dengarkanlah dan perhatikan dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Al A’raf 204).
* Pandai-pandailah dalam memilih kata sebelum ke luar dari mulutmu. Jagalah perkataanmu agar tetap bersih. cocok dan sesuai dengan kebenaran, jauh dari keburukan, serta tidak menimbulkan kemurkaan Allah Ta’ala. karena setiap kata mempunyai tanggung jawab yang besar. Berapa banyak kata yang bisa menyebabkan si pembicaranya masuk surga, dan berapa banyak pula kata yang memasukkan orangnya ke dasar neraka jahannam. Artinya: Abu Hurairah Ra berkata Nabi Muhammad SA W bersabda: ”Seorang hamba yang jika berbicara semata-mata yang diridhoi Allah dan seolah-olah tidak dihiraukan orang, maka Allah akan mengangkat derajatnya. Namun seorang hamba berbicara dengan ucapan yang dibenci Allah seolah-olah tidak dihiraukan orang, maka ucapan itu akan membawanya ke neraka jahannam.” (HR. Bukhari). Mu’adz Ra bertanya kepada Nabi Saw : Artinya: “Ya Rasulullah, apakah kita bertanggung jawab terhadap semua yang kita ucapkan?” Rasulullah Saw menjawab: ”Ibumu pasti kehilangan kamu, wahai Mu’adz! Tidaklah manusia itu ditelungkupkan wajahnya ke dalam neraka kecuali karena tergelincimya lidah (akibat ucapan) mereka.” (HR. Turmudzi).
* Gunakanlah lidahmu yang merupakan nikmat Allah yang agung bagimu untuk amar makruf nahi munkar dan dakwah kepada kebajikan.”Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (An Nisa 114)
* Wahai saudaraku,belajar (menuntut ilmu) itu merupakan hal yang terpuji dan mulia. Syifa’ binti Abdillah berkata, Nabi Saw pernah masuk ke dalam rumah ketika saya berada di rumah Hafsah, kemudian beliau bertanya kepada saya, ” Apakah kamu tidak mengajari ini (yakni Hafsah) penangkal seekor semut sebagaimana kamu telah mengajarinya tulis menulis?” (HR. Ahmad).
* Maksud dan tujuan menuntut ilmu itu bukan hanya untuk memperoleh ijazah, untuk mendapatkan pekerjaan atau status sosial,tapi untuk mengetahui berbagai urusan agama.Hukum-hukumnya dan memperbaiki bacaan Al-Qur’an Al-Karim sehingga seorang wanita dapat beribadah kepada Robb-nya dengan dasar pemahaman yang jelas.Seperti diketahui, salah satu tujuan menuntut ilmu adalah untuk menelaah teori belajar yang tepat sebagaimana yang tercermin dalam kehidupan Rasulullah Saw, para sahabat dan para pendahulu umat ini, agar kita hidup dalam kebahagiaan dan ketenangan.
* Jauhilah setiap bentuk gurauan dan celaan. Jangan bersikap sombong terhadap orang lain dalam menuntut ilmu. dan jadikanlah sifat tawadhu (rendah hati) cermin pribadimu agar prestasimu bisa maju dan naik. Kalau tidak demikian maka niscaya ilmumu akan membawa bencana bagimu. Ka'ab bin Malik Ra berkata, Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: ”Barang siapa menuntut ilmu karena untuk bersaing dengan para alim atau karena hendak membantah orang-orang bodoh dan karena mau menarik perhatian manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. Tirmidzi)
Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati, dan bahawasanya pada hari kiamat sahajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga maka sesungguhnya ia telah berjaya. Dan (ingatlah bahawa) kehidupan di dunia ini (meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya) tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya. (3:185)
24 October 2010
Sabarlah dalam dakwah!!
Sabar di dalam berdakwah memiliki peranan amat penting bagi setiap da’i. Baik berdakwah kepada keluarga, masyarakat maupun kepada penguasa. Sabar secara umum merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Oleh karena itu, Allah memeritahkan kita untuk bersikap sabar, Dia berfirman, “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan (QS 16: 127 - 128)
Di dalam ayat yang lain disebutkan, “Maka bersabarlah kamu seperti orang – orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul – rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. (QS Al Ahqaf : 35)
Allah SWT telah menjelaskan kepada kita semua, bahwa kehidupan ini penuh dengan ujian dan cubaan. Salah satu hikmah diturunkannya cubaan dan ujian adalah agar diketahui mana orang yang jujur dan mana yang dusta, mana yang benar – benar mukmin dan yang munafik, mana yang bersabar dan mana yang tidak.
Seorang muslim memerlukan kesabaran yang ekstra kuat, hal ini karena keberadaan seorang muslim menepati nilai tersendiri di masyarakat pada umumnya. Nabi Saw telah bersabda, bahwa semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin berat ujian yang dihadapi, beliau bersabda, “Orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian yang semisal mereka lalu yang semisal mereka. Seseorang diberi ujian berdasrkan tingkatnya dalam beragama.” (HR At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Al Hakim. Dihasankan oleh Al Albani)
Maka kesabaran bagi kita amatlah penting, di antara pentingnya kesabaran di dalam berdakwah adalah sebagai berikut :
Sabar di dalam Berdakwah Ibarat Kepala Bagi Badan
Dapat dikatakan, bahwa tidak ada dakwah yang tanpa kesabaran, sebagaimana tidak ada badan yang tanpa kepala. Jika kepala lepas dari badan, maka itu artinya kematian. Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Kedudukan sabar terhadap iman, ibarat kedudukan kepala terhadap badan. Maka tidak ada iman bagi orang yang tidak punya kesabaran, sebagaimana jasad juga tak bererti tanpa adanya kepala.”
Sabar Merupakan Pintu Kebahagiaan
Sebagaimana firman Allah Swt, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar – benar berada dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Ashr : 1 - 3)
Sabar Sarana Muroqobatullah Yang Utama
Hanya kesabaranlah yang akan dibalas oleh Allah Swt dengan pahala berlimpah. Hal ini menunjukkan, bahwa ia merupakan amal yang sangat utama dan tinggi kedudukannya. Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya hanya orang – orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (QS 39 : 10)
Kesabaran Meringankan Penderitaan
Setiap muslim dan terutama para da’i pasti menghadapi tentangan dalam hidupnya, kerana seorang da’i mengajak manusia untuk meninggalkan hawa nafsu dan syahwat yang dibenci oleh Allah Swt. Maka orang – orang yang berseberangan dengan dakwah Islam, pasti akan memusuhi dengan segenap tenaga bahkan bila perlu dengan angkat senjata. Menghadapi rintangan semacam ini seorang da’i mau tidak mau harus memegang keyakinan dengan teguh dan bersabar, karena sabar merupakan pedang yang tak pernah tumpul dan sinar yang tak kenal redup.
Sabar Adalah Sifat Para Nabi dan rasul Allah SWT mendapatkan keselamatan, kesuksesan dan kekuatan dikeranakan sikap sabar mereka
Allah SWT berfirman, “Maka bersabarlah Kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali – kali janganlah orang – orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat – ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS 30 : 60) Lukman Al Hakim, seorang yang telah diberikan hikmah oleh Allah SWT, telah mewasiatkan kesabaran kepada anaknya, sebagaimana yang telah difirmankan Allah Subhanahu wa T’ala, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal – hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS 31 : 17)
Sabar Menghantarkan Kepada Pertolongan Allah
Hal ini tentunya bukan berarti degnan meninggalkan usaha (ikhtiar), kerana pertolongan dari Allah tidak mungkin tercapai dengan sendirinya tanpa melakukan sebab – sebab yang mengantarkan kepadanya. “Jika bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS 3 : 120)
Sabar Adalah Separuh Iman
Sabar dan syukur adalah inti keimanan, Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda – tanda (kekuasaan Allah) bagi orang penyabar dan banyak bersyukur.” (QS 14 : 5) Nabi Saw telah menyifati seorang mukmin dengan sifat yang menakjubkan, sifat itu tidak akan didapati, kecuali pada seorang mukmin, yaitu, “Kalau mendapatkan kelapangan, maka ia bersyukur, yang demikian adalah baik baginya. Dan apabila ditimpa kesempitan, maka ia bersabar dan itu pun baik baginya juga.” (HR Muslim)
Sabar merupakan Sebab Untuk Meraih Kesempurnaan
Kesempurnaan iman hanya akan dapat diraih dengan kemauan keras dan keteguhan, oleh karena itu, dalam sebuah riwayat disebutkan doa berikut, “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keteguhan dari setiap urusan dan kemauan keras dalam meraih petunjuk.” Keteguhan dan kemauan yang keras tidak akan dapat berdiri dengan tegak, tanpa ada kesabaran.
Kebaikan dunia akhriat bagi orang yang Sabar
Allah SWT beserta orang yang sabar, Allah mencintai orang yang sabar, mendapatkan kesejahteraan dan rahmat dari Allah, mendapatkan pertolongan, dijaga dari tipu daya musuh dan yang paling penting adalah ia berhak mendapatkan surga, sebagaimana firman Allah Swt, artinya, “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya”. (QS 25 : 75)
Rejukan : Buku, “Anwa’u ash-shabr wa Majalatihi fi Dlau’al-Kitab wa as-Sunnah,” hal 7 – 27 Dr. Sa’id bin Ali bin Wahfal al-Qahthani.
Di dalam ayat yang lain disebutkan, “Maka bersabarlah kamu seperti orang – orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul – rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. (QS Al Ahqaf : 35)
Allah SWT telah menjelaskan kepada kita semua, bahwa kehidupan ini penuh dengan ujian dan cubaan. Salah satu hikmah diturunkannya cubaan dan ujian adalah agar diketahui mana orang yang jujur dan mana yang dusta, mana yang benar – benar mukmin dan yang munafik, mana yang bersabar dan mana yang tidak.
Seorang muslim memerlukan kesabaran yang ekstra kuat, hal ini karena keberadaan seorang muslim menepati nilai tersendiri di masyarakat pada umumnya. Nabi Saw telah bersabda, bahwa semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin berat ujian yang dihadapi, beliau bersabda, “Orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian yang semisal mereka lalu yang semisal mereka. Seseorang diberi ujian berdasrkan tingkatnya dalam beragama.” (HR At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Al Hakim. Dihasankan oleh Al Albani)
Maka kesabaran bagi kita amatlah penting, di antara pentingnya kesabaran di dalam berdakwah adalah sebagai berikut :
Sabar di dalam Berdakwah Ibarat Kepala Bagi Badan
Dapat dikatakan, bahwa tidak ada dakwah yang tanpa kesabaran, sebagaimana tidak ada badan yang tanpa kepala. Jika kepala lepas dari badan, maka itu artinya kematian. Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Kedudukan sabar terhadap iman, ibarat kedudukan kepala terhadap badan. Maka tidak ada iman bagi orang yang tidak punya kesabaran, sebagaimana jasad juga tak bererti tanpa adanya kepala.”
Sabar Merupakan Pintu Kebahagiaan
Sebagaimana firman Allah Swt, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar – benar berada dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Ashr : 1 - 3)
Sabar Sarana Muroqobatullah Yang Utama
Hanya kesabaranlah yang akan dibalas oleh Allah Swt dengan pahala berlimpah. Hal ini menunjukkan, bahwa ia merupakan amal yang sangat utama dan tinggi kedudukannya. Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya hanya orang – orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (QS 39 : 10)
Kesabaran Meringankan Penderitaan
Setiap muslim dan terutama para da’i pasti menghadapi tentangan dalam hidupnya, kerana seorang da’i mengajak manusia untuk meninggalkan hawa nafsu dan syahwat yang dibenci oleh Allah Swt. Maka orang – orang yang berseberangan dengan dakwah Islam, pasti akan memusuhi dengan segenap tenaga bahkan bila perlu dengan angkat senjata. Menghadapi rintangan semacam ini seorang da’i mau tidak mau harus memegang keyakinan dengan teguh dan bersabar, karena sabar merupakan pedang yang tak pernah tumpul dan sinar yang tak kenal redup.
Sabar Adalah Sifat Para Nabi dan rasul Allah SWT mendapatkan keselamatan, kesuksesan dan kekuatan dikeranakan sikap sabar mereka
Allah SWT berfirman, “Maka bersabarlah Kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali – kali janganlah orang – orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat – ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS 30 : 60) Lukman Al Hakim, seorang yang telah diberikan hikmah oleh Allah SWT, telah mewasiatkan kesabaran kepada anaknya, sebagaimana yang telah difirmankan Allah Subhanahu wa T’ala, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal – hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS 31 : 17)
Sabar Menghantarkan Kepada Pertolongan Allah
Hal ini tentunya bukan berarti degnan meninggalkan usaha (ikhtiar), kerana pertolongan dari Allah tidak mungkin tercapai dengan sendirinya tanpa melakukan sebab – sebab yang mengantarkan kepadanya. “Jika bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS 3 : 120)
Sabar Adalah Separuh Iman
Sabar dan syukur adalah inti keimanan, Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda – tanda (kekuasaan Allah) bagi orang penyabar dan banyak bersyukur.” (QS 14 : 5) Nabi Saw telah menyifati seorang mukmin dengan sifat yang menakjubkan, sifat itu tidak akan didapati, kecuali pada seorang mukmin, yaitu, “Kalau mendapatkan kelapangan, maka ia bersyukur, yang demikian adalah baik baginya. Dan apabila ditimpa kesempitan, maka ia bersabar dan itu pun baik baginya juga.” (HR Muslim)
Sabar merupakan Sebab Untuk Meraih Kesempurnaan
Kesempurnaan iman hanya akan dapat diraih dengan kemauan keras dan keteguhan, oleh karena itu, dalam sebuah riwayat disebutkan doa berikut, “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keteguhan dari setiap urusan dan kemauan keras dalam meraih petunjuk.” Keteguhan dan kemauan yang keras tidak akan dapat berdiri dengan tegak, tanpa ada kesabaran.
Kebaikan dunia akhriat bagi orang yang Sabar
Allah SWT beserta orang yang sabar, Allah mencintai orang yang sabar, mendapatkan kesejahteraan dan rahmat dari Allah, mendapatkan pertolongan, dijaga dari tipu daya musuh dan yang paling penting adalah ia berhak mendapatkan surga, sebagaimana firman Allah Swt, artinya, “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya”. (QS 25 : 75)
Rejukan : Buku, “Anwa’u ash-shabr wa Majalatihi fi Dlau’al-Kitab wa as-Sunnah,” hal 7 – 27 Dr. Sa’id bin Ali bin Wahfal al-Qahthani.
17 October 2010
Kesan Aqidah Dalam Hidup Kita
Menurut almarhum Abul A'la al Maududi, pengakuan beriman kepada Allah SWT sebenarnya boleh meninggalkan kesan ke atas kehidupan manusia. Malah, katanya, orang yang tidak beriman dengan Allah SWT akan mengalami kegagalan dan
kerugian yang besar.
Apakah kesan beriman dengan Allah SWT? Apakah kerugian yang dialami orang yang tidak beriman?
1. Berpandangan luas
Menurut al.Maududi, orang yang beriman dengan Allah tidak mungkin mempunyai pandangan yang sempit kerana dia percaya kepada Yang Menciptakan langit dan bumi, Pemilik alam semesta, Pemilik barat dan timur, Pemberi rezeki dan Pendidik makhluk. Dia tidak akan menemui sesuatu yang ganjil dalam alam ini kerana segala sesuatu yang ada di dalamnya adalah milik Allah. Tidak ada sesuatu pun dalam alam ini yang dapat menghalang dan membataskan rasa cintanya dan kecenderungannya untuk memberi pertolongan dan khidmat kepada sesama manusia.
Bagaimanapun pandangan seperti ini tidak mungkin ada pada orang yang menganut fahaman tuhan yang berbilang-bilang, yang beri'tiqad Allah mempunyai sifat serba kekurangan dan terbatas seperti manusia atau orang yang tidak percaya kepada Allah sama sekali.
2. Melahirkan rasa bangga dan harga diri.
Orang yang beriman kepada Allah berasa bangga sebagai manusia dan mempunyai harga diri. Dia mengetahui Allah adalah Pemilik sebenar segala kekuatan yang ada dalam alam ini, tidak ada yang memberi manfaat dan mudarat kecuali Allah, tidak ada yang menghidup dan mematikan kecuali Allah serta tidak ada yang memiliki hukum, kekuasaan dan kedaulatan kecuali Allah
.
Oleh itu, keimanannya kepada Allah menyebabkan dia t'dak berhajat kepada yang lain daripada Allah. Tercabut dari dalam hatinya rasa takut kepada yang lain daripada Allah. Dia tidak menundukkan kepalanya di hadapan makhluk, tidak merendahkan diri dan mengemis kepada manusia dan tidak gentar dengan kesombongan dan kebesaran manusia.
Sifat seperti ini tidak mungkin ada pada manusia yang tidak beriman dengan Allah. Antara perkara yang menyebabkan syirik, kufur dan murtad ialah seseorang mahu menundukkan kepalanya kepada yang lain daripada Allah dan menganggapnya berkuasa memberi manfaat dan mudarat. Ia takut dan bergantung harap kepadanya.
3. Rendah hati sesama manusia.
Orang yang beriman dengan Allah tidak mungkin menjadi angkuh, tidak mensyukuri nikmat dan tidak terpedaya dengan kekuatan dan kemahiran yang dimilikinya kerana dia tahu dan yakin semua itu adalah kurniaan Allah kepadanya. Malah dia sedar Allah berkuasa mengambilnya kembali apabila Dia menghendaki.
Manusia yang tidak percaya kepada Allah akan mengingkari nikmat, menyombong dan mengangkat kepala apabila memperolehi nikmat yang sementara kerana menganggap nikmat itu hasil usaha dan kecekapannya. Begitu juga orang yang musyrik menjadi sombong apabila mendapat nikmat kerana menyangka dia mendapat perhatian lebih daripada Tuhannya berbanding orang lain.
4. Jiwa yang bersih dan beramal saleh
Orang yang beriman dengan Allah yakin tidak ada jalan untuk mencapai keselamatan dan keuntungan kecuali dengan jiwa yang bersih dan beramal saleh. Kesedaran itu timbul kerana dia beriman kepada Allah yang Maha Kaya dan Maha Adil, bergantung harap segala sesuatu kepada-Nya.
Sebaliknya orang yang musyrik dan kafir menghabiskan masa hidup mereka untuk angan-angan yang palsu. Di antara mereka ada yang berkata: "Sesungguhnya anak Allab telah menjadi penebusan dosa-dosa kita kepada Bapanya."'Ada juga yang berkata: "Kami adalah putera Allah dan kekasihnya, maka Ia tidak akan menyiksa kami kerana dosa kami."Ada juga yang berkata: "Kami akan meminta syafaat pada sisi Allah kepada pembesar kami dan orang yang bertaqwa di kalangan kami.' Ada juga di kalangan mereka yang menyembahkan nazar dan korban kepada tuhan mereka dan menganggap dengan cara demikian mereka telah mendapat izin untuk berbuat sekehendak hati mereka.
Kepercayaan karut seperti itu sentiasa membenamkan orang-orang berkenaan dalam lumpur dosa dan maksiat serta lupa mensucikan iiwa dan memperbaiki amal mereka.
Orang yang murtad pula sama sekali tidak percaya adanya Pencipta mereka. Mereka tidak percaya akan diminta bertanggungiawab atas perbuatan mereka serta menerima balasan atas perbualan itu. Mereka menyangka mereka merdeka di dunia dan tidak terikat dengan sesuatu undang-undang. Tuhan mereka ialah hawa nafsu dan mereka meniadi hambanya.
5. Tidak berputus asa dan hilang harapan
Orang mukmin tidak mudah dihinggapi rasa putus asa dan hilang harapan dalam apa keadaan sekalipun kerana dia beriman kepada Yang Memiliki langit dan bumi serta Yang Memiliki nikmat dan kurniaan yang banyak. lman memberikan ketenteraman yang luar biasa pada hatinya. lman mengisi hatinya dengan ketenangan dan harapan meskipun dia dihina di dunia dan diusir dari semua pintu kehidupan sehingga kelihatan jalan hidupnya sempit dan seluruh saluran kebendaan terputus daripadanya. Dia yakin Allah tidak pernah terlena dan tidak membiarkan hidupnya terlantar. Oleh itu dia sentiasa mencurahkan tenaganya dengan bertawakkal kepada Allah dan meminta pertolongan daripada-Nya dalam semua urusan.
Ketenteraman hati dan ketenangan iiwa seperti ini tidak mungkin dimiliki kecuali dengan aqidah tauhid. Orang kafir, musyrik dan mulhid (athies) mempunyai hati yang lemah. Mereka bersandar kepada kekuatan yang terbatas. Maka alangkah cepatnya mereka dihinggapi rasa putus asa ketika menghadapi kesukaran. Kadangkala membawa mereka membunuh diri.
6. Memiliki hati dan pendirian yang teguh
lman kepada Allah mendidik manusia dengan kekuatan-yang besar, bulat, tekad, berani, sabar, tabah dan tawakkal ketika menghadapi perkara besar di dunia demi mengharapkan keredaan Allah. Dia yakin kekuatan Allah yang memiliki langit dan bumi menyokongnya dan membimbingnya dalam setiap aspek kehidupan. Oleh itu hatinya menjadi lebih teguh, tabah dan keras daripada keteguhan, ketabahan dan kekerasan gunung. Hampir tidak ada suatu musibah dalam dunia yang dapat melawan tekad yang telah dibuatnya. Bagaimanakah syirik, kufur dan mulhid dapat menentang kekuatan dan ketabahan seperti ini?
7. Berani dan tabah
lman kepada Allah menjadikan manusia berani dan mengisi hatinya dengan ketabahan. Ada dua perkara yang menjadikan seseorang manusia itu pengecut dan lemah
semangat. Pertama, cinta pada diri, harta dan keluarganya. Kedua, percaya bahawa ada yang lain daripada Allah yang dapat mematikan manusia dan dia tidak dapat menolak kematian itu dengan sebarang tipu daya.
Bagaimanapun iman kepada Allah dapat mencabut kedua-dua perkara itu daripada hati manusia dan membersihkannya daripada daki-dakinya dengan sebersih-bersihnya. lman dapat mencabut yang pertama dengan menjadikan dia yakin bahawa Allah adalah satu-satunya Pemilik diri, harta dan keluarganya. lman menjadikan dia sedia berkorban untuk jalan dan keredhaan Allah. Dia sedia berkorban dengan segala sesuatu yang ada padanya sama ada yang mahal mahupun murah.
lman juga dapat mencabut perkara kedua dengan menanamkan ke dalam iiwa manusia bahawa tidak ada seorang manusia atau seekor binatang pun yang dapat merampas hidupnya, tidak juga bom atau meriam, pedang, batu atau kayu, sebaliknya hanya Allah yang berkuasa berbuat demikian. Allah telah menetapkan waktu bagi kematiannya. Tidak ada satu kekuatan pun dalam dunia ini yang dapat mempercepatkannya.
Oleh itu, tidak ada orang di dalam dunia yang lebih berani daripada orang yong beriman kepada Allah. Satu bala tentera sekalipun tidak dapat menakutkan atau menggentarkannya kerana ketika dia maju untuk beriihad dia dapat menghancurkan suatu kekuatan yang melebihi sepuluh kali ganda.
Oleh itu, bagaimanakah orang kafir, musyrik dan mulhid menganggap jiwa mereka adalah barang paling berharga bagi diri mereka dan yakin bahawa mati itu datang bersama kedatangan musuh dan pergi dengan pemergian musuh?
Menjauhi perbuatan hina, berpada dengon yang ada
Iman kepada Allah mengangkat darjat manusia dan menimbulkan dalam dirinya sifat menjauhkan diri daripada perbuatan yang rendah martabatnya. Dia juga berasa cukup dengan apa yang ada dan tidak memerlukan pemberian orang, menyucikan hatinya daripada sifat tamak, rakus, dengki, rendah diri dan segala sifat buruk serta kecenderungan yang hina. Tidak terlintas dalam hatinya memilih jalan yang keji untuk mencapai kejayaan kerana dia yakin rezeki berada di tangan Allah. Dia yakin Allah melimpahkan rezeki kepada orang yang dikehendaki-Nya dan menentukan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Tidak ada kemuliaan, kekuatan, kemasyhuran, kekuasaan, pengaruh dan kemenangan melainkan di tangan Allah. Manusia wajib berusaha dengan cara yang mulia menurut kemampuannya. Kejayaan atau kegagalan bergantung kepada Allah. Tidak ada yang dapat menahan apa yang diberi-Nya dan tidak ada yang dapat memberi apa yang ditahan-Nya.
Orang kafir, musyrik dan mulhid menyangka bahawa kejayaan mereka atau kegagalan bergantung kepada bantuan kekuatan duniawi atau halangannya. Mereka adalah hamba kepada keserakahan dan kerakusan. Untuk mencapai kejayaan mereka tidak segan menerima rasuah, mengampu, bersekongkol dan melakukan pelbagai lagi cara yang keji. Mereka menggigit jari kerana dengki melihat kejayaan orang lain. Mereka menggunakan tipu daya untuk menjatuhkan orang lain atau orang yang menentang mereka.
9. Terikat dan patuh pada peraturan Allah
Perkara paling penting dalam hubungan ini ialah iman kepada Allah menjadikan manusia terikat dan patuh kepada undang-undang Allah. Orang yang beriman yakin Allah mengetahui segala sesuatu. Malah Allah lebih dekat kepada diri mereka daripada urat leher mereka sendiri.
Orang beriman yakin apabila mereka melakukan sesuatu perbuatan di dalam gelap ataupun bersendirian, Allah tetap mengetahui. Apabila terlintas dalam hatinya sesuatu yang tidak baik, Allah tetap mengetahui. Walaupun dia dapat menyembunyikan perbuatannya daripada orang lain, dia tidak dapat menyembunyikannya daripada Allah. Walaupun dia dapat melepaskan dirinya daripada sebarang kekuatan, dia tidak dapat melepaskan dirinya daripada Allah.
Oleh itu semakin kukuh iman ini melekat dalam jiwa seseorang, semakin tekun ia mengikuti hukum Allah dan menjauhi larangan-Nya. la bergegas menuju kebajikan dan mengerjakan apa yang diperintah oleh Allah sekalipun di dalam gelap mahupun bersendirian. Di hadapan matanya sentiasa terbayang pengadilan tinggi yang hampir dan tidak ada orang yang dapat melepaskan diri daripada pemeriksaan-Nya.
Iman kepada Allah menjadi syarat pertama dan paling utama untuk menjadikan seseorang manusia itu Muslim kerana seorang Muslim ialah hamba yang taat dan patuh hanya kepada Allah SWT.
NOTA-NOTA CINTA
Andainya dapatku menulis
Nota-nota cinta buat diri-Nya
Ingin ku titipkan bersama
Semua kuntuman bunga
Yang indah berseri
Ku sembur haruman mewangi
Bersama kata-kata puji
Sedang Dia tahu kasih dan cintanya aku
Menjalin ikatan menuju ke Syurga
Cintaku kepada Dia
Rinduku hanya pada-Nya
Kasihku tulus buat-Nya
Setiaku balas kasih-Nya
Kasihku kasih yang setia
Pada yang punya
Dambaku pada Yang Esa
Pujian hanya buat-nya
Akurku kebesaran-Nya
Teragung Maha Suci-Nya
Taatku hamba yang hina
Pada Pencipta
Kiranya aku hilang arah
Jalan hidupku berubah punah
Namun kasih-Nya tak pernah akan musnah
Belas rahmat-Nya terus mencurah-curah
Nur Hidayah-Nya semakin cerah
~SAUJANA~
Nota-nota cinta buat diri-Nya
Ingin ku titipkan bersama
Semua kuntuman bunga
Yang indah berseri
Ku sembur haruman mewangi
Bersama kata-kata puji
Sedang Dia tahu kasih dan cintanya aku
Menjalin ikatan menuju ke Syurga
Cintaku kepada Dia
Rinduku hanya pada-Nya
Kasihku tulus buat-Nya
Setiaku balas kasih-Nya
Kasihku kasih yang setia
Pada yang punya
Dambaku pada Yang Esa
Pujian hanya buat-nya
Akurku kebesaran-Nya
Teragung Maha Suci-Nya
Taatku hamba yang hina
Pada Pencipta
Kiranya aku hilang arah
Jalan hidupku berubah punah
Namun kasih-Nya tak pernah akan musnah
Belas rahmat-Nya terus mencurah-curah
Nur Hidayah-Nya semakin cerah
~SAUJANA~
15 October 2010
Sedarlah Wahai Pemuda!!
Wahai pemuda,
Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahawa sesungguhnya Allah bersama orang yang bertaqwa. Dan bersyukurlah diatas nikmat Allah yang paling besar lagi tidak terhingga nilainya. Nikmat berada di atas jalanNya yang benar. Jalan para Nabi dan Rasul Allah. Kita berada di dalam nikmat Islam dengan pilihan Allah. Sesiapa yang menolaknya maka padahlah hidupnya dan akan rugilah dia di akhirat kelak. Allah berfirman yang bermaksud ;
“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai Deen (sistem hidup) maka ia tidak diterima dan dia di akhirat kelak bersama mereka yang rugi.” (Ali Imran, 3:83)
Yakinlah wahai pemuda,
Islam sebagai Deen yang benar menjanjikan keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Mereka yang beriman dan mengambil Islam sebagai sistem hidup sentiasa dicuba oleh musuh-musuh mereka untuk menyekat dan memperdaya penganut-penganut Islam supaya tidak kuat pegangan mereka terhadap Islam. Dan tidak bulat keyakinan mereka dengan janji-janji Allah di akhirat kelak. Hakikat ini telah jelaskan oleh Allah SWT dalam firmanNya yang bermaksud;
“ Mereka (musuh-musuh Allah) berusaha untuk memadam cahaya Allah(Deen Allah) dengan mulut-mulut mereka (diayah-diayah mereka) dan Allah tidak rela kecuali menyempurnakan cahaya Islam walaupun dibenci oleh orang-orang kafir.”
(AtTaubah, 9:32; As-Sof, 61:8)
Usaha memadamkan cahaya Allah telah berlaku sepanjang sejarah hidup manusia di atas muka bumi ini sejak nabi-nabi dan rasul-rasul dahulu kala lagi hingga ke zaman Baginda Rasulullah SAW, di zaman Khulafah Ar-Rashidin hingga sekarang dan akan terus dicuba dan ditentang hingga datang Qiamat. Firman Allah dalam Al-Quran Al-Karim yang bermaksud;
“Sebahagian besar Ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) sungguh ingin dapat mengembalikan kamu kepada kekufuran setelah kamu beriman kerana timbul rasa hasad dengki dari dalam hati mereka setelah jelas kepada mereka kebenaran.” (Al-Baqarah, 2:109)
Ini adalah persaksian Allah tentang sikap permusuhan orang-orang kafir terhadap orang Islam, tidak kira apa juga kedudukan mereka sama ada Yahudi atau Nasrani atau Majusi atau Hinduni dan sebagainya. Sabda Rasulullah yang bermaksud “ Kekufuran itu satu pegangan”
Ingatlah wahai pemuda,
Salah seorang bekas Perdana menteri British ada membuat satu kenyataan katanya;
“Barat sekali-kali tidak dapat menguasai timur dan barat sendiri tidak akan aman selagi mana Al-Quran berada di tangan orang –orang Islam”.
Kenyataan yang sama dibuat oleh Pesuruhjaya Perancis di Algeria di bawah jajahan mereka;
“kita tidak akan menang dalam peperangan menentang orang-orang Algeria selagimana mereka membaca Al-Quran Al-Karim dan bercakap dengan bahasa Arab. Oleh itu kita perlu hapuskan AlQuran daripada kehidupan mereka dan hapuskan bahasa Arab dari menjadi bahasa mereka.”
Maksud mereka ”menghapuskan Al-Quran daripada kehidupan orang Algeria”, bukanlah menghapuskan naskhah Al-Quran yang mereka baca tetapi menghapuskan roh Al-Quran di dalam kehidupan mereka. Menghapuskan Al-Quran daripada menjadi manhaj hayah (cara hidup) mereka.
Dalam satu peristiwa lain, seorang ketua gerakan Kristian dalam satu persidangan di Baitul Maqdis satu ketika dahulu menyampaikan amanah kepada pendakwah Kristian sebagai berkata;
“Peranan kamu bukanlah hendak mengkristiankan orang-orang Islam tetapi ialah mengeluarkan mereka daripada Islam supaya menjadi makhluk yang tidak ada hubungan dengan Allah dan tidak berakhlaq.”
Begitu kenyataan pemimpin Kristian di Timur yang dikeluarkan oleh sebuah akhbar Komunis katanya; “ Mustahil komunis boleh berkuasa sebelum Islam dapat diganyang habis-habisan.” Buktinya apa yang dilakukan oleh Komunis Rusia di Negara Balkan sekarang ini.
Peganglah wahai pemuda,
Pertelagahan antara haq dengan batil adalah menjadi sunnah hidup manusia di alam duniawi ini. Kebatilan dan kekufuran tidak senang dengan kebenaran yang dibawa oleh Islam, Deen Allah melalui Rasul-rasul Allah dan berakhir dengan Baginda Rasulullah SAW. Firman Allah dalam surah Al-Hijr ayat 39-40 yang bermaksud;
“Iblis berkata: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahawa aku telah sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".
Inilah pengakuan Iblis di hadapan Allah SWT yang ia akan tetap akan mengeluarkan dan menyesatkan manusia di muka bumi ini.
Allah SWT memperingatkan kita supaya berjaga-jaga jangan cuba terpengaruh dan ikut cara hidup orang-orang kafir nanti kita akan ditimpa kerugian yang besar.
Firman Allah dalam surah Ali ‘Imran ayat 149 yang bermaksud;
“Wahai orang yang beriman jika kamu mentaati orang kafir mereka akan mengembalikan kamu kepada kekufuran dan kamu akan kembali rugi”.
Sedarlah wahai pemuda,
Musuh–musuh Islam telah menggunakan berbagai-bagai taktik dan cara dalam usaha mereka untuk menghancurkan umat Islam. Mereka menyerang islam dan umatnya dengan alat senjata dan askar-askar, pemikiran dan ideologi serta akhlaq dan kebudayaan. Semua bentuk serangan yang tersebut telah mendatangkan kemenangan kepada mereka. Umat Islam kalah di dalam peperangan bersenjata, kalah di dalam peperangan pemikiran dan ideologi dan kalah dalam serangan akhlaq dan kebudayaan. Tengoklah kepada realiti yang berlaku di negara-negara Islam. Mereka diserang dan dijajah baik dengan kekuatan tentera atau kekuatan ekonomi atau kekuatan media elektronik dan sebagainya.
Perhatikanlah cara hidup muda-mudi Islam hari ini malah majoriti orang-orang islam telah terikut-ikut dengan cara hidup musuh-musuh Islam tanpa di sedari seperti pergaulan bebas lelaki dan perempuan, gaya hidup dan pemerintahan dan sebagainya seperti yang dianjurkan oleh musuh-musuh Islam. Nauzubillahminzalik.
Bangunlah wahai pemuda,
Musuh-musuh Islam memang bekerjasama sesama mereka untuk menumpaskan umat Islam dengan berbagai taktik dan tipu helah. Secara keras atau secara halus asalkan mereka dapat sampai kepada matlamat mereka iaitu menghancurkan umat Islam dan menghalang mereka daripada memerintah dan memimpin manusia ke arah keredaan Allah SWT . Oleh itu kita umat Islam perlu sedar dan berjaga-jaga dan perlu mengambil iktibar daripada pengalaman yang silam agar kita tidak terperangkap berkali-kali di dalam perangkap musuh dan sepatutnya orang orang mukmin tidak dipagut di dalam lubang yang sama dua kali (pepatah arab). Orang-orang mukmin perlu memiliki kekuatan dalam berbagai bidang bagi melayakkan mereka memimpin dan sekali gus menyelamatkan manusia sejagat daripada terus berada di dalam kesesatan di bawah pimpinan jahiliyah yang penuh dengan angkara kezaliman di serata pelusuk dunia. Sanggupkah kita melihat umat Islam diburu, dibunuh, dihalau, diperkosa dan berbagai-bagai lagi kekejaman yang dilakukan oleh musuh Islam seperti di Bosnia, Palestin, Kashmir, Somalia, Burma, Sri Lanka dan lain lain negara yang minoritinya orang-orang Islam? Umat Islam perlu membina kekuatan mengatasi kekuatan musuh di segi ilmu pengetahuan, perancangan, dan peradaban demi mengembalikan kepimpinan dan khilafah ke tangan umat Islam sendiri.
"Ya Allah! Kami memohon pertolongan dariMu agar kami tetap dalam melaksanakan perintahMu. Dan kami memohon pertolongan dariMu untuk menghadapi musuh-musuh kami sehingga Islam tertegak di atas mukabumiMu. Kurniakanlah kesedaran kepada kami tentang tanggungjawab kami dan kebijaksanaan dalam menguruskannya serta kurniakanlah natijah yang baik. Ya Allah! Jadikanlah kami orang-orang yang cinta kepadaMu dan orang-orang yang mencintaiMu. Jadikanlah kami membenci mereka yang memusuhiMu. Cucurilah rahmatMu kepada kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun dan Maha Pengasih."
14 October 2010
ORGANISASI ISLAM:PIRAMID YANG KUKUH ATAU KHEMAH YANG RAPUH???
Firman Allah SWT yang bermaksud;
“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang di jalan Allah dalam barisan yang teratur seumpama bangunan yang kukuh.” (Surah As-Shaf: 4)
Ayat di atas menjelaskan sifat organisasi Islam yang bekerja untuk menegakkan Islam sebagai ad-din (cara hidup). Sifat yang dijelaskan oleh Allah ialah "dalam barisan yang teratur rapi seumpama bangunan yang kukuh". Mereka yang menganggotai organisasi seperti ini dicintai Allah. Oleh demikian anda perlu berfikir secara insaf adakah anda termasuk dalam golongan yang dicintai Allah atau sebaliknya. Adakah anda menjadi anggota sebuah organisasi yang tersusun rapi?
Bangunan yang kukuh
Mengapakah Allah mencintai barisan yang tersusun rapi seumpama bangunan yang kukuh? Anda tentu memahami bahawa sebuah bangunan yang kukuh sahaja dapat memenuhi fungsinya dengan sempurna. Bangunan yang kukuh sahaja dapat menampung segala isi di dalamnya tanpa mengalami retak atau runtuh. Isi di dalam bangunan sama ada manusia, perabot, peralatan dan lain-lain kadangkala berubah. Tanpa kekukuhan yang sewajarnya, sesebuah bangunan tidak akan dapat memikul beban yang berubah ini. Selain itu, sesebuah bangunan juga terdedah kepada angin kencang, hujan lebat dan mungkin gempa bumi. Sekali lagi, semua unsur cuaca dan alam ini perlu dihadapi sesebuah bangunan dengan kekukuhan yang sewajarnya. Jika tidak, bangunan tersebut mungkin mengalami gegaran, retak atau runtuh.
Bagaimana pula dengan sebuah organisasi Islam anda? Organisasi Islam merupakan tempat untuk anda melaksanakan pelbagai aktiviti Islam. Ia merupakan tempat merancang, melaksana dan mengawasi aktiviti-aktiviti dakwah, tarbiyah dan siasah. Oleh demikian, organisasi tersebut perlu mempunyai struktur yang memungkinkan semua aktiviti yang dihajati dapat dilaksanakan. Ini bermakna, bukan sahaja struktur perlu dirangka dengan sebaik-baiknya, malah struktur itu perlu diisi dengan angota yang mampu menangani peranan yang ditentukan. Hanya dengan struktur yang sesuai dan anggota yang berkemampuan sahaja sesebuah organisasi dapat memenuhi fungsinya. Jika tidak, organisasi mungkin wujud tetapi aktiviti tidak dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Setelah menyentuh soal organisasi, cuba lihat pula anggota yang mengisi organisasi. Untuk lebih memahami aspek ini, anda perlu mengaitkan individu dengan aktiviti yang ingin dilaksanakan dalam sesebuah organisasi. Aspek utama yang membezakan aktiviti Islam dengan aktiviti lain ialah matlamat akhir yang ingin dicapai melalui aktiviti berkenaan. Dalam aktiviti atau amal Islam, matlamat akhir yang ingin dicapai ialah keredaan Allah. Matlamat ini hanya diketahui apabila anda bertemu dengan Allah di akhirat nanti. Oleh demikian, setiap anggota perlu meletakkan matlamat akhir ini sebagai dasar penyertaannya dalam organisasi dan pelaksanaan aktiviti. Matlamat ini perlu dibina dan disuburkan dalam hati anda secara berterusan. Tanpa matlamat ini, segala aktiviti tidak dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya kerana anda tidak mempunyai motivasi dalam bentuk kebendaan. Malah, aktiviti yang ingin dilaksanakan tidak menjanjikan ganjaran kewangan atau kebendaan.
Matlamat akhir
Berdasarkan kepada matlamat akhir ini, anda mengharapkan setiap anggota organisasi akan berperanan dan melaksanakan tanggungjawab memperku-kuhkan organisasi. Memang ada peranan dan tangungjawab yang dikhususkan untuk anggota tertentu. Namun demikian, banyak lagi peranan dan tanggungjawab yang boleh dilaksanakan oleh setiap anggota. Umpamanya menyebarkan kefahaman dan kesedaran Islam. Peranan ini mungkin dapat dilaksanakan dengan berbagai-bagai cara seperti hubungan individu atau menyertai aktiviti Islam yang ada di sekeliling anda. Peranan ini sangat besar kesannya terhadap Islam. Setiap anggota juga boleh meneruskan usaha menyebarkan kefahaman tadi dengan membentuk individu yang menerima seruan Islam, sekiranya berkemampuan. Ini adalah contoh usaha yang sepatutnya dicari dan dilaksanakan oleh anggota organisasi yang berkemampuan. Peranan ini tidak mungkin dapat diberi atau disogok seperti peranan dalam pentadbiran pejabat. Sebaliknya ia perlu dicari dan memerlukan inisiatif serta kreativiti sendiri.
Matlamat di atas juga perlu menjadi dasar bagi pelaksanaan aktiviti organisasi secara menyeluruh. Apabila setiap anggota jelas mengenai matlamat akhirnya, barulah aktiviti organisasi dapat disempurnakan dengan sepenuh hati, bukan secara terpaksa. Pelaksanaan secara sepenuh hati bermakna dilaksanakan dengan penuh minat, tumpuan dan rasa gembira. Inilah yang akan menentukan sama ada sesuatu aktiviti itu dilaksanakan dengan cemerlang atau ala kadar sahaja. Oleh itu, setiap angota organisasi perlu menyedari kepentingan memiliki matlamat akhir yang jelas dan berusaha memupuknya dalam hati mereka.
Piramid atau khemah?
Persoalannya adakah anda telah berpuas hati dengan organisasi yang anda anggotai? Adakah struktur yang ada merupakan struktur piramid yang kukuh dan tahan uji? Atau struktur yang ada hanyalah struktur khemah yang sementara dan rapuh? Mudah-mudahan anda tidak mudah tertipu dengan struktur berbentuk piramid tetapi hakikatnya bukan piramid. Untuk membina sebuah piramid, anda memerlukan batu-batu pejal yang besar dan logistik yang sangat canggih. Piramid yang sebenarnya telah dibina dengan usaha yang sangat besar dan perbelanjaan yang sangat mahal. Piramid yang sebenarnya adalah kukuh dan dapat menghadapi apa sahaja bentuk cuaca di sekelilingnya. Hujan ribut atau puting beliung sekalipun tidak menjejaskan piramid. Oleh itu, tidak hairanlah jikalau piramid dapat bertahan sehingga berabad-abad lamanya.
Sebaliknya hari ini anda lebih mudah membina khemah. Khemah merupakan binaan sementara yang terlalu lemah dan mudah runtuh. Namun demikian, khemah adalah sesuai untuk tujuan perkelahan atau penginapan sementara. Ia mudah dibina dan mudah dibuka. Oleh kerana strukturnya yang kecil dan ringan, khemah mungkin tumbang atau terbang apabila ditiup angin kencang. Ini bermakna khemah tidak dapat bertahan untuk satu jangka masa yang lama. Itulah hakikat khemah yang rapuh walaupun bentuknya seperti piramid yang kukuh.
Oleh demikian, cubalah nilai diri sendiri, sama ada organisasi anda merupakan sebuah piramid yang kukuh ataupun khemah yang rapuh. Dan apakah sumbangan anda untuk memperkukuhkan organisasi tersebut?
13 October 2010
Rumahtangga Muslim Menjamin Kelangsungan Dakwah
SALAH satu aspek penting dalam persiapan untuk melalui hidup secara Islam adalah menyediakan rumah tangga kita supaya menjadi rumah tangga Muslim. Rumah tangga yang mempunyai ciri-ciri keislaman yang sebenar sahaja boleh menyediakan persekitaran yang harmoni dan tarbawi (bercirikan tarbiah Islam), melahirkan kasih sayang, hormat menghormati serta pelaksanaan ibadah yang membawa kepada ketenangan dan ketenteraman.
Rencana ini cuba membincangkan persoalan rumah tangga Islam dan kedudukannya dalam pembentukan generasi anak yang bakal memikul taklif (tanggungjawab) Islam. Rencana ini akan menumpukan perbincangan kepada beberapa aspek komunikasi dalam rumah tangga tersebut.
Pandangan Islam mengenai pembinaan rumahtangga.
Sebelum kita meneruskan perbincangan mengenai tajuk ini, mari kita fahami pengertian rumahtangga atau keluarga Muslim. Keluarga Muslim ialah keluarga yang meletakkan segala aktiviti pembentukan keluarganya sesuai dengan syari'at Islam.
Berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah, terdapat beberapa tujuan penting pembentukan rumah tangga Muslim ini, iaitu:
(a) mendirikan syari'at Allah dalam segala urusan rumah tangga.
(b) mewujudkan ketenteraman dan ketenangan jiwa dan roh
"Dialah Yang Menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya" (al- A'raaf.. 189)
Di dalam surah ar-Rum ayat 21, Allah SWT telah berfirman yang maksudnya:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri daripada jenismu supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa mawaddah dan rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berftkir. "
AI-Qurtubi telah mencatatkan komentar lbn Abbas mengenai 'mawaddah' yang dijelaskan sebagai 'cinta kasih seorang lelaki kepada isterinya dan 'rahmah' pula bermaksud 'rahmatnya agar isterinya jangan sampai menderita atau mengalami kesusaban'. Di sini dapat disimpulkan bahawa pembentukan rumah tangga Muslim itu diasaskan di atas 'mawaddah' dan 'rahmah'.
Suasana rumahtangga yang dibina di atas dasar cinta dan kasih sayang yang suci akan mententeramkan dan memberi ketenangan kepada jiwa dan roh dalam kehidupan pendakwah. Dalam hal ini tiada contoh yang lebih baik dan tepat daripada rumah tangga Rasuluillah SAW yang dibina bersama denga Saidatina Khadijah, terutama ketika menghadapi cabaran dan pengalaman baru yang memerlukan sokongan padu serta keyakinan tanpa sebarang keraguan si isteri.
Anak-anak yang dibentuk dalam suasana 'mawaddah' dan 'rahmah'akan menghasilkan peribadi yang bahagia, yakin diri, tenteram, kasih sayang serta jauh daripada kekacauan serta penyakit batin yang melemahkan peribadi.
(c) mewuiudkan sunnah Rasuluilah dengan melahirkan anak-anak soleh sehingga umat manusia merasa bangga dengan kehadiran kita.
(d) memenuhi keperluan cinta kasih anak-anak. Ketidakseimbangan atau ketandusan cinta kasih ini akan menyebabkan penyimpangan akhlak dan perilaku.
Di dalam perkahwinan dan pembentukan rumah tangga Muslim, Islam tidak menyempitkan tujuan perkahwinan kepada hanya untuk mendapatkan anak-anak soleh (walaupun ini adalah antara tujuan perkahwinan), untuk mengekang padangan dan menjaga kemaluan (walaupun ini juga menjadi matlamat perkahwinan) dan bukan juga bertujuan untuk menyalurkan nafsu secara syar'i sahaja, sebaliknya Islam telah menentukan matlamat yang lebih tinggi, mulia dan jauh jangkauannya. la berkait rapat dengan matlamat kemasyarakatan, jihad serta pelaksanaan amal Islam yang luas.
Walaupun matlamat terpenting dalam perbentukan rumah tangga Muslim ialah untuk menyediakan suasana dan persekitaran yang subur bagi mendidik anak-anak, Islam telah menentukan bahawa tuiuan utama kesinambungan zuriat mempunyai kaitan dengan matlamat dakwah dan jihad. Tujuan ini dapat difahami menerusi beberapa ayat al-Quran. Antaranya ayat yang menggambarkan doa Nabi Zakaria yang berhajat kepada anak baqi mneruskan kewajipan dakwah yang dipikulnya. Firman Allah SWT yang bermaksud:
"Ya Rabbi, kurniakan aku seorang anak yang baik di sisi Engkau. Anugerahkan aku seorang putera, yang akan mewarisi sebahagian keluarga Yaaqub."
(Maryam: 5-6)
Peristiwa yang dirakamkan di dalam al-Quran itu menunjukkan bahawa seorang pendakwah juga berhajatkan anak seperti manusia lain, tetapi hajatnya lebih mulia kerana ia menghendaki anaknya mewarisi tugas dakwah dan jihad yang dipikulnya. Aspek ini penting kerana perjalanan dakwah dan pertarungan dengan jahiliyah memerlukan masa yang panjang. Oleh itu, dengan adanya pewaris yang meneruskan perjuangan, dapatlah dipastikan, insyaAllah, perjuangan itu tidak mati di pertengahan jalan kerana pupusnya pendokong perjuangan tersebut.
Pelaksanaan pendidikan Islam dalam rumahtangga Muslim.
Salah satu ciri penting yang membezakan rumah tangga Muslim dengan rumahtangga bukan Muslim ialah pelaksanaan pendidikan Islam yang sebenar di dalamnya. Para pendakwah dituntut supaya memberi perhatian serius mengenai perkara itu. Anggota keluarga yang tidak mendapat pendidikan Islam atau yang lebih parah lagi jika pendidikan mereka terus terabai, mereka bukan sahaja tidak mampu menyambung perjuangan Islam tetapi mungkin merencat dan menjadi penghalang perjuangan itu.
Pendidikan anggota keluarga dimulakan dengan pendidikan isteri. Pendidikan ini bermula dengan pemilihan yang dibuat di atas dasar keimanan dan keislamannya. Pendidikan isteri sangat penting diberi perhatian kerana isteri memainkan peranan yang paling besar dalam pendidikan anak. Anak sulung pula merupakan tumpuan kedua selepas isteri kerana isteri dan anak sulung (bapa juga tidak terkecuali) merupakan qudwah (contoh teladan) kepada anak-anak yang lain. Seandainya pendidikan isteri dan anak sulung terabai mereka tidak mungkin mampu menjadi teladan yang baik kepada anggota yang lain di dalam keluarga.
Keseimbangan di dalam rumahtangga.
Berumahtangga bagi seorang Mukmin ialah untuk melaksanakan perhambaan kepada Allah, bukan menghalanginya daripada tugas utama itu. Bagaimanapun ada banyak ujian dan fitnah di dalam rumah tangga. Salah satu ciri penting yang perlu wujud dalam rumah tangga Islam adalah keseimbangan. Golongan yong beriman perlu
bersungguh-sungguh untuk melahirkan keseimbangan ini kerana telah ramai golongan yang gugur daripada jalan yang penuh keberkatan ini kerana gagal melahirkan keseimbangan ini dan mendidik isteri serta anak-anak menerima keseimbangan ini.
Secara fitrahnya manusia mempunyai pelbagai keinginan hidup. Antara keinginan itu ialah keinginan kepada harta, pasangan hidup, memiliki harta (seperti rumah dan kenderaan), hidup selesa, berehat serta bersenang. Keinginan ini tidak salah selagi wujud keseimbangan dengan tuntutan Allah. Suasana persekitaran akan merangsang keinginan ini ke satu tahap yang mungkin menyebabkan seseorang pendakwah mengabaikan tuntutan Islam atau terus mengetepikan hak-hak Allah dalam kehidupannya. Sebagai contoh, setiap orang mempunyai kecenderungan memiliki harta tetapi kecenderungan itu perfu diimbangi dengan tuntutan mengeluarkan infaq di jalan Allah. Begitu juga dengan kecenderungan untuk untuk berehat di rumah bersama isteri dan anak-anak diimbangi dengan kekuatan tajarrud di dalam jiwa. Rifa'i Sirur di dalam bukunya 'Baitul Dakwah' mendefinisikan 'tajarrud' sebagai 'memiliki sesuatu tetapi sanggup mengorbankannya atau bersabar dengan kehilangan'.
Dakwah terpancar daripada rumahtangga Muslim.
Dr Abdul Mufa'al Muhammad al-Jabari di dalam bukunya, 'Identifi Rumah Tangga Muslim' menulis, di antara ciri wujudnya identiti rumah tangga Muslim ialah kewajipan berdakwah mestilah terlaksana dalam rumah tangga itu. Ini bermaksud angota rumah tangga - suami, isteri dan anak-anak - menjalankan usaha dakwah kepada teman-teman, saudara mara mahupun jiran tetangga.
Suami Muslim yang soleh perlu melalui proses pendidikan dan terus menerus mendidik dirinya sebagai pendakwah contoh kepada angota keluarganya. Kesibukan di dalam kehidupan sehariannya biarlah berhubung kait dengan dakwah yang telah menjadi darah dagingnya. lsteri dan anak-anak perlu dididik mengenai tanggungjawab dakwah. Mereka hendaklah disediakan untuk memikul tugas dakwah.
Terdapat ramai juga pendakwah yang sangat aktif di medan dakwah tetapi roh dakwah tidak wujud di dalam rumah tangganya sehingga bukan sahaja isteri dan anak tidak memberi sokongan kepada perjuangannya, bahkan mereka menjadi penghalang utama, mengusutkan fikiran dan menekan perasaan pendakwah sehingga akhirnya pendakwah berkenaan meninggalkan perjuangannya.
Atas sebab inilah da'wah dan pendidikan perlu dilaksanakan di dalam rumah tangga secara terancang dan berterusan. Anak dan isteri perlu dibimbing peringkat demi peringkat dan tahap demi tahap untuk menjadikan dakwah Islam sebati dengan kehidupan mereka.
12 October 2010
Islam Sebagai Penyelesaian
PELBAGAI aliran pemikiran, falsafah, peraturan, sistem politik, ekonomi dan sosial ciptaan manusia ditawarkan untuk menyelesaikan masalah hidup yang dihadapi manusia sejagat. Malangnya, semuanya tewas dan gagal apabila dilaksanakan. Hingga ke hari ini tidak ada satu aliran pun yang dapat memperlihatkan kemampuannya untuk menyesuaikan dengan realiti kehidupan.
KEGAGALAN ALIRAN MARXISME:
Bibit-bibit kejatuhan Russia sebagai lambang kuasa yang dibangunkan di atas ideologi komunisme (aliran Marxist) telah bermula sejak 40 tahun yang lalu. Pada bulan September 1961, harian ‘Pravda’ yang menjadi lidah rasmi Jawatankuasa Pusat Parti Komunis Russia telah menyebarkan program baru parti itu. Rancangan itu ialah fikiran yang memansuhkan jalan atau cara revolusioner seperti yang ditegaskan oleh buku ‘Materialisme Dialektika’: “Berikutnya peralihan daripada kapitalisme kepada sosialisme dan memerdekakan kelas buruh (pekerja) daripada penindas kapitalis. Ini boleh direalisasikan bukan dengan evolusi, bukan dengan memperbaikinya, akan tetapi dengan perubahan bentuk dan cara sistem kapitalisme yakni dengan revolusi.”
Harian tersebut juga menegaskan usaha-usaha merealisasikan masyarakat komunisme seperti yang dirancangkan itu meliputi tempoh 20 tahun akan datang. Di samping itu ia menekankan kegagalan sistem komunis selama 40 tahun yang lalu dalam membentuk asas ideologi dan kehidupan duniawi yang lengkap bagi masyarakat komunisme.
Ini menunjukkan komunisme sebagai satu ideologi telah hilang kekuatannya untuk melaksanakan apa yang dinamakan ‘kepastian sejarah peralihan daripada kapitalisme kepada sosialisme’. Kegagalan itu berlaku kerana teori komunisme tidak ditegakkan di atas usul dan kaedah am yang lengkap untuk membolehkan ideologi itu berkembang.
Prinsip penghapusan hak milik individu telah ditukar kepada satu penyelesaian yang lebih sederhana iaitu menguasai segenap industri, perniagaan luar negara, bank-bank dan segala perkhidmatan awam. Antara bukti kegagalan pelaksanaan prinsip persamaan di dalam masyarakat komunisme diungkapkan dalam buku tulisan Krien Brinton yang bertajuk ‘Revolusi Komunisme: Unsur, Penyelesaian dan Hasilnya’: “Sebagaimana yang diakui oleh para pendokong komunisme sendiri bahawa Russia kini hidup di dalam satu masyarakat yang berbeza-beza dalam pembahagian barang-barang keperluan dan perolehan individu dengan perbezaan yang besar. Seorang ahli politik berkedudukan tinggi, pengarah perusahaan, penulis atau penari ballet hidup bergelumang dengan kemewahan sedangkan rakyat biasa tidak sedemikian.”
Keadaan itu menjadikan masyarakat Russia satu masyarakat yang lebih tidak memiliki persamaan dalam bidang ekonomi jika dibandingkan dengan sebarang masyarakat kapitalis.
Fakta itu jelas membuktikan komunisme pada zahirnya memperjuangkan prinsip persamaan dan keadilan secara teori tetapi gagal apabila dilaksanakan.
KEGAGALAN TAMADUN BARAT:
Sebahagian besar generasi muda tertipu oleh fatamorgana peradaban Barat. Mereka menyangka kebersihan lahiriah kaum itu merupakan bukti kebersihan rohani dan hati mereka. Kemajuan pesat di dalam bidang sains dan kebendaan tidak mencukupi untuk dijadikan contoh teladan di dalam segala perkara. Ukuran kemajuan dan tamadun sesuatu bangsa sepatutnya ditimbang dengan nilai akhlak dan kemanusiaan yang direalisasikan dalam masyarakat.
Tamadun Barat jika dilihat dari necara ini sebenarnya sudah muflis. Segala slogan yang dicanangkan oleh Barat seperti prinsip kebebasan, perdamaian dan persamaan hanyalah omongan kosong belaka. Seorang ahli falsafah Inggeris, Joede, menulis di dalam bukunya: “Sesungguhnya tamadun moden itu tidak ada perseimbangan antara kekuatan dan akhlak... kerana akhlak sangat ketinggalan jauh daripada ilmu. Semenjak kebangkitannya ilmu terus meningkat maju sedangkan akhlak berada dalam kemunduran sehingga jarak antara keduanya sangat jauh.”
SYARAT ISLAM SEBAGAI PENYELESAIAN:
Setiap sistem mempunyai falsafah, matlamat, jalan, gagasan dan caranya yang tersendiri mengenai kehidupan. Setiap sistem juga mempunyai masalah dan cara penyelesaiannya apabila dilaksanakan. Oleh itu adalah tidak adil dan tidak rasional jika sistem tertentu diminta menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh sistem lain. Logiknya jika kita ingin minta cara penyelesaian sesuatu sistem terhadap masalah kehidupan maka sistem itu perlu diberi peluang terlebih dahulu dilaksanakan dalam realiti kehidupan. Setelah itu barulah dapat dilihat sama ada masalah itu masih ada atau sudah selesai, berubah bentuk atau unsurnya. Pada masa itu barulah sistem berkenaan bertanggungjawab sepenuhnya terhadap permasalahan yang timbul.
Islam adalah sistem hidup yang lengkap, bersifat sepadu, saling berkait dan menguatkan antara satu aspek dengan aspek lain. Sistem ini berbeza daripada sistem lainnya dari segi wataknya, gagasannya tentang kehidupan dan cara pelaksanaannya. Perbezaan ini adalah perbezaan yang asasi dan menyeluruh. Oleh itu Islam tidak bertanggungjawab terhadap masalah yang timbul dalam masyarakat hari ini kerana masalah itu lahir akibat Islam dipisahkan daripada realiti kehidupan.
Sebenarnya untuk mengambil Islam sebagai penyelesaian masalah, terlebih dahulu Islam perlu dijadikan pengatur selurun kehidupan individu, keluarga, masyarakat, negara dan dunia ini. Setelah itu apabila timbul persoalan atau permasalahan barulah wajar untuk meminta pandangan Islam mengenai persoalan itu kerana masalah itu timbul dalam sistem Islam, bukan ditimbulkan oleh sistem bukan Islam. Allah SWT berfirman yang bermaksud:
“Wahai orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208).
Islam mendidik manusia dengan sistem tertentu, memerintah dengan hukum tertentu, menyelesai masalah mereka atas dasar tertentu serta mewujudkan sistem kemasyarakatan, ekonomi dan politik yang tertentu. Jadi perkara utamanya ialah melaksanakan Islam sebagai sistem yang menyeluruh dalam semua aspek kehidupan.
Pengertian Tarbiyah.
Tarbiyah berasal daripada perkataan Arab yang membawa erti penjagaan, pengasuhan dan pendidikan. Tarbiyah Islamiyah pula ialah penjagaan, pengasuhan dan pendidikan berasaskan sumber al-Quran al-Karim dan Sunnah Rasulullah SAW. Sumber-sumber ini adalah sumber-sumber rabbani. Dengan sumber inilah generasi sahabat dididik oleh Rasulullah SAW sehingga berjaya melahirkan generasi rabbani yang mendapat jolokan dan pujian daripada Allah seperti yang disebutkan di dalam al-Quran al-Karim yang bermaksud:
“Kamu adalah sebaik-baik ummah yang dikeluarkan untuk manusia. Kamu menyuruh berbuat kebaikan, melarang berbuat kemungkaran dan kamu beriman kepada Allah.”
(Ali ‘Imran: 110)
Peranan Tarbiyah Islamiyah.
Tarbiyah memainkan peranan penting dan berkesan dalam kebangkitan, pembangunan dan kemajuan sesuatu masyarakat. Maju atau mundur sesuatu masyarakat bergantung kepada maju atau mundur tarbiyah masyarakat tersebut. Oleh itu tarbiyah perlu diberi keutamaan dalam perancangan pembangunan sesuatu masyarakat. Sejarah Rasulullah SAW sendiri menjelaskan bahawa tarbiyah menjadi faktor utama untuk membangunkan manusia yang mampu menyelesaikan sebarang masalah yang timbul.
Titik Tolak Tarbiyah Islamiyah.
Di dalam ‘Tarbiyah ar-Ruhiyah’, Said Hawa menjelaskan bahawa asas dan titik tolak didikan Islam adalah iman.
Dr Abdul Karim Zaidan pula di dalam ‘Usul ad-Dakwah’ menghuraikan dengan panjang lebar mengenai peraturan asas pembentukan masyarakat Islam. Katanya, asas pembentukan masyarakat dalam Islam ialah aqidah Islam yakni tauhid Rububiyatillah dan tauhid Uluhiyatillah. "Setiap manusia dituntut meyakini aqidah ini supaya ia mengetahui hakikat diri dan letak duduknya manusia itu dalam hidup supaya faham mengapa manusia itu dijadikan, memahami hubungan dan pimpinan akal fikiran manusia, tindak lakunya dan segala aktivitinya dihubungkan dengan Allah swt,” tulis beliau.
Sehubungan itu, Muhammad Shadid dalam ‘Manhaj al-Quran fi-tarbiyah’ telah menyingkap kembali sejarah dengan menjelaskan bahawa Rasulullah SAW adalah utusan Allah SWT. Baginda adalah contoh utama dan qudwah hasanah serta pelaksana manhaj al-Quran. Baginda adalah pendakwah yang amat faham tentang dakwahnya dan murabbi (pendidik) yang dianugerahkan segala sifat sebagai murabbi. Baginda mengajak sahabatnya dan orang ramai beriman kepada Allah, menghubungkan mereka dengan al-Quran dan memberi kefahaman bahawa al-Quran adalah arahan daripada Allah SWT untuk dilaksanakan. Arahan itu hanya akan diterima oleh hati yang beriman. Oleh itu, menurut Said Hawa, pemusatan perlu diberi kepada proses pendidikan untuk memastikan lahir titik tolak yang betul.
Tarbiyah Imaniyah Dalam Semua Aspek.
Iman tidak boleh dipisahkan daripada sebarang kegiatan hidup manusia. Setiap pekerjaan yang dilakukan hendaklah dibina dan didorong oleh iman kepada Allah SWT. Dengan itu, barulah pekerjaan itu dikira sebagai ‘ubudiyah (ibadah) kepada Allah SWT.
Menurut Mustafa Masyhur, ibadah yang sahih (betul) lahir daripada aqidah yang baik. Perkataan ibadah itu mempunyai sifat kesyumulannya dan merangkumi segala urusan hidup, tidak terbatas kepada sembahyang, puasa, zakat dan haji sahaja kerana risalah dan tugas manusia dalam hidup ini ialah beribadah kepada Allah. Hidup seluruhnya ialah ibadah
kepada Allah.
“Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Aku.” (Al-Zariyat: 56)
Oleh itu setiap muslim mestilah bersungguh-sungguh merealisasikan pengertian ini dengan niat yang betul dalam setiap pekerjaan mereka. Dengan itu, barulah makan minum, ilmu dan amalan, riadah dan perkahwinan menjadi wasilah (jalan) mentaati Allah. Rumah menjadi mihrab (tempat beribadah kepada Allah). Begitu juga sekolah, kolej, kilang, tempat perniagaan, kebun, ladang, sawah, padang permainan, malah dunia seluruhnya menjadi tempat beribadah kepada Allah SWT. Dengan perkataan lain, segala usaha dan perkataan yang terbit daripada seorang muslim merupakan ibadah kepada Allah.
Dengan itu hubungan sentiasa wujud antara hamba dengan Penciptanya dalam semua aspek kehidupan. Semua urusan dirujuk kepada syariat Allah SWT. Hubungan hati manusia dengan Allah pada setiap masa adalah asas utama bagi melaksanakan tarbiyah Islamiyah dengan berkesan.
Aspek rabbani dalam tarbiyah Islamiyah adalah aspek yang paling penting kerana matlamat pendidikan Islam ialah melahirkan insan mukmin dalam pengertian sebenar iaitu insan yang memiliki iman yang menguasai hati dan fikiran, lahir dalam bentuk amalan dan tindakan, seperti yang disebutkan dalam al-athar: “...Ia sebati dalam jiwa dan dibenarkan dalam bentuk amalan.” Allah berfirman yang bermaksud:
“Sesungguhnya orang yang beriman ialah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah.” (Al-Hujurat: 15)
Tunggak tarbiyah rabbaniyah ialah hati yang subur, sentiasa berhubung dengan Allah SWT, yakin akan menemui-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Jiwa yang hidup inilah yang menjadi tumpuan Allah swt untuk dicampakkan nur kepadanya. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa bentuk kamu tetapi Dia melihat kepada hati dan amalanmu.”
“Pada hari di mana tidak berguna harta dan anak pinak kecuali mereka yang balik kepada Allah dengan hati yang (sejahtera).”
Tarbiyah Islamiyah berusaha menghi-dupkan jiwa supaya tidak mati, memakmurkannya supaya tidak binasa dan melembutkannya supaya tidak keras kerana hati yang keras dan akal yang beku merupakan satu kemungkaran yang perlu diminta perlindungan Allah SWT daripadanya.
“Adapun Nabi SAW meminta perlindungan daripada Allah SWT daripada ilmu yang tidak bermanfaat dan daripada hati yang tidak khusyu’.”
Hati Yang Soleh.
Baik buruk seseorang itu berpunca daripada hatinya. Tepat seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadithnya yang bermaksud:
“Ketahuilah di dalam jasad manusia terdapat seketul daging, jika baik ketulan itu maka baiklah seluruh jasadnya, tetapi jika rosak maka rosaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah ia adalah hati.”
Oleh itu membaiki dan merawat hati daripada sebarang penyakit perlu diberi keutamaan. Jiwa perlu dibersihkan daripada sebarang syirik dan sifat yang tercela seperti hasad, ‘ujub, takkabur, bakhil, cintakan dunia, menurut hawa nafsu dan sebagainya.
Menurut Ibn Qaiyyim al-Jauzi, hati itu menjadi baik apabila ia mengenali Allah yang menciptanya, nama-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya dan peraturan-Nya. Hati yang sihat akan mengutamakan keredaan Allah dan mencintai apa yang disukai Allah serta menjauhi segala tegahan dan perkara yang dimurkai-Nya.
Realiti Masyarakat Islam Kini.
Adalah satu hakikat yang mudah difahami iaitu manusia hendaklah menjadi muslim dan dididik dengan didikan Islam. Bagaimanapun perkara semudah ini tidak difahami oleh umat Islam hari ini atau kabur bagi mereka.
Umat Islam hari ini rata-rata kehilangan sahsiah atau identiti sebagai umat pilihan, hilang kekuatan dan terumbang-ambing menjadi buih, tidak digeruni atau disegani lagi seperti yang disebutkan oleh Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Hampir seluruh umat manusia bersatu menghancurkan kamu seperti orang yang sedang lapar menghadapi hidangan makanan. Mereka bertanya: ‘Apakah kita sedikit pada masa itu, wahai Rasulullah?’ Jawab baginda: ‘Malah kamu banyak, tapi kamu laksana buih air bah.”
Dasar Penyelesaian Islam.
Masalah manusia hari ini tidak akan dapat dirungkaikan kecuali kembali kepada Islam. Islam pula tidak dapat memainkan fungsinya melainkan wujud para pendokong (‘amilinnya).
Meneliti sejarah Rasulullah SAW, para pendokong dibentuk dan diproses melalui Tarbiyah Islamiyah yang mengikrarkan ‘ubudiyah hanya kepada Allah; ‘ubudiyah yang merangkumi i’tiqad, ibadah dan peraturan yang benar-benar berjalan dalam amalan hidup mereka. Proses ‘ubudiyah seperti ini akan membersihkan jiwa mereka daripada beriman kepada yang lain dan mengawasi amalan mereka daripada bermatlamatkan yang lain daripada Allah semata-mata.
Melalui proses ini sahajalah ummah Islamiyah dapat dibentuk. Ummah ini akan menjadi dasar penyelesaian Islam. Ummah yang dianggotai oleh mereka yang melalui proses pembentukan yang bertolak daripada kalimah tauhid yang diikrarkan oleh setiap anggotanya iaitu ‘La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah’.
Selagi ikrar ini tidak lahir dalam bentuk amalan individu mahupun masyarakat sebagai natijah proses pembentukan itu, mereka belum layak untuk menganggotai ummah muslimah dalam pengertian sebenar. Konsep yang tegas dan jelas ini perlu difahami oleh setiap muslim yang telah bertekad untuk memutuskan hubungannya dengan jahiliah dan mengikrarkan ‘ubudiyahnya hanya bagi Allah SWT. Kefahaman yang jelas ini penting supaya amalan hidup setiap muslim adalah benar-benar merupakan ibadah yang diredhai Allah SWT. Dengan perkataan lain ikrar itu menjadi kaedah atau asas bagi suatu sistem yang lengkap dan praktik. Dengan itu, kehidupan ummah Islamiah benar-benar diasas dan dikawal oleh kaedah ini, bukan kaedah lain atau bersama kaedah lain. Allah berfiman dalam Surah Yusuf, ayat 40 yang bermaksud:
“Keputusan hukum itu kepunyaan Allah. Dia memerintahkan supaya jangan tunduk memperhambakan diri melainkan kepada-Nya. Itulah din (agama) yang benar.”
Dalam Surah An-Nisa’, ayat 80 pula Allah berfirman yang bermaksud:
“Siapa yang mematuhi Rasul maka sesungguhnya ia mematuhi Allah.”
Berdasarkan kepada proses pembentukan dan pembangunan itu, maka langkah pertama ialah membersihkan jiwa anggota daripada ‘ubudiyah kepada yang lain daripada Allah swt sama ada dalam bentuk i’tiqad, ibadah dan syariat. Ummah yang dianggotai mereka yang sudah bersih hati dan jiwa sahaja yang dapat membangunkan masyarakat Islam.
Ummah yang dibangunkan di atas dasar tauhid tidak dapat diwujudkan kecuali setelah tencapai suatu tingkat kekuatan yang mampu menghadapi cabaran dan tekanan masyarakat jahiliyah. Kekuatan yang dimaksudkan ialah kekuatan aqidah, kekuatan syariah, kekuatan ahklak, kekuatan organisasi, kekuatan ilmu dan pelbagai jenis kekuatan yang diperlukan bagi menentang sistem jahiliyah atau sekurang-kurangnya mampu mempertahankan diri daripada dikuasai jahiliyah.
KEGAGALAN ALIRAN MARXISME:
Bibit-bibit kejatuhan Russia sebagai lambang kuasa yang dibangunkan di atas ideologi komunisme (aliran Marxist) telah bermula sejak 40 tahun yang lalu. Pada bulan September 1961, harian ‘Pravda’ yang menjadi lidah rasmi Jawatankuasa Pusat Parti Komunis Russia telah menyebarkan program baru parti itu. Rancangan itu ialah fikiran yang memansuhkan jalan atau cara revolusioner seperti yang ditegaskan oleh buku ‘Materialisme Dialektika’: “Berikutnya peralihan daripada kapitalisme kepada sosialisme dan memerdekakan kelas buruh (pekerja) daripada penindas kapitalis. Ini boleh direalisasikan bukan dengan evolusi, bukan dengan memperbaikinya, akan tetapi dengan perubahan bentuk dan cara sistem kapitalisme yakni dengan revolusi.”
Harian tersebut juga menegaskan usaha-usaha merealisasikan masyarakat komunisme seperti yang dirancangkan itu meliputi tempoh 20 tahun akan datang. Di samping itu ia menekankan kegagalan sistem komunis selama 40 tahun yang lalu dalam membentuk asas ideologi dan kehidupan duniawi yang lengkap bagi masyarakat komunisme.
Ini menunjukkan komunisme sebagai satu ideologi telah hilang kekuatannya untuk melaksanakan apa yang dinamakan ‘kepastian sejarah peralihan daripada kapitalisme kepada sosialisme’. Kegagalan itu berlaku kerana teori komunisme tidak ditegakkan di atas usul dan kaedah am yang lengkap untuk membolehkan ideologi itu berkembang.
Prinsip penghapusan hak milik individu telah ditukar kepada satu penyelesaian yang lebih sederhana iaitu menguasai segenap industri, perniagaan luar negara, bank-bank dan segala perkhidmatan awam. Antara bukti kegagalan pelaksanaan prinsip persamaan di dalam masyarakat komunisme diungkapkan dalam buku tulisan Krien Brinton yang bertajuk ‘Revolusi Komunisme: Unsur, Penyelesaian dan Hasilnya’: “Sebagaimana yang diakui oleh para pendokong komunisme sendiri bahawa Russia kini hidup di dalam satu masyarakat yang berbeza-beza dalam pembahagian barang-barang keperluan dan perolehan individu dengan perbezaan yang besar. Seorang ahli politik berkedudukan tinggi, pengarah perusahaan, penulis atau penari ballet hidup bergelumang dengan kemewahan sedangkan rakyat biasa tidak sedemikian.”
Keadaan itu menjadikan masyarakat Russia satu masyarakat yang lebih tidak memiliki persamaan dalam bidang ekonomi jika dibandingkan dengan sebarang masyarakat kapitalis.
Fakta itu jelas membuktikan komunisme pada zahirnya memperjuangkan prinsip persamaan dan keadilan secara teori tetapi gagal apabila dilaksanakan.
KEGAGALAN TAMADUN BARAT:
Sebahagian besar generasi muda tertipu oleh fatamorgana peradaban Barat. Mereka menyangka kebersihan lahiriah kaum itu merupakan bukti kebersihan rohani dan hati mereka. Kemajuan pesat di dalam bidang sains dan kebendaan tidak mencukupi untuk dijadikan contoh teladan di dalam segala perkara. Ukuran kemajuan dan tamadun sesuatu bangsa sepatutnya ditimbang dengan nilai akhlak dan kemanusiaan yang direalisasikan dalam masyarakat.
Tamadun Barat jika dilihat dari necara ini sebenarnya sudah muflis. Segala slogan yang dicanangkan oleh Barat seperti prinsip kebebasan, perdamaian dan persamaan hanyalah omongan kosong belaka. Seorang ahli falsafah Inggeris, Joede, menulis di dalam bukunya: “Sesungguhnya tamadun moden itu tidak ada perseimbangan antara kekuatan dan akhlak... kerana akhlak sangat ketinggalan jauh daripada ilmu. Semenjak kebangkitannya ilmu terus meningkat maju sedangkan akhlak berada dalam kemunduran sehingga jarak antara keduanya sangat jauh.”
SYARAT ISLAM SEBAGAI PENYELESAIAN:
Setiap sistem mempunyai falsafah, matlamat, jalan, gagasan dan caranya yang tersendiri mengenai kehidupan. Setiap sistem juga mempunyai masalah dan cara penyelesaiannya apabila dilaksanakan. Oleh itu adalah tidak adil dan tidak rasional jika sistem tertentu diminta menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh sistem lain. Logiknya jika kita ingin minta cara penyelesaian sesuatu sistem terhadap masalah kehidupan maka sistem itu perlu diberi peluang terlebih dahulu dilaksanakan dalam realiti kehidupan. Setelah itu barulah dapat dilihat sama ada masalah itu masih ada atau sudah selesai, berubah bentuk atau unsurnya. Pada masa itu barulah sistem berkenaan bertanggungjawab sepenuhnya terhadap permasalahan yang timbul.
Islam adalah sistem hidup yang lengkap, bersifat sepadu, saling berkait dan menguatkan antara satu aspek dengan aspek lain. Sistem ini berbeza daripada sistem lainnya dari segi wataknya, gagasannya tentang kehidupan dan cara pelaksanaannya. Perbezaan ini adalah perbezaan yang asasi dan menyeluruh. Oleh itu Islam tidak bertanggungjawab terhadap masalah yang timbul dalam masyarakat hari ini kerana masalah itu lahir akibat Islam dipisahkan daripada realiti kehidupan.
Sebenarnya untuk mengambil Islam sebagai penyelesaian masalah, terlebih dahulu Islam perlu dijadikan pengatur selurun kehidupan individu, keluarga, masyarakat, negara dan dunia ini. Setelah itu apabila timbul persoalan atau permasalahan barulah wajar untuk meminta pandangan Islam mengenai persoalan itu kerana masalah itu timbul dalam sistem Islam, bukan ditimbulkan oleh sistem bukan Islam. Allah SWT berfirman yang bermaksud:
“Wahai orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208).
Islam mendidik manusia dengan sistem tertentu, memerintah dengan hukum tertentu, menyelesai masalah mereka atas dasar tertentu serta mewujudkan sistem kemasyarakatan, ekonomi dan politik yang tertentu. Jadi perkara utamanya ialah melaksanakan Islam sebagai sistem yang menyeluruh dalam semua aspek kehidupan.
Pengertian Tarbiyah.
Tarbiyah berasal daripada perkataan Arab yang membawa erti penjagaan, pengasuhan dan pendidikan. Tarbiyah Islamiyah pula ialah penjagaan, pengasuhan dan pendidikan berasaskan sumber al-Quran al-Karim dan Sunnah Rasulullah SAW. Sumber-sumber ini adalah sumber-sumber rabbani. Dengan sumber inilah generasi sahabat dididik oleh Rasulullah SAW sehingga berjaya melahirkan generasi rabbani yang mendapat jolokan dan pujian daripada Allah seperti yang disebutkan di dalam al-Quran al-Karim yang bermaksud:
“Kamu adalah sebaik-baik ummah yang dikeluarkan untuk manusia. Kamu menyuruh berbuat kebaikan, melarang berbuat kemungkaran dan kamu beriman kepada Allah.”
(Ali ‘Imran: 110)
Peranan Tarbiyah Islamiyah.
Tarbiyah memainkan peranan penting dan berkesan dalam kebangkitan, pembangunan dan kemajuan sesuatu masyarakat. Maju atau mundur sesuatu masyarakat bergantung kepada maju atau mundur tarbiyah masyarakat tersebut. Oleh itu tarbiyah perlu diberi keutamaan dalam perancangan pembangunan sesuatu masyarakat. Sejarah Rasulullah SAW sendiri menjelaskan bahawa tarbiyah menjadi faktor utama untuk membangunkan manusia yang mampu menyelesaikan sebarang masalah yang timbul.
Titik Tolak Tarbiyah Islamiyah.
Di dalam ‘Tarbiyah ar-Ruhiyah’, Said Hawa menjelaskan bahawa asas dan titik tolak didikan Islam adalah iman.
Dr Abdul Karim Zaidan pula di dalam ‘Usul ad-Dakwah’ menghuraikan dengan panjang lebar mengenai peraturan asas pembentukan masyarakat Islam. Katanya, asas pembentukan masyarakat dalam Islam ialah aqidah Islam yakni tauhid Rububiyatillah dan tauhid Uluhiyatillah. "Setiap manusia dituntut meyakini aqidah ini supaya ia mengetahui hakikat diri dan letak duduknya manusia itu dalam hidup supaya faham mengapa manusia itu dijadikan, memahami hubungan dan pimpinan akal fikiran manusia, tindak lakunya dan segala aktivitinya dihubungkan dengan Allah swt,” tulis beliau.
Sehubungan itu, Muhammad Shadid dalam ‘Manhaj al-Quran fi-tarbiyah’ telah menyingkap kembali sejarah dengan menjelaskan bahawa Rasulullah SAW adalah utusan Allah SWT. Baginda adalah contoh utama dan qudwah hasanah serta pelaksana manhaj al-Quran. Baginda adalah pendakwah yang amat faham tentang dakwahnya dan murabbi (pendidik) yang dianugerahkan segala sifat sebagai murabbi. Baginda mengajak sahabatnya dan orang ramai beriman kepada Allah, menghubungkan mereka dengan al-Quran dan memberi kefahaman bahawa al-Quran adalah arahan daripada Allah SWT untuk dilaksanakan. Arahan itu hanya akan diterima oleh hati yang beriman. Oleh itu, menurut Said Hawa, pemusatan perlu diberi kepada proses pendidikan untuk memastikan lahir titik tolak yang betul.
Tarbiyah Imaniyah Dalam Semua Aspek.
Iman tidak boleh dipisahkan daripada sebarang kegiatan hidup manusia. Setiap pekerjaan yang dilakukan hendaklah dibina dan didorong oleh iman kepada Allah SWT. Dengan itu, barulah pekerjaan itu dikira sebagai ‘ubudiyah (ibadah) kepada Allah SWT.
Menurut Mustafa Masyhur, ibadah yang sahih (betul) lahir daripada aqidah yang baik. Perkataan ibadah itu mempunyai sifat kesyumulannya dan merangkumi segala urusan hidup, tidak terbatas kepada sembahyang, puasa, zakat dan haji sahaja kerana risalah dan tugas manusia dalam hidup ini ialah beribadah kepada Allah. Hidup seluruhnya ialah ibadah
kepada Allah.
“Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Aku.” (Al-Zariyat: 56)
Oleh itu setiap muslim mestilah bersungguh-sungguh merealisasikan pengertian ini dengan niat yang betul dalam setiap pekerjaan mereka. Dengan itu, barulah makan minum, ilmu dan amalan, riadah dan perkahwinan menjadi wasilah (jalan) mentaati Allah. Rumah menjadi mihrab (tempat beribadah kepada Allah). Begitu juga sekolah, kolej, kilang, tempat perniagaan, kebun, ladang, sawah, padang permainan, malah dunia seluruhnya menjadi tempat beribadah kepada Allah SWT. Dengan perkataan lain, segala usaha dan perkataan yang terbit daripada seorang muslim merupakan ibadah kepada Allah.
Dengan itu hubungan sentiasa wujud antara hamba dengan Penciptanya dalam semua aspek kehidupan. Semua urusan dirujuk kepada syariat Allah SWT. Hubungan hati manusia dengan Allah pada setiap masa adalah asas utama bagi melaksanakan tarbiyah Islamiyah dengan berkesan.
Aspek rabbani dalam tarbiyah Islamiyah adalah aspek yang paling penting kerana matlamat pendidikan Islam ialah melahirkan insan mukmin dalam pengertian sebenar iaitu insan yang memiliki iman yang menguasai hati dan fikiran, lahir dalam bentuk amalan dan tindakan, seperti yang disebutkan dalam al-athar: “...Ia sebati dalam jiwa dan dibenarkan dalam bentuk amalan.” Allah berfirman yang bermaksud:
“Sesungguhnya orang yang beriman ialah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah.” (Al-Hujurat: 15)
Tunggak tarbiyah rabbaniyah ialah hati yang subur, sentiasa berhubung dengan Allah SWT, yakin akan menemui-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Jiwa yang hidup inilah yang menjadi tumpuan Allah swt untuk dicampakkan nur kepadanya. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa bentuk kamu tetapi Dia melihat kepada hati dan amalanmu.”
“Pada hari di mana tidak berguna harta dan anak pinak kecuali mereka yang balik kepada Allah dengan hati yang (sejahtera).”
Tarbiyah Islamiyah berusaha menghi-dupkan jiwa supaya tidak mati, memakmurkannya supaya tidak binasa dan melembutkannya supaya tidak keras kerana hati yang keras dan akal yang beku merupakan satu kemungkaran yang perlu diminta perlindungan Allah SWT daripadanya.
“Adapun Nabi SAW meminta perlindungan daripada Allah SWT daripada ilmu yang tidak bermanfaat dan daripada hati yang tidak khusyu’.”
Hati Yang Soleh.
Baik buruk seseorang itu berpunca daripada hatinya. Tepat seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadithnya yang bermaksud:
“Ketahuilah di dalam jasad manusia terdapat seketul daging, jika baik ketulan itu maka baiklah seluruh jasadnya, tetapi jika rosak maka rosaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah ia adalah hati.”
Oleh itu membaiki dan merawat hati daripada sebarang penyakit perlu diberi keutamaan. Jiwa perlu dibersihkan daripada sebarang syirik dan sifat yang tercela seperti hasad, ‘ujub, takkabur, bakhil, cintakan dunia, menurut hawa nafsu dan sebagainya.
Menurut Ibn Qaiyyim al-Jauzi, hati itu menjadi baik apabila ia mengenali Allah yang menciptanya, nama-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya dan peraturan-Nya. Hati yang sihat akan mengutamakan keredaan Allah dan mencintai apa yang disukai Allah serta menjauhi segala tegahan dan perkara yang dimurkai-Nya.
Realiti Masyarakat Islam Kini.
Adalah satu hakikat yang mudah difahami iaitu manusia hendaklah menjadi muslim dan dididik dengan didikan Islam. Bagaimanapun perkara semudah ini tidak difahami oleh umat Islam hari ini atau kabur bagi mereka.
Umat Islam hari ini rata-rata kehilangan sahsiah atau identiti sebagai umat pilihan, hilang kekuatan dan terumbang-ambing menjadi buih, tidak digeruni atau disegani lagi seperti yang disebutkan oleh Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Hampir seluruh umat manusia bersatu menghancurkan kamu seperti orang yang sedang lapar menghadapi hidangan makanan. Mereka bertanya: ‘Apakah kita sedikit pada masa itu, wahai Rasulullah?’ Jawab baginda: ‘Malah kamu banyak, tapi kamu laksana buih air bah.”
Dasar Penyelesaian Islam.
Masalah manusia hari ini tidak akan dapat dirungkaikan kecuali kembali kepada Islam. Islam pula tidak dapat memainkan fungsinya melainkan wujud para pendokong (‘amilinnya).
Meneliti sejarah Rasulullah SAW, para pendokong dibentuk dan diproses melalui Tarbiyah Islamiyah yang mengikrarkan ‘ubudiyah hanya kepada Allah; ‘ubudiyah yang merangkumi i’tiqad, ibadah dan peraturan yang benar-benar berjalan dalam amalan hidup mereka. Proses ‘ubudiyah seperti ini akan membersihkan jiwa mereka daripada beriman kepada yang lain dan mengawasi amalan mereka daripada bermatlamatkan yang lain daripada Allah semata-mata.
Melalui proses ini sahajalah ummah Islamiyah dapat dibentuk. Ummah ini akan menjadi dasar penyelesaian Islam. Ummah yang dianggotai oleh mereka yang melalui proses pembentukan yang bertolak daripada kalimah tauhid yang diikrarkan oleh setiap anggotanya iaitu ‘La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah’.
Selagi ikrar ini tidak lahir dalam bentuk amalan individu mahupun masyarakat sebagai natijah proses pembentukan itu, mereka belum layak untuk menganggotai ummah muslimah dalam pengertian sebenar. Konsep yang tegas dan jelas ini perlu difahami oleh setiap muslim yang telah bertekad untuk memutuskan hubungannya dengan jahiliah dan mengikrarkan ‘ubudiyahnya hanya bagi Allah SWT. Kefahaman yang jelas ini penting supaya amalan hidup setiap muslim adalah benar-benar merupakan ibadah yang diredhai Allah SWT. Dengan perkataan lain ikrar itu menjadi kaedah atau asas bagi suatu sistem yang lengkap dan praktik. Dengan itu, kehidupan ummah Islamiah benar-benar diasas dan dikawal oleh kaedah ini, bukan kaedah lain atau bersama kaedah lain. Allah berfiman dalam Surah Yusuf, ayat 40 yang bermaksud:
“Keputusan hukum itu kepunyaan Allah. Dia memerintahkan supaya jangan tunduk memperhambakan diri melainkan kepada-Nya. Itulah din (agama) yang benar.”
Dalam Surah An-Nisa’, ayat 80 pula Allah berfirman yang bermaksud:
“Siapa yang mematuhi Rasul maka sesungguhnya ia mematuhi Allah.”
Berdasarkan kepada proses pembentukan dan pembangunan itu, maka langkah pertama ialah membersihkan jiwa anggota daripada ‘ubudiyah kepada yang lain daripada Allah swt sama ada dalam bentuk i’tiqad, ibadah dan syariat. Ummah yang dianggotai mereka yang sudah bersih hati dan jiwa sahaja yang dapat membangunkan masyarakat Islam.
Ummah yang dibangunkan di atas dasar tauhid tidak dapat diwujudkan kecuali setelah tencapai suatu tingkat kekuatan yang mampu menghadapi cabaran dan tekanan masyarakat jahiliyah. Kekuatan yang dimaksudkan ialah kekuatan aqidah, kekuatan syariah, kekuatan ahklak, kekuatan organisasi, kekuatan ilmu dan pelbagai jenis kekuatan yang diperlukan bagi menentang sistem jahiliyah atau sekurang-kurangnya mampu mempertahankan diri daripada dikuasai jahiliyah.
Inspirasi
Diriku berlari
Kejar buih di kaki sirahmu
Malangnya tak jumpa
Hilang ditelan ombak masa
Lelah aku
Dan termangu di sini
Mencari sinar
Ku cuba mengutip
Butir bistari di pesisir kalammu
Inginku sematkan
Menghiasi dada kehidupanku
lalu terang destinasi abadi
Di hujung langkahku
Kau inspirasi
Jiwa nan suci
Inginku terus selami
Di dasar dirimu kilau cahaya
Mutiara putih
Menyinar ke dalam lubuk jiwa
Nan gelap gelita
Di dasar dirimu
Karang indah
Halus penuh seni
meneguh perjuangan kebenaran
Hikmah pekerti
Kau inspirasi
Permata hati
Ingin ku terus selami
Kau inspirasi
Walau kau pergi
Namun ku tetap di sini..
~Nowseeheart~
Kejar buih di kaki sirahmu
Malangnya tak jumpa
Hilang ditelan ombak masa
Lelah aku
Dan termangu di sini
Mencari sinar
Ku cuba mengutip
Butir bistari di pesisir kalammu
Inginku sematkan
Menghiasi dada kehidupanku
lalu terang destinasi abadi
Di hujung langkahku
Kau inspirasi
Jiwa nan suci
Inginku terus selami
Di dasar dirimu kilau cahaya
Mutiara putih
Menyinar ke dalam lubuk jiwa
Nan gelap gelita
Di dasar dirimu
Karang indah
Halus penuh seni
meneguh perjuangan kebenaran
Hikmah pekerti
Kau inspirasi
Permata hati
Ingin ku terus selami
Kau inspirasi
Walau kau pergi
Namun ku tetap di sini..
~Nowseeheart~
Berfikir Tuntutan Allah
Pada hakikatnya kita sentiasa berfikir. Setiap hari sewaktu bekerja kita sentiasa berfikir mengenai pekerjaan kita. Kita berfikir tentang cara untuk meningkatkan prestasi kerja kita. Kita berfikir tentang cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Selepas itu, kita berfikir pula tentang cara untuk mengekalkan prestasi yang baik. Akhirnya kita akan berfikir pula tentang cara untuk menghasilkan prestasi yang terbaik. Begitulah keadaan akal kita yang tidak pernah berhenti daripada berfikir.
Bagaimanapun, kita akan berfikir dengan lebih serius apabila kita berhadapan dengan masalah, misalnya ketika kita ditimpa musibah, ketika kita kesempitan wang, ketika kita sakit atau ketika kita menghadapi kegagalan. Kita berfikir untuk mencari jalan penyelesaian. Lebih berat masalah yang kita hadapi, lebih besar juga usaha berfikir yang kita lakukan.
Berfikir Kerana Allah?
Bagaimanakah pula dengan tanggung-jawab kita terhadap Allah SWT dalam hal berfikir ini? Apakah yang dituntut oleh Allah SWT dengan keupayaan berfikir yang ada pada kita? Untuk apakah Allah memberikan kita keupayaan berfikir? Apakah keutamaan orang yang berfikir menurut kehendak Allah? Apakah balasan dan kesudahan orang yang tidak mahu berfikir seperti yang Allah tuntut?
Sebenarnya Allah SWT memerintahkan kita untuk berfikir. Sebagai contoh, perhatikan firman Allah SWT yang bermaksud:
“Orang yang mengingati Allah ketika berdiri dan duduk ketika berbaring dan mereka memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (mereka mengatakan): Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, peliharalah kami daripada seksa neraka.
“Wahai Tuhan kami, siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, sesungguhnya Engkau hinakan dia, dan orang yang melanggar aturan itu tidak mempunyai penolong.
“Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang memanggil kepada keimanan: Berimanlah kepada Tuhanmu! Lalu kami beriman. Wahai Tuhan kami, sebab itu ampunilah dosa kami dan tutuplah kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang yang baik-baik.
“Wahai Tuhan kami, berikanlah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau dan janganlah Engkau hinakan kami di akhirat. Sesungguhnya Engkau tidak memungkiri janji.
“Maka Tuhan memperkenankan permohonan mereka dan mengatakan: Sesungguhnya Aku tidak akan membuang percuma saja pekerjaan orang yang beramal antara kamu, baik lelaki atau perempuan, satu dengan yang lain adalah sama. Oleh itu, orang yang berpindah negeri, diusir daripada rumahnya, diseksa kerana mengikut jalan-Ku dan berperang atau terbunuh, sesungguhnya akan Kututup kesalahan mereka dan akan Aku masukkan ke dalam syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Itulah pahala daripada Allah dan di sisi Allah pahala yang sebaik-baiknya.”
(Ali ‘Imran: 191-195)
Pada suatu subuh, Saidina Bilal melihat Rasulullah SAW menangis teresak-esak. Apabila ditanya oleh Bilal mengapakah baginda menangis, Rasulullah SAW menjawab bahawa baginda baru saja menerima wahyu (ayat di atas). Apakah kandungan ayat tersebut yang menyebabkan Rasulullah SAW menangis?
Dalam ayat pertama, Allah menerangkan tentang sifat orang yang mengingati-Nya pada waktu berdiri, duduk dan berbaring. Menurut Abdullah Yusuf Ali dalam tafsirannya, semua keadaan itu (berdiri, duduk dan berbaring) adalah simbolik untuk semua keadaan termasuk peribadi, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Maknanya dalam seluruh hidup kita sama ada belajar, bekerja, bergaul, berumahtangga malah apa saja, adalah dalam keadaan sentiasa mengingati Allah.
Apakah yang dimaksudkan dengan sentiasa mengingati Allah? Adakah ini bermakna kita menyebut perkataan ‘Allah’, ‘Allah’, ‘Allah’, pada setiap masa? Sebenarnya apa yang dituntut oleh Allah ialah supaya kita menentukan setiap perkara yang kita lakukan mestilah:
* untuk mencari matlamat Allah;
* dilaksanakan mengikut syariat Allah; dan
* meletakkan pengharapan kepada Allah, bukan kepada usaha kita semata-mata.
Ini bermakna kita perlu sentiasa memikirkan adakah kehidupan kita seluruhnya berada dalam keadaan seperti di atas. Adakah kita telah menjadikan seluruh hidup kita sebagai perhambaan kepada Allah dalam pengertian di atas?
Dalam ayat seterusnya Allah menyebutkan sifat mereka yang berfikir mengenai keajaiban kejadian langit dan bumi. Mereka berfikir sehingga dapat membuat kesimpulan bahawa semuanya dijadikan oleh Allah bukan dengan sia-sia. Kemudian mereka berdoa supaya ‘selamatkanlah’ diri mereka daripada api neraka. Abdullah Yusuf Ali menafsirkan api adalah simbolik kepada hukuman yang pedih. Apa yang penting di sini ialah hubungan antara berfikir dengan selamat daripada api neraka.
Marilah kita bertanya diri sendiri adakah kita telah berfikir dengan bersungguh-sungguh sehingga kita merasai akan kehebatan ciptaan Allah SWT? Banyak perkara yang boleh kita fikirkan, misalnya penciptaan manusia sendiri dan penciptaan unsur-unsur utama alam iaitu udara, air, tumbuhan dan haiwan. Kehebatan ciptaan Allah sepatutnya menjadikan hati kita tunduk pada kebesaran Allah. Apabila kita tunduk pada kebesaran Allah, kita akan mematuhi segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kita sedar bahawa kejayaan yang sebenar ialah apabila kita selamat daripada api neraka. Allah menyebutkan dalam ayat di atas, sesiapa yang dimasukkan ke dalam api neraka sebenarnya mendapat kehinaan. Cuba kita fikirkan tentang kegagalan yang dialami di dunia ini. Sekiranya kita gagal peperiksaan pun kita rasa malu dan terhina. Begitu juga dengan orang yang gagal dalam temuduga pekerjaan, berasa malu dan hina. Apa lagi orang yang didapati bersalah dan dihukum masuk penjara, mereka akan berasa kehinaan yang lebih besar lagi. Jadi salah satu ciri azab akhirat ialah kehinaan. Kita terhina di hadapan seluruh manusia, di hadapan Allah dan para malaikat-Nya. Bukankah ini merupakan sumber motivasi yang terbesar untuk manusia mengabdikan diri kepada Allah SWT dalam pengertian yang sebenarnya?
Dalam ayat di atas juga disebutkan, mereka berdoa sekali lagi supaya Allah tidak menghinakan mereka di akhirat. Ini menunjuk-kan betapa beratnya seksaan menanggung kehinaan di akhirat nanti. Lebih berat daripada segala bentuk kehinaan di dunia.
Akhirnya Allah memperkenankan permohonan mereka dan memasukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Sekali lagi, Abdullah Yusuf Ali mengatakan bahawa sungai-sungai yang mengalir di bawahnya ialah simbol kebahagiaan dan kemewahan yang tidak terhingga yang sesuai dengan keadaan masyarakat Arab pada masa itu (masa wahyu diturunkan). Ini kerana sungai adalah satu nikmat yang tidak terhingga bagi masyarakat yang hidup di tengah padang pasir yang kering kontang. Oleh itu, sudah tentu kita boleh membayangkan bentuk kemewahan dan kenikmatan yang tidak terhingga itu. Malah Rasulullah SAW pernah bersabda bahawa nikmat di syurga Allah adalah sesuatu yang tidak pernah dipandang, tidak pernah didengar dan tidak pernah terlintas di hati manusia. Itulah nikmat dan kejayaan sebenar.
Apakah yang perlu kita fikirkan?
Sebenarnya perkara yang disebutkan di dalam ayat yang dipetik di atas itulah perkara pertama yang perlu kita fikirkan. Selain itu, ada perkara lain lagi yang perlu kita fikirkan.
Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah menceritakan mengikut apa yang tersebut di dalam kitab Nabi Ibrahim AS yang bermaksud:
“Sewajarnya setiap yang berakal, selagi akal fikirannya tidak hilang, membahagikan masanya kepada empat waktu iaitu:
* waktu untuk dia bermunajat (berzikir dan berdoa) kepada Allah;
* waktu untuk dia bermuhasabah tentang dirinya;
* waktu untuk dia berfikir tentang ciptaan-ciptaan Allah; dan
* waktu untuk dia menumpukan kepada keperluannya seperti mencari makanan dan minuman.”
Adakah kita telah memikirkan tentang empat perkara di atas ataupun kita menumpukan pemikiran kepada aspek tertentu sahaja? Dunia di sekeliling kita hanya memikirkan tentang perkara yang keempat. Sekiranya kita tidak berhati-hati, suasana yang ada di sekeliling kita boleh mempengaruhi kita sama ada kita sedar atau tidak. Mungkin secara tidak disedari kita hanya memikirkan persoalan yang keempat sahaja. Ini bermakna kita merasai perkara pertama, kedua dan ketiga sebagai tidak penting. Na’uzubillah!
Setelah beriman dan merasai hubungan kita dengan janji-janji Allah, kita dituntut pula untuk memikirkan persoalan jihad iaitu mencari jalan yang terbaik bagi menyelamatkan umat Islam daripada terus berada di bawah cengkaman musuh-musuh Islam. Ini adalah tuntutan yang sudah sewajarnya dirasai oleh mereka yang benar-benar berfikir tentang kewujudan, keagungan dan kekuasaan Allah.
Sebagai kesimpulan, berfikir merupakan salah satu tugas utama setiap mukmin yang benar-benar mahu beriman kepada Allah SWT. Hanya dengan berfikir tentang penciptaan langit, bumi dan makhluk-makhluk Allah SWT, kita akan merasai kehebatan-Nya. Dengan rasa hati yang mengagungkan Allah SWT sahaja kita akan merasai hidup ini merupakan ujian daripada Allah SWT. Akhirnya proses berfikir akan membawa hati kita merasai bahawa balasan Allah SWT sedang menanti kita di akhirat. Bagi mukmin, doa mereka ialah semoga Allah SWT menyelamatkan diri mereka daripada api neraka jahanam yang sangat pedih. Inilah yang sepatutnya berlaku apabila kita berfikir.
Bagaimanapun, kita akan berfikir dengan lebih serius apabila kita berhadapan dengan masalah, misalnya ketika kita ditimpa musibah, ketika kita kesempitan wang, ketika kita sakit atau ketika kita menghadapi kegagalan. Kita berfikir untuk mencari jalan penyelesaian. Lebih berat masalah yang kita hadapi, lebih besar juga usaha berfikir yang kita lakukan.
Berfikir Kerana Allah?
Bagaimanakah pula dengan tanggung-jawab kita terhadap Allah SWT dalam hal berfikir ini? Apakah yang dituntut oleh Allah SWT dengan keupayaan berfikir yang ada pada kita? Untuk apakah Allah memberikan kita keupayaan berfikir? Apakah keutamaan orang yang berfikir menurut kehendak Allah? Apakah balasan dan kesudahan orang yang tidak mahu berfikir seperti yang Allah tuntut?
Sebenarnya Allah SWT memerintahkan kita untuk berfikir. Sebagai contoh, perhatikan firman Allah SWT yang bermaksud:
“Orang yang mengingati Allah ketika berdiri dan duduk ketika berbaring dan mereka memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (mereka mengatakan): Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, peliharalah kami daripada seksa neraka.
“Wahai Tuhan kami, siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, sesungguhnya Engkau hinakan dia, dan orang yang melanggar aturan itu tidak mempunyai penolong.
“Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang memanggil kepada keimanan: Berimanlah kepada Tuhanmu! Lalu kami beriman. Wahai Tuhan kami, sebab itu ampunilah dosa kami dan tutuplah kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang yang baik-baik.
“Wahai Tuhan kami, berikanlah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau dan janganlah Engkau hinakan kami di akhirat. Sesungguhnya Engkau tidak memungkiri janji.
“Maka Tuhan memperkenankan permohonan mereka dan mengatakan: Sesungguhnya Aku tidak akan membuang percuma saja pekerjaan orang yang beramal antara kamu, baik lelaki atau perempuan, satu dengan yang lain adalah sama. Oleh itu, orang yang berpindah negeri, diusir daripada rumahnya, diseksa kerana mengikut jalan-Ku dan berperang atau terbunuh, sesungguhnya akan Kututup kesalahan mereka dan akan Aku masukkan ke dalam syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Itulah pahala daripada Allah dan di sisi Allah pahala yang sebaik-baiknya.”
(Ali ‘Imran: 191-195)
Pada suatu subuh, Saidina Bilal melihat Rasulullah SAW menangis teresak-esak. Apabila ditanya oleh Bilal mengapakah baginda menangis, Rasulullah SAW menjawab bahawa baginda baru saja menerima wahyu (ayat di atas). Apakah kandungan ayat tersebut yang menyebabkan Rasulullah SAW menangis?
Dalam ayat pertama, Allah menerangkan tentang sifat orang yang mengingati-Nya pada waktu berdiri, duduk dan berbaring. Menurut Abdullah Yusuf Ali dalam tafsirannya, semua keadaan itu (berdiri, duduk dan berbaring) adalah simbolik untuk semua keadaan termasuk peribadi, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Maknanya dalam seluruh hidup kita sama ada belajar, bekerja, bergaul, berumahtangga malah apa saja, adalah dalam keadaan sentiasa mengingati Allah.
Apakah yang dimaksudkan dengan sentiasa mengingati Allah? Adakah ini bermakna kita menyebut perkataan ‘Allah’, ‘Allah’, ‘Allah’, pada setiap masa? Sebenarnya apa yang dituntut oleh Allah ialah supaya kita menentukan setiap perkara yang kita lakukan mestilah:
* untuk mencari matlamat Allah;
* dilaksanakan mengikut syariat Allah; dan
* meletakkan pengharapan kepada Allah, bukan kepada usaha kita semata-mata.
Ini bermakna kita perlu sentiasa memikirkan adakah kehidupan kita seluruhnya berada dalam keadaan seperti di atas. Adakah kita telah menjadikan seluruh hidup kita sebagai perhambaan kepada Allah dalam pengertian di atas?
Dalam ayat seterusnya Allah menyebutkan sifat mereka yang berfikir mengenai keajaiban kejadian langit dan bumi. Mereka berfikir sehingga dapat membuat kesimpulan bahawa semuanya dijadikan oleh Allah bukan dengan sia-sia. Kemudian mereka berdoa supaya ‘selamatkanlah’ diri mereka daripada api neraka. Abdullah Yusuf Ali menafsirkan api adalah simbolik kepada hukuman yang pedih. Apa yang penting di sini ialah hubungan antara berfikir dengan selamat daripada api neraka.
Marilah kita bertanya diri sendiri adakah kita telah berfikir dengan bersungguh-sungguh sehingga kita merasai akan kehebatan ciptaan Allah SWT? Banyak perkara yang boleh kita fikirkan, misalnya penciptaan manusia sendiri dan penciptaan unsur-unsur utama alam iaitu udara, air, tumbuhan dan haiwan. Kehebatan ciptaan Allah sepatutnya menjadikan hati kita tunduk pada kebesaran Allah. Apabila kita tunduk pada kebesaran Allah, kita akan mematuhi segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kita sedar bahawa kejayaan yang sebenar ialah apabila kita selamat daripada api neraka. Allah menyebutkan dalam ayat di atas, sesiapa yang dimasukkan ke dalam api neraka sebenarnya mendapat kehinaan. Cuba kita fikirkan tentang kegagalan yang dialami di dunia ini. Sekiranya kita gagal peperiksaan pun kita rasa malu dan terhina. Begitu juga dengan orang yang gagal dalam temuduga pekerjaan, berasa malu dan hina. Apa lagi orang yang didapati bersalah dan dihukum masuk penjara, mereka akan berasa kehinaan yang lebih besar lagi. Jadi salah satu ciri azab akhirat ialah kehinaan. Kita terhina di hadapan seluruh manusia, di hadapan Allah dan para malaikat-Nya. Bukankah ini merupakan sumber motivasi yang terbesar untuk manusia mengabdikan diri kepada Allah SWT dalam pengertian yang sebenarnya?
Dalam ayat di atas juga disebutkan, mereka berdoa sekali lagi supaya Allah tidak menghinakan mereka di akhirat. Ini menunjuk-kan betapa beratnya seksaan menanggung kehinaan di akhirat nanti. Lebih berat daripada segala bentuk kehinaan di dunia.
Akhirnya Allah memperkenankan permohonan mereka dan memasukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Sekali lagi, Abdullah Yusuf Ali mengatakan bahawa sungai-sungai yang mengalir di bawahnya ialah simbol kebahagiaan dan kemewahan yang tidak terhingga yang sesuai dengan keadaan masyarakat Arab pada masa itu (masa wahyu diturunkan). Ini kerana sungai adalah satu nikmat yang tidak terhingga bagi masyarakat yang hidup di tengah padang pasir yang kering kontang. Oleh itu, sudah tentu kita boleh membayangkan bentuk kemewahan dan kenikmatan yang tidak terhingga itu. Malah Rasulullah SAW pernah bersabda bahawa nikmat di syurga Allah adalah sesuatu yang tidak pernah dipandang, tidak pernah didengar dan tidak pernah terlintas di hati manusia. Itulah nikmat dan kejayaan sebenar.
Apakah yang perlu kita fikirkan?
Sebenarnya perkara yang disebutkan di dalam ayat yang dipetik di atas itulah perkara pertama yang perlu kita fikirkan. Selain itu, ada perkara lain lagi yang perlu kita fikirkan.
Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah menceritakan mengikut apa yang tersebut di dalam kitab Nabi Ibrahim AS yang bermaksud:
“Sewajarnya setiap yang berakal, selagi akal fikirannya tidak hilang, membahagikan masanya kepada empat waktu iaitu:
* waktu untuk dia bermunajat (berzikir dan berdoa) kepada Allah;
* waktu untuk dia bermuhasabah tentang dirinya;
* waktu untuk dia berfikir tentang ciptaan-ciptaan Allah; dan
* waktu untuk dia menumpukan kepada keperluannya seperti mencari makanan dan minuman.”
Adakah kita telah memikirkan tentang empat perkara di atas ataupun kita menumpukan pemikiran kepada aspek tertentu sahaja? Dunia di sekeliling kita hanya memikirkan tentang perkara yang keempat. Sekiranya kita tidak berhati-hati, suasana yang ada di sekeliling kita boleh mempengaruhi kita sama ada kita sedar atau tidak. Mungkin secara tidak disedari kita hanya memikirkan persoalan yang keempat sahaja. Ini bermakna kita merasai perkara pertama, kedua dan ketiga sebagai tidak penting. Na’uzubillah!
Setelah beriman dan merasai hubungan kita dengan janji-janji Allah, kita dituntut pula untuk memikirkan persoalan jihad iaitu mencari jalan yang terbaik bagi menyelamatkan umat Islam daripada terus berada di bawah cengkaman musuh-musuh Islam. Ini adalah tuntutan yang sudah sewajarnya dirasai oleh mereka yang benar-benar berfikir tentang kewujudan, keagungan dan kekuasaan Allah.
Sebagai kesimpulan, berfikir merupakan salah satu tugas utama setiap mukmin yang benar-benar mahu beriman kepada Allah SWT. Hanya dengan berfikir tentang penciptaan langit, bumi dan makhluk-makhluk Allah SWT, kita akan merasai kehebatan-Nya. Dengan rasa hati yang mengagungkan Allah SWT sahaja kita akan merasai hidup ini merupakan ujian daripada Allah SWT. Akhirnya proses berfikir akan membawa hati kita merasai bahawa balasan Allah SWT sedang menanti kita di akhirat. Bagi mukmin, doa mereka ialah semoga Allah SWT menyelamatkan diri mereka daripada api neraka jahanam yang sangat pedih. Inilah yang sepatutnya berlaku apabila kita berfikir.
10 October 2010
Love Allah..
terkadang kita mengatakan cinta itu buta
kerana butanya hati seseorang yang kita sayangi
terkadang hati itu menangis seorang diri
dengan berpura-pura dihadapan orang yang dicintai
bisakah hati ini terus begini?
terus begini lebih baik berbanding diluahkan lagi
pepatah Unic"hanya tuhan yang tahu"
hati ini terus berlari
terkadang tidak sanggup menahan sendiri
namun terus jua digagahkan langkah hati ini
dari terjatuh ke lembah kemurkaan pemiliknya
iaitu ALLAH Yang Esa
Hati ini berkata lagi
aku pernah mencintainya dalam diam
namun tak sanggup aku luahkan
kerana ku tahu cinta yang suci perlu dipelihara
dijaga rapi,
oh,indahnya ujian yang Kau beri
hanya aku yang sebenarnya terkadang buta sendiri
padahal cinta yang kudambakan telah kudapatkan
mengapakah perlu aku mencari yang tidak halal
sedangkan yang halal itu terbuka luas jalannya buatku
biarlah aku terus begini
mencintai hambaNya tak bermakna aku harus bersamanya
namun sebenarnya
mencintai orang yang dicintai
adalah mencintai pemilik sebenar cinta hakiki
tidak mahu lagi aku terus melangkah ke dalam lubang yang sama
kerana melangkah lagi bererti aku sengaja memperbodohkan diri sendiri
biarlah begini
dan terus begini
aku dengan cara hidupku
itu lebih membahagiakan
walaupun aku terluka
namun luka itu tak selamanya berparut
parut itu akan hilang jika yang kucintai
adalah DIA YANG MAHA ESA
Pemilik segala cinta hakiki
Jangan ditangisi cinta hakiki
tapi senyumlah buat diri sendiri
kerana ujian yang diberi
menandakan dirimu dicintaiNYA
dan itulah cinta sebenar yang dicari-cari selama ini
04 October 2010
siapa ulamak?
DEFINISI ULAMAK
Secara bahasa, ‘ulama’ berasal dari kata kerja dasar ‘alima (telah mengetahui); berubah menjadi kata benda pelaku ‘alimun (orang yang mengetahui – mufrad/singular) dan ‘ulama (jamak taksir/irregular plural).
Berdasarkan istilah, pengertian ulama dapat dirujuk pada al-Quran dan hadis.
• Pertama, Yang sangat masyhur dalam hal ini adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala :
‘innama yakhsya Allahu min ‘ibadihi al ulama’
artinya :
sesungguhnya yang paling taqwa kepada Allah diantara hambaNya adalah ulama (Fathir 28).
• Kedua, menurut hadits Nabi SAW:
"ulama adalah pewaris para nabi".
Pewaris nabi adalah orang yang melanjutkan tugas-tugas kenabian dengan mencontoh perilaku dan kehidupan Nabi SAW.Seseorang itu dikatakan ulama bila seluruh hidupnya dicurahkan untuk mengembangkan ajaran islam, lurus Aqidahnya, berilmu tinggi dan sangat mendalam dalam pemahaman, berpribadi luhur dan rendah hati, dapat dipercaya dan konsisten, bijaksana, dan tidak terperangkap dengan nafsu duniawi.
Ahli-ahli ilmu lain yang tidak berhubungan dengan al-Quran dan hadis tidak masuk dalam kategori ulama, hal ini bisa kita fahami dari maqolah-maqolah atau pernyataan-pernyataan berikut ini:
Imam Syafi’i berkata:
“Seluruh ilmu selain Al Qur’an adalah hal yang menyibukkan kecuali hadits dan fiqh dan memahami agama. Ilmu adalah yang terdapat padanya haddatsana (telah mengkabarkan kepada kami - yakni ilmu hadits) dan selain dari padanya adalah bisikan-bisikan setan.”
Ibnu Qoyyim menyatakan:
“Ilmu adalah berkata Allah, berkata Rasul-Nya, berkata para sahabat yang tiada menyelisihi akal sehat padanya.” (Al Haqidatusy-Syar’iyah: 119-120)
DARJAT SEORANG ULAMAK
Firman Allah Ta'ala:
Maksudnya: "Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"(Az-Zumar:9)
Firman Allah Ta'ala:
Maksudnya: "Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui."(Al-Anbiya':7)
Firman Allah Ta'ala:
Maksudnya: "Allah menyatakan bahawasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyetakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Ali-Imran: 18)
Demikianlah kedudukan ulama diangkat, mereka merupakan orang-orang yang paling takut diantara manusia, mereka merupakan tempat pertanyaan bagi orang yang tidak mengetahui dan merekalah orang-orang yang mengenali Allah, nama-nama dan sifat-sifatNya, dan perbuatanNya sehingga membuat mereka paling takut dengan Allah.
Pada masa sahabat dan dua generasi terbaik islam setelah sahabat, sangat banyak ulama yang mendalami spesialisasi keilmuan, seperti fiqh, tafsir, hadits dll. Namun ada juga beberapa Ulama yang menguasai seluruh bidang keagamaan
Adapun Kategori ulama atas dasar ilmu, secara garis besar sebagai berikut:
1. Ulama Ahli Quran ialah ulama yang menguasai ilmu qiraat, asbabunnuzul, nasih mansuh dsb. Ulama tafsir adalah bagian dari ini yang memiliki kemampuan menjelaskan ‘maksud’ Qur’an.
2. Ulama Ahli Hadits yaitu ulama yang menguasai ilmu hadits, mengenal dan hafal banyak hadist, mengetahui bobot kesahihannya, asbabul wurudnya (situasi datangnya hadits), Syarah Haditsnya, dsb.
3. Ulama Ahli Ushuluddin ialah ulama yang ahli dalam aqidah Islam secara luas dan mendalam, baik dari segi dalil aqli dan dalil naqlinya.
4. Ulama Ahli Fiqh adalah ulama yang memahami hukum Islam, menguasai dalil-2nya, metodologi penyimpulannya dari Qur’an dan hadits, serta mengerti pendapat-2 para ahli lainnya, dan lain sebagainya.
5. Ahli-ahli yang lain, seperti, ahli pada berbagai bidang yang diperlukan sebagai sarana pembantu untuk dapat memahami Qur’an dan hadits, seperti ahli bahasa arab, ahli mantik, ahli sejarah, dsb, mereka pun termasuk kategori ulama dalam bidangnya masing-masing.
Untuk memahami sifat karakteristik seseorang dikatakan ulama, mari kita semak perkataan-perkataan Ibnu Rajab Al-Hadromi berikut ini:
“Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan kedudukan, dan membenci segala bentuk pujian serta tidak menyombongkan diri atas seorang pun, tidak mengaku berilmu, tidak bangga dengan ilmunya atas seorang pun, tidak mudah menghukumi orang yang jahil sebagai orang yang menyelisihi As-Sunnah, Mereka adalah orang yang berburuk sangka kepada diri mereka sendiri dan berbaik sangka kepada ulama salaf. Mereka juga mengakui ulama-ulama terdahulu dari pada mereka serta mengakui bahawa mereka tidak akan mampu mencapai darjat mereka atau mendekatinya.”
Ummat Islam hendaknya kita menghormati dan menghargai para Ulama’. Karena melalui perantara merekalah agama Islam ini bisa tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke negri ini. Dan dengan jasa para ulama pula kita dapat memahami permasalahan-permasalahan agama islam, serta mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Dengan perantara ilmu mereka pula maka kemurnian syari’at dapat terjaga. Dan hendaknya kita merasa sedih dengan meninggalnya para ulama’, ini dikarenakan berarti Allah telah mencabut ilmu dari manusia dengan mewafatkan para Ulama’.
02 October 2010
jalan dan perjalanan..
Jalan mana lagi kalau bukan jalan ini..
jalan menuju keredhaan ALLAH..
bukan lagi jalan menuju kemurkaan NYA..
pastikan jalan yang dipilih jalan yang betul..
bukan jalan orang-orang yang sesat..
dan bukan jalan-jalan orang yang Dia murkai..
Apabila telah ditemui jalan yang lurus..
jangan lagi patah balik ke jalan yang sesat itu..
pilihlah jalan yang selama-lamanya kamu tidak rugi..
berjalanlah mencari keredhaanNYA..
berjalanlah melihat kebesaranNYA..
sesungguhnya berjalan itu adalah satu nikmat yang besar buatmu..
jalan dan terus berjalan..
berjalan ke jalan sehala..
berjalan tanpa henti..
mungkin setelah kemanisan berjalan ditemui..
kamu akan mengubah langkahmu semakin laju..
mungkin jua akan berlari..
mungkin jua akan berhenti..
nasihatku,teruskan berjalan..
xusahlah berlari jika kamu tak mampu berlari..
namun teruskan istiqomah berjalan..
itu lagi disukai ALLAH..
jangan lupa membawa bekalan ketika berjalan..
nanti kamu dahaga dan lapar di tengah jalan..
berhentilah mengisi apa yang kurang..
semoga perjalananmu tidak berhenti di tengah jalan..
tetapi terus berjalan,dan terus berjalan..
semoga apa yang aku nasihati ini..
terus kekal menjadi inspirasi duhai teman..
berjalan dan teruskan perjalanan..
berjalan jangan ada yang tertinggal membawa bekalan..
berjalan jangan ada yang kecundang..
bangunlah jika kamu terjatuh ke dalam lubang..
bangunlah jika kamu jatuh tersepak batu di tengah jalan..
bangunlah jangan ada rasa segan..
berjalan dan terus berjalan..
apabila mimpi hampir menjadi kenyataan..
jangan lupa kamu perlu teruskan perjalanan..
perbanyakkan bekalan dalam perjalanan..
agar langkahmu tidak terhenti lagi di tengah jalan..
jangan lupa bekalan yang melancarkan perjalanan..
bersyukur dalam setiap langkah perjalananmu..
agar kamu sentiasa ditemani ALLAH di tengah jalan..
Subscribe to:
Posts (Atom)