Hendaklah anda ketahui bahawa Allah azzawajalla,apabila menghendaki kebajikan bagi seorang hamba,maka Allah memperlihatkan kepada orang itu akan aib-aib dirinya.Maka barangsiapa yang bashirahnya bisa menembus,maka tidak akan samar baginya aib-aib dirinya.
Apabila seseorang telah mengetahui aib-aib pada dirinya,maka ia dapat mengubati aib-aib tersebut;tetapi kebanyakan orang tidak mengerti akan aib-aib pada diri mereka.Salah seorang dari mereka dapat melihat sebutir debu di mata orang lain,tetapi tidak dapat melihat sebatang pohon yang ada di matanya sendiri(kuman di seberang lautan tampak;gajah di pelupuk mata tidak nampak).
Barangsiapa ingin mengenal aib dirinya,maka ia memmpunyai empat jalan:
1- Agar ia duduk pada seorang guru yang mengetahui aib-aib dirinya,dapat memeriksa bahaya-bahaya peribadi yang samar-samar,lantas ia menyedari nasihat-nasihat guru tersebut dan ia mengikuti petunjuk-petunjuknya dalam perjuangannya.Inilah perihal seorang murid beserta gurunya,lantas guru memberitahukan kepada murid akan aib-aib dirinya dan cara pengubatannya.Jalan pertama ini telah langka adanya pada zaman sekarang ini.
2- Agar ia mencari seorang teman karib yang senantiasa benar,bijaksana,beragama,lantas teman itu dijadikan sebagai pengawas atas dirinya,agar ia mengintai tingkahlaku dan segala perbuatannya.
Segala budipekerti,perbuatan dan aib-aib batin yang dibenci oleh teman karib itu diperingatkan.Demikianlah system yang dilakukan oleh orang-orang pandai dan orang-orang besar dari pemuka-pemuka Agama Islam.
Umar r.a berkata: Semoga Allah mengasihani orang-orang yang mau menunjukkan kepada aib-aibku.Umar bertanya kepada Salman dari hal aib-aib diri Umar.
Katanya kepada Salman:
Berita apakah yang sampai kepadamu tentang diriku yang tidak kau sukai?
Salman mengatakan:
Tidak ada apa-apa.Lantas Umar mendesak bertanya kepada Salman.
Kata Salman:
Berita yang sampai kepadaku ialah bahwa engkau suka mnegumpulkan dua macam lauk-pauk dalam satu hidangan makan,lagi pula engkau mempunyai dua pasang pakaian,yaitu sepasanag pakaian untuk siang hari dan sepasang lagi untuk malam hari.
Tanya Umar:
Adakah berita lain yang sampai kepadamu?
Jawab salman:
Tidak!
Lalu Umar berkata:
Adapun kedua sifat ini telah saya tinggalkan.
Umar bertanya pula kepada Huzaifah dan berkata kepadanya:
Engkaulah orang yang mengetahui rahsia Rasulullah s.a.w tentang orang munafik;adakah engkau melihat sesuatu dari pengaruh nifaq pada diri saya?
Umar yang mempunyai keagungan derajat dan keluhuran pangkat begitu curiga kepada dirinya sendiri.Setiap orang yang lebih sempurna akalnya dan lebih tinggi pangkatnya,ia telah sedikit kesombongannya dan lebih banyak perasangka kepada dirinya.Hanya yang kedua inipun telah jarang pula adanya.
Sedikit sekali teman yang tidak mau ambil muka,lantas ia mau memberitahukan tentang aib diri,atau sedikit pula teman yang tidak menaruh rasa dengki,sehingga ia tidak menambah-nambah dari kadar yang perlu.Jadi dalam lingkungan sahabat-sahabat anda tidak suci dari orang yang dengki.
Jadi dalam lingkungan sahabat-sahabat pasti ada orang-orang yang dengki atau orang yang mempunyai tujuan tertentu yang memandang hal yang bukan aib sebagai aib,atau pula orang yang bermuka yang menyembunyikan sebahagian dari aib anda terhadap anda.
Kerana hal inilah,maka Daud-at-Thay menjauhkan diri dari pergaulan manusia.Ditanyakan kepadanya:Mengapa anda tidak mau bergaul dengan manusia/Jawab Daud at-Thay:Apa yang harus kuperbuat terhadap orang-orang yang menyembunyikan aib-aib diriku di hadapanku?
Keinginan orang-orang yang beragama ialah agar mereka dapat menyedari aib-aib diri mereka dengan perantaraan peringatan ornag lain;tetapi keadaan pada orang-orang angkatan kita sekarang ini telah berbalik;bahawa orang yang paling kita benci ialah orang yang member nasihat kepada kita dan memberitahukan kepada kita akan aib-aib diri kita.Dan keadaan yang demikian hampir merupakan cetusan(manifestasi) daripada kelemahan iman.Sebab akhlak-akhlak jahat itu sepantun ular dan kalajengking yang menyengat dan berbisa.Andaikata ada orang yang memperingatkan kepada kita bahwa dalam pakaian kita ada seekor kalajengking,tentu kita akan patuh dan terima kasih atas peringatan tersebut.
Kita bergembira dengan peringatan itu lantas kita memusatkan perhatian untuk menghilangkan,menjauhkan dan membunuh kalajengking itu,padahal serangan kalajengking itu hanya pada badan dan sakitnya hanya terasa pada hari ini dan hari berikutnya,sedangkan budi rendah pada isi hati itu lebih berbahaya,apabila ia selamanya atau beribu-ribu tahun sesudah mati.Kemudian kita tidak senang kepada orang yang memperingatkan kita kepada budi rendah itu dan kita tidak menumpahkan perhatian untuk menghilangkan budi rendah itu,bahkan kita menghabiskan waktu untuk melawan orang yang member nasihat itu dengan mengimbangi perkataannya,lantas kita berkata kepadanya:Engkau juga berbuat begini dan begitu.Kita hanya disibukkan oleh permusuhan dengan dia,tanpa mau mengambil manfaat daripada nasihatnya.
Keadaan demikian serupa dengan kebekuan hati yang disebabkan oleh banyaknya dosa.Pokok pangkal kesemuanya itu ialah keimanan iman.Mari kita mohon kepada Allah,agar kita diberi ilham petunjuk olehNya,diperlihatkan kepada kita aib-aib diri kita dan kita diberi ketekunan untuk mengubati aib-aib itu dan kita diberi pertolongan untuk berterima kasih kepada orang yang menunjukkan kejahatan-kejahatan itu kepada kita dengan anugerah dan keutamaan Allah.
3- Jalan ketiga ialah agar orang mengambil faedah untuk mengetahui aib-aib dirinya itu dari mulut-mulut musuhnya.Sebab pandangan benci itu akan membuka berbagai kejahatan.Seorang musuh yang benci mungkin akan lebih banyak manfaat kepada orang tersebut daripada seorang teman yang bermuka-muka dan menjilat,yang menyanjung dan memuji kepadanya serta merahsiakan segala aib dirinya.Tabiat itu berpembawaan untuk membohongi musuh dan mendasarkan apa yang dikatakan kepada musuh itu atas dengki,hanya seorang yang bijaksana tidak akan berdiam diri untuk mengambil manfaat dari perkataan-perkataan musuhnya,sebab kejahatan-kejahatan dirinya itu pasti akan terhambur daripada mulut mereka.
4- Jalan yang keempat ialah agar orang bergaul dengan orang banyak.Setiap hal yang ia pandang tercela di antara kalanagan khalayak,maka hendaklah ia menuntut dirinya agar tidak berbuat seperti itu dan ia menisbahkan hal itu kepada dirinya,bahwa kalau ia berbuat seperti itupun akan tercela juga.Sebab orang mu’min itu adalah cermin orang mu’min yang lain,ia dapat mengetahui aib-aib dirinya dari melihat aib-aib orang lain.
Diketahui bahwa hampir semua watak berdekatan saja(hampir sama)dalam hal suka menurutkan hawanafsu.Tiap suatu sifat yang ada pada seorang tidak akan orang lain terlepas dari pokok sifat tersebut,atau bahkan lebih besar dari itu atau sebahagian daripadanya.Maka hendaklah orang memeriksa dirinya,membersihkannya dari segala yang dipandang tercela pada orang lain.
Jalan keempat cukuplah kiranya sebagai pendidikan terhadap diri anda.Kalau semua orang mau meninggalkan hal-hal yang mereka benci pada orang lain,maka mereka tidak perlu lagi kepada pendidik.
Kepada Nabi Isa a.s. pernah ditanyakan:Siapakah orang yang mendidik engkau?Jawab Nabi Isa:Tidak ada seorang pun yang mendidik aku,hanya aku melihat kebodohan si bodoh itu sebagai aib padanya,lantas kujauhi kebodohan itu.
Kesemuanya itu ada daya upaya orang yang tidak mendapatkan seorang guru yang arif,pintar dan mengetahui akan aib diri,belas kasihan,pemberi nasihat dalam hal agama,sempurna mendidik dirinya dan bertekun mendidik hamba-hamba Allah Ta’ala meberi nasihat kepada mereka.
Barangsiapa mendapatkan guru yang demikian,maka ia bererti telah mendapatkan seorang tabib;maka hendaklah ia senantiasa berhubungan dengan dia.Ialah tabib yang menyelamatkan dirinya dari penyakitnya dan membebaskan dia dari kehancuran yang mengancam.
Wallahu'alam.
BUKU"KEAJAIBAN HATI"-IMAM AL-GHAZALI
Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati, dan bahawasanya pada hari kiamat sahajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga maka sesungguhnya ia telah berjaya. Dan (ingatlah bahawa) kehidupan di dunia ini (meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya) tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya. (3:185)
03 August 2011
01 August 2011
RAHSIA MENGAPA ALLAH MENGHAPUS PERBUATAN BURUK
Orang-orang beriman bercita-cita mem¬peroleh keridhaan, kasih sayang, dan surga Allah. Namun, manusia diciptakan dalam keadaan lemah dan lupa sehingga manusia melakukan banyak kesalahan dan memiliki banyak kelemahan. Allah Yang Maha Menge¬tahui keadaan hamba-hamba-Nya dan Maha Pengasih dan Penyayang memberitahukan kita bahwa Dia akan menghapus perbuatan buruk dari hamba-Nya yang ikhlas dan akan memberikan kepada mereka pemeriksaan yang mudah:
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira.” (Q.s. al-Insyiqaq: 7-9).
Tentu saja Allah tidak mengubah perbuat¬an buruk setiap orang menjadi kebaikan. Adapun sifat orang-orang beriman yang per¬bu¬at¬an buruknya dihapus Allah dan diam¬puni-Nya diberitahukan dalam al-Qur’an.
Orang-orang yang Menjauhi Dosa-dosa Besar
Dalam sebuah ayat Allah menyatakan:
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang me-nger¬jakannya, niscaya Kami hapus kesa¬lahan-kesalahanmu dan Kami masuk¬kan kamu ke tempat yang mulia.” (Q.s. an-Nisa’: 31).
Orang-orang yang beriman yang menge¬ta¬hui fakta ini berbuat dengan sangat hati-hati dengan memperhatikan batas-batas yang ditetapkan Allah, dan mereka menghindari hal-hal yang dilarang. Jika mereka melakukan kesalahan karena kealpaannya, mereka segera berpaling kepada Allah, bertobat, dan memo¬hon ampunan.
Allah memberitahukan kita dalam al-Qur’an tentang hamba-hamba-Nya yang tobat¬nya akan diterima. Dalam hal ini, jika kita mengetahui perintah Allah, namun dengan sengaja kita melakukan dosa dan ber¬kata, “Tidak apa-apa, apa pun yang terjadi saya akan diampuni.” Perkataan ini benar-benar menunjukkan cara berpikir yang salah, karena Allah mengampuni perbuatan dosa hamba-hamba-Nya yang dilakukan karena kealpaan dan ia segera bertobat dan tidak berniat mengulanginya lagi:
“Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanya¬lah tobat bagi orang-orang yang menger-jakan kejahatan lantaran ketidaktahuan, yang kemu¬dian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima tobatnya oleh Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu di¬teri¬ma Allah dari orang-orang yang menger-jakan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, ia menga-takan, ‘Sesung¬guhnya saya bertobat seka¬rang.’ Dan tidak pula orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (Q.s. an-Nisa’: 17-8).
Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, menjauhi perbuatan dosa dengan sung¬guh-sungguh sangatlah penting jika seseorang ingin perbuatan-perbuatan buruknya diha¬pus¬kan, dan jika tidak menginginkan penye¬salan pada hari pengadilan kelak. Dalam pada itu, seorang beriman yang melakukan suatu dosa, hendaknya secepatnya memohon am¬pun kepada Allah.
Orang-orang yang Sibuk Mengerjakan Amal Saleh
Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia akan menutupi perbuatan buruk orang-orang yang beramal saleh. Sebagian dari ayat-ayat yang membicarakan masalah ini adalah sebagai berikut:
“Pada hari ketika Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang meng¬alir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.s. at-Tagha¬bun: 9).
“Kecuali orang-orang yang bertobat, ber¬iman, dan mengerjakan amal saleh, maka mere¬ka itu kejahatan mereka diganti dengan Allah dengan kebajikan. Dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.s. al-Furqan: 70).
Setiap perbuatan dan semua tindakan yang dilakukan untuk mencari karunia Allah adalah “amal saleh”. Misalnya, perbuatan seperti menyampaikan perintah agama Allah kepada manusia, memperingatkan seseorang yang tidak mau bertawakal kepada Allah atas takdirnya, menjauhi seseorang dari meng¬gunjing, memelihara rumah dan badan agar tetap bersih, memperluas wawasan dengan membaca dan belajar, berbicara dengan sopan, mengingatkan orang tentang akhirat, mera¬wat orang sakit, menunjukkan perasaan cinta dan kasih sayang kepada yang lebih tua, men¬cari nafkah dengan cara yang halal sehingga hasilnya dapat digunakan untuk kemanfaatan orang lain, mencegah kejahatan dengan ke¬baikan dan kesabaran, semua itu merupa¬kan amal saleh jika dilakukan untuk mencari keridhaan Allah. Orang-orang yang meng¬ingin¬kan agar kesalahannya diampuni dan diganti dengan kebaikan di akhirat, hendak¬nya selalu melakukan perbuatan yang sangat diridhai Allah. Untuk tujuan itu, hendaknya kita selalu ingat perhitungan pada Hari Pengadilan. Tentunya menjadi jelas bagaima¬na¬kah seseorang seharusnya berbuat, misal¬nya jika ia diletakkan di depan api neraka, kemudian kepadanya diperlihatkan perbuat¬an-perbuatan buruknya yang telah ia kerjakan semasa hidupnya, kemudian diingatkan bah¬wa ia seharusnya berbuat benar agar diam¬puni. Seseorang yang melihat api neraka, yang mendengar keputusasaan, penyesalan, dan keluh kesah para penghuni neraka yang meng¬¬alami siksaan yang pedih, dan yang menyaksikan siksa neraka dengan matanya, tentu saja akan melakukan perbuatan yang sangat diridhai Allah dan akan berusaha dengan sekuat tenaganya. Orang ini akan me¬ngerjakan shalat tepat pada waktunya, mela¬ku¬kan amal saleh, tidak akan pernah lalai, tidak pernah berani melakukan perbuatan yang kurang diridhai Allah, jika ia menge¬tahui bahwa ada perbuatan lainnya yang lebih diridhai-Nya. Karena neraka yang ada di sisinya akan selalu mengingatkannya tentang kehidupan yang kekal abadi dan siksaan Allah. Ia akan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh hati nuraninya. Ia akan berhati-hati dalam menjaga shalatnya. Se¬hing¬ga, dalam kehidupan di dunia ini, perbuatan buruk bagi orang-orang yang melakukan amal saleh, takut kepada Allah dan hari pengadilan, bagaikan orang yang melihat neraka lalu dikembalikan ke dunia, atau bagaikan mereka selalu melihat api neraka di sisinya sehingga ia segera melaku-kan kebaikan. Orang-orang yang beriman ini merasa yakin tentang akhirat dan mereka sangat takut dengan azab Allah dan berusaha menjauhinya.
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira.” (Q.s. al-Insyiqaq: 7-9).
Tentu saja Allah tidak mengubah perbuat¬an buruk setiap orang menjadi kebaikan. Adapun sifat orang-orang beriman yang per¬bu¬at¬an buruknya dihapus Allah dan diam¬puni-Nya diberitahukan dalam al-Qur’an.
Orang-orang yang Menjauhi Dosa-dosa Besar
Dalam sebuah ayat Allah menyatakan:
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang me-nger¬jakannya, niscaya Kami hapus kesa¬lahan-kesalahanmu dan Kami masuk¬kan kamu ke tempat yang mulia.” (Q.s. an-Nisa’: 31).
Orang-orang yang beriman yang menge¬ta¬hui fakta ini berbuat dengan sangat hati-hati dengan memperhatikan batas-batas yang ditetapkan Allah, dan mereka menghindari hal-hal yang dilarang. Jika mereka melakukan kesalahan karena kealpaannya, mereka segera berpaling kepada Allah, bertobat, dan memo¬hon ampunan.
Allah memberitahukan kita dalam al-Qur’an tentang hamba-hamba-Nya yang tobat¬nya akan diterima. Dalam hal ini, jika kita mengetahui perintah Allah, namun dengan sengaja kita melakukan dosa dan ber¬kata, “Tidak apa-apa, apa pun yang terjadi saya akan diampuni.” Perkataan ini benar-benar menunjukkan cara berpikir yang salah, karena Allah mengampuni perbuatan dosa hamba-hamba-Nya yang dilakukan karena kealpaan dan ia segera bertobat dan tidak berniat mengulanginya lagi:
“Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanya¬lah tobat bagi orang-orang yang menger-jakan kejahatan lantaran ketidaktahuan, yang kemu¬dian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima tobatnya oleh Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu di¬teri¬ma Allah dari orang-orang yang menger-jakan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, ia menga-takan, ‘Sesung¬guhnya saya bertobat seka¬rang.’ Dan tidak pula orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (Q.s. an-Nisa’: 17-8).
Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, menjauhi perbuatan dosa dengan sung¬guh-sungguh sangatlah penting jika seseorang ingin perbuatan-perbuatan buruknya diha¬pus¬kan, dan jika tidak menginginkan penye¬salan pada hari pengadilan kelak. Dalam pada itu, seorang beriman yang melakukan suatu dosa, hendaknya secepatnya memohon am¬pun kepada Allah.
Orang-orang yang Sibuk Mengerjakan Amal Saleh
Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia akan menutupi perbuatan buruk orang-orang yang beramal saleh. Sebagian dari ayat-ayat yang membicarakan masalah ini adalah sebagai berikut:
“Pada hari ketika Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang meng¬alir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.s. at-Tagha¬bun: 9).
“Kecuali orang-orang yang bertobat, ber¬iman, dan mengerjakan amal saleh, maka mere¬ka itu kejahatan mereka diganti dengan Allah dengan kebajikan. Dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.s. al-Furqan: 70).
Setiap perbuatan dan semua tindakan yang dilakukan untuk mencari karunia Allah adalah “amal saleh”. Misalnya, perbuatan seperti menyampaikan perintah agama Allah kepada manusia, memperingatkan seseorang yang tidak mau bertawakal kepada Allah atas takdirnya, menjauhi seseorang dari meng¬gunjing, memelihara rumah dan badan agar tetap bersih, memperluas wawasan dengan membaca dan belajar, berbicara dengan sopan, mengingatkan orang tentang akhirat, mera¬wat orang sakit, menunjukkan perasaan cinta dan kasih sayang kepada yang lebih tua, men¬cari nafkah dengan cara yang halal sehingga hasilnya dapat digunakan untuk kemanfaatan orang lain, mencegah kejahatan dengan ke¬baikan dan kesabaran, semua itu merupa¬kan amal saleh jika dilakukan untuk mencari keridhaan Allah. Orang-orang yang meng¬ingin¬kan agar kesalahannya diampuni dan diganti dengan kebaikan di akhirat, hendak¬nya selalu melakukan perbuatan yang sangat diridhai Allah. Untuk tujuan itu, hendaknya kita selalu ingat perhitungan pada Hari Pengadilan. Tentunya menjadi jelas bagaima¬na¬kah seseorang seharusnya berbuat, misal¬nya jika ia diletakkan di depan api neraka, kemudian kepadanya diperlihatkan perbuat¬an-perbuatan buruknya yang telah ia kerjakan semasa hidupnya, kemudian diingatkan bah¬wa ia seharusnya berbuat benar agar diam¬puni. Seseorang yang melihat api neraka, yang mendengar keputusasaan, penyesalan, dan keluh kesah para penghuni neraka yang meng¬¬alami siksaan yang pedih, dan yang menyaksikan siksa neraka dengan matanya, tentu saja akan melakukan perbuatan yang sangat diridhai Allah dan akan berusaha dengan sekuat tenaganya. Orang ini akan me¬ngerjakan shalat tepat pada waktunya, mela¬ku¬kan amal saleh, tidak akan pernah lalai, tidak pernah berani melakukan perbuatan yang kurang diridhai Allah, jika ia menge¬tahui bahwa ada perbuatan lainnya yang lebih diridhai-Nya. Karena neraka yang ada di sisinya akan selalu mengingatkannya tentang kehidupan yang kekal abadi dan siksaan Allah. Ia akan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh hati nuraninya. Ia akan berhati-hati dalam menjaga shalatnya. Se¬hing¬ga, dalam kehidupan di dunia ini, perbuatan buruk bagi orang-orang yang melakukan amal saleh, takut kepada Allah dan hari pengadilan, bagaikan orang yang melihat neraka lalu dikembalikan ke dunia, atau bagaikan mereka selalu melihat api neraka di sisinya sehingga ia segera melaku-kan kebaikan. Orang-orang yang beriman ini merasa yakin tentang akhirat dan mereka sangat takut dengan azab Allah dan berusaha menjauhinya.
Temuduga Tertutup
Temuduga Sbg “Calon Jenazah”
Semua Akan Dikehendaki Hadir Tanpa Sebarang Pengecualian
Kekosongan Jawatan:
1. Ahli Syurga Dari Awal.
2. Ahli Neraka Dari Awal.
3. Ahli Neraka Sementara .. Kemudian Akan Dilantik Jadi Ahli Syurga.
Empat Ganjaran Lumayan (Khas Untuk Jawatan 1)
1. Nikmat Kubur.
2. Perlindungan Di Padang Mahsyar.
3. Keselamatan Meniti Titian Sirat.
4. Syurga Yang Kekal Abadi.
Tarikh Temuduga:
Bila-Bila Masa Secara Adhoc Bermula Dari Saat Membaca Iklan Ini.
Lokasi Temuduga:
Di Dalam Kubur (Alam Barzakh).
Kelayakan:
Anda Tidak Perlu Bawa Siji-Sijil,Termasuk Sijil Saham Termasuk Saham Internet.
Anda Tidak Perlu Bawa Pingat , Mercedes Mata Belalang Atau Kad Kredit.
Anda Tidak Perlu Bawa Wang Atau Harta Serta Emas Yang Anda Kumpul.
Anda Tidak Perlu Berparas Rupa Yg Cantik, Hensem Atau Berbadan Tegap Atau Seksi.
Sila Bawa Dokumen Asal Iaitu : Iman Dan Amal Serta Sedekah Jariah Sebagai Sokongan.
Panel/Penemuduga:
Mungkar Dan Nakir.
Enam Soalan Bocor:
1. Siapa Tuhan Anda?
2. Apa Agama Anda?
3. Siapa Nabi Anda?
4. Apa Kitab Anda?
5. Di Mana Kiblat Anda?
6. Siapa Saudara Anda?
Cara Memohon:
Anda Cuma Perlu Menunggu Penjemput Yang Berkaliber Untuk Menjemput Anda. Ia Akan Menjemput Anda Pada Bila-Bila Masa Saja (Mungkin Sekejap Lagi). Ia Akan Berlembut Kepada Orang-Orang Tertentu Dan Akan Bengis Kepada Orang-Orang Tertentu. Ia Diberi Nama Izrail.
Semua Akan Dikehendaki Hadir Tanpa Sebarang Pengecualian
Kekosongan Jawatan:
1. Ahli Syurga Dari Awal.
2. Ahli Neraka Dari Awal.
3. Ahli Neraka Sementara .. Kemudian Akan Dilantik Jadi Ahli Syurga.
Empat Ganjaran Lumayan (Khas Untuk Jawatan 1)
1. Nikmat Kubur.
2. Perlindungan Di Padang Mahsyar.
3. Keselamatan Meniti Titian Sirat.
4. Syurga Yang Kekal Abadi.
Tarikh Temuduga:
Bila-Bila Masa Secara Adhoc Bermula Dari Saat Membaca Iklan Ini.
Lokasi Temuduga:
Di Dalam Kubur (Alam Barzakh).
Kelayakan:
Anda Tidak Perlu Bawa Siji-Sijil,Termasuk Sijil Saham Termasuk Saham Internet.
Anda Tidak Perlu Bawa Pingat , Mercedes Mata Belalang Atau Kad Kredit.
Anda Tidak Perlu Bawa Wang Atau Harta Serta Emas Yang Anda Kumpul.
Anda Tidak Perlu Berparas Rupa Yg Cantik, Hensem Atau Berbadan Tegap Atau Seksi.
Sila Bawa Dokumen Asal Iaitu : Iman Dan Amal Serta Sedekah Jariah Sebagai Sokongan.
Panel/Penemuduga:
Mungkar Dan Nakir.
Enam Soalan Bocor:
1. Siapa Tuhan Anda?
2. Apa Agama Anda?
3. Siapa Nabi Anda?
4. Apa Kitab Anda?
5. Di Mana Kiblat Anda?
6. Siapa Saudara Anda?
Cara Memohon:
Anda Cuma Perlu Menunggu Penjemput Yang Berkaliber Untuk Menjemput Anda. Ia Akan Menjemput Anda Pada Bila-Bila Masa Saja (Mungkin Sekejap Lagi). Ia Akan Berlembut Kepada Orang-Orang Tertentu Dan Akan Bengis Kepada Orang-Orang Tertentu. Ia Diberi Nama Izrail.
30 July 2011
Seni Dakwah Rasulullah kepada Remaja
Daripada Abdullah bin Abbas r.a. : Bahawa pada suatu hari saya sedang berada di belakang Rasulullah SAW (di atas binatang tunggangannya), lalu sabda baginda : ‘ Wahai anak, sesungguhnya aku mengajar kamu beberapa perkataan. Peliharalah (perintah) Allah, nescaya Dia akan memelihara kamu, peliharalah (kehormatan) Allah, nescaya engkau akan merasakan Dia berada bersama-samamu. Jika engkau memohon, pohonlah kepada Allah semata-mata. Jika engkau meminta pertolongan mintalah kepada Allah semata-mata. Ketahuilah bahawa jika semua umat manusia berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu menafaat, nescaya mereka tidak akan mampu memberi menafaat itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah. Begitu juga sekiranya mereka berkumpul untuk menentukan suatu mudharat untuk kamu, nescaya mereka tidak akan mampu menentukannya, melainkan dengan suatu yang telah ditentukan Allah ke atas kamu. Telah diangkat kalam (tulisan) dan telah kering (tinta) buku catitan.” (HR. Tarmizi dan dia berkata : Hadisnya hasan shahih).
SENI DAKWAH:
1. Untuk Ibn Abbas, sejak kecil Rasulullah SAW berdoa untuknya: “Ya Allah berikanlah kepadanya pemahaman tentang din, dan ajarkanlah kepadanya hikmah.” Apabila beliau di peringkat remaja, baginda bermusafir bersama-samanya dan terus mengambil peluang mentarbiahnya.
2. Oleh itu dalam berdakwah untuk remaja (yang menjadi mad’u), perlu:
a. Berdoa untuk masa depannya.
b. Merancang masa depan mad’u sesuai dengan potensinya
c. Memberi bimbingan yang berterusan.
1. Baginda memanfaatkan setiap detik masa, hatta sewaktu bermusafir pun baginda mentarbiah mad’unya yang masih remaja. Baginda tidak merasa enteng terhadap mad’u kecil, bahkan baginda mengambil berat hal ehwal tarbiahnya.
2. Baginda sentiasa bersemangat untuk mentarbiah mad’unya, sehinggakan sewaktu bermusafir pun baginda tidak melepaskan peluang untuk mentarbiah.
3. Baginda, seorang ketua negara yang agung dan manusia paling mulia, tidak merasa hina menaiki kenderaan bersama remaja kecil. Baginda memperlihatkan contoh KEDEKATAN FIZIKAL, bersentuhan dan bermesra dengan anak remaja. Baginda tidak merasai jurang generasi dengan golongan remaja.
4. Baginda mentarbiah remaja dengan silibus yang berpada, ringan tetapi berterusan – sepertimana kata baginda (yang bermaksud): “aku ingin mengajar kamu BEBERAPA PERKATAAN”.
5. Baginda sentiasa meletakkan asas tauhid sebagai asas tarbiah generasi muda. Generasi muda yang sering gelisah dan sering dilanda pelbagai ketidaktentuan dan ketakutan baginda berpesan supaya bergantung dan memohon pertolongan kepada Allah.
6. Hakikatnya, baginda merencanakan tarbiah jangka panjang untuk Ibn Abbas. Akhirnya lahirlah Ibn Abbas sebagai tokoh, pejuang dan pewaris risalah baginda. Begitulah juga para pendakwah di sepanjang zaman, perlu meletakkan satu rancangan jangka panjang dalam pembinaan generasi muda. Cagarannya ialah pengorbanan, kesabaran, tawakkal dan istiqamah.
Rujukan: Syarah Lengkap Arba’in Da’awiyah – Teladan Aplikatif Dakwah Rasulullah SAW, Fakharuddin Nursyam Lc, Bina Insani.
SENI DAKWAH:
1. Untuk Ibn Abbas, sejak kecil Rasulullah SAW berdoa untuknya: “Ya Allah berikanlah kepadanya pemahaman tentang din, dan ajarkanlah kepadanya hikmah.” Apabila beliau di peringkat remaja, baginda bermusafir bersama-samanya dan terus mengambil peluang mentarbiahnya.
2. Oleh itu dalam berdakwah untuk remaja (yang menjadi mad’u), perlu:
a. Berdoa untuk masa depannya.
b. Merancang masa depan mad’u sesuai dengan potensinya
c. Memberi bimbingan yang berterusan.
1. Baginda memanfaatkan setiap detik masa, hatta sewaktu bermusafir pun baginda mentarbiah mad’unya yang masih remaja. Baginda tidak merasa enteng terhadap mad’u kecil, bahkan baginda mengambil berat hal ehwal tarbiahnya.
2. Baginda sentiasa bersemangat untuk mentarbiah mad’unya, sehinggakan sewaktu bermusafir pun baginda tidak melepaskan peluang untuk mentarbiah.
3. Baginda, seorang ketua negara yang agung dan manusia paling mulia, tidak merasa hina menaiki kenderaan bersama remaja kecil. Baginda memperlihatkan contoh KEDEKATAN FIZIKAL, bersentuhan dan bermesra dengan anak remaja. Baginda tidak merasai jurang generasi dengan golongan remaja.
4. Baginda mentarbiah remaja dengan silibus yang berpada, ringan tetapi berterusan – sepertimana kata baginda (yang bermaksud): “aku ingin mengajar kamu BEBERAPA PERKATAAN”.
5. Baginda sentiasa meletakkan asas tauhid sebagai asas tarbiah generasi muda. Generasi muda yang sering gelisah dan sering dilanda pelbagai ketidaktentuan dan ketakutan baginda berpesan supaya bergantung dan memohon pertolongan kepada Allah.
6. Hakikatnya, baginda merencanakan tarbiah jangka panjang untuk Ibn Abbas. Akhirnya lahirlah Ibn Abbas sebagai tokoh, pejuang dan pewaris risalah baginda. Begitulah juga para pendakwah di sepanjang zaman, perlu meletakkan satu rancangan jangka panjang dalam pembinaan generasi muda. Cagarannya ialah pengorbanan, kesabaran, tawakkal dan istiqamah.
Rujukan: Syarah Lengkap Arba’in Da’awiyah – Teladan Aplikatif Dakwah Rasulullah SAW, Fakharuddin Nursyam Lc, Bina Insani.
PANDANGAN ISLAM TERHADAP MUZIK
Nyanyian yang lunak adalah santapan jiwa manusia, menyegarkan otak dan disukai oleh pendengaran. Ia adalah kelazatan bagi telinga sepertimana makanan yang menjadi kelazatan bagi mulut dan perut; Pemandangan yang indah menjadi kelazatan bagi mata; bauan yang harum menjadi kelazatan bagi hidung dan sebainya.Adakah perkara-perkara yang baik dan lazat ini haram bagi Islam?!
Daripada beberapa dalil Qur’an,setiap benda yang baik lazimnya halal; Oleh itu setiap yang baik dipandang oleh jiwa dengan baik; akal manusia yang sejahtera adalah halal sebagai kerahmatan kepada umat Islam ini dan juga kerana kesyumulan, kelengkapan, dan keberkekalan risalah Islam.
Firman Allah (maksud):
“Mereka bertanya kepadamu:Apakah yang dihalalkan bagi mereka?Bagi menjawabnya katakanlah:Dihalalkan bagi kamu yang lazat-lazat serta baik. “(Maaidah: 4)
Hak mutlak menghalal/mengharam sesuatu adalah milik Allah saja: (maksud):
“Katakanlah:’ Sudahkah kamu nampak baik buruknya sesuatu yang diturunkan Allah untuk manfa’at kamu itu sehingga dapat kamu jadikan sebahagian daripadanyaharam dan sebahagian lagi halal?Katakanlah lagi (kpd mereka):Adakah Allah mengizinkan kepada kamu hanya mengada-ngadakan secara dusta terhadap Allah?” (Yunus:59)
Firman Allah (maksud):
“Sesungguhnya merugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka kerana kebodohan lagi tidak berilmu (sedang Allah memberi rezki kepada sekelian makhluk); dan rugilah (mereka) yang mengharamkan apa yang telah dikurniakan oleh Allah kepada mereka dengan berdusta terhadap Allah. Sesungguhnya sesatlah mereka dan tiadalah mereka mendapat petunjuk.” (al An’am: 140)
Firman Allah (maksud):
“Dan kehidupan dunia ini hanyalah LAHWUN dan permainan belaka..” (Ankabut: 64)
RasuluLlah saw pernah menasihati Handzalah, Wahai Handzalah, bergurau ada masanya dan serius ada masanya. Saidina Ali ada menasihatkan:Rehatkan hatimu dr masa ke semasa kerana hati jika dipaksa akan menjadi buta. Juga dari Ali KW:Hati juga merasa jemu sepertimana juga badan merasa jemu; maka carilah perkara-perkara yang menarik untuk menghiburkannya. Telah berkata Abu Darda’:Aku menghiburkan diriku dengan sedikit al Lahwu untuk menguatkan diriku dalam melakukan perkara-perkara kebaikan.
KATA IMAM AL GHAZALI:
Apabila diajukan kepada Imam alGhazali apakah nyanyian termasuk al Lahwu? Beliau berkata:Ya begitulah sebenarnya. Sesungguhnya seluruh dunia adalah al lahwu dan permainan..dan semua guarauan bersama isteri adalah al lahwu melainkan jima’ yang bertujuan melahirkan zuriat. Begitu juga setiap gurauan yang tidak mengandungi kejahatan dan kemaksiatan, maka ia adalah halal. Sebab itulah ada waktu-waktunya makruh mengerjakan solat nawafil (sunat) untuk memberi kerihatan kepada orang yang sering melakukannya. Kerihatan sebenarnya menolong utk terus beramal. Sedikit dalam al lahwu dapat menolong seseorang dalam situasi tegang oleh kerana kita tidak akan mampu untuk sentiasa dalam keadaan serius dan kepahitan sepanjang masa kecuali jiwa para Anbiya’.
Maka al lahwu (berhibur seketika) adalah ubat juga bagi jiwa. Maka allahwu sudah semestinya Harus. Tapi al lahwu seperti mana ubat-ubatan yang lain ia tidak boleh diambil secara berlebihan.
Jika al lahwu disertai dengan niat ibadah, ia menjadi ketaatan kepada Allah. Sesiapa yang mendengar nyanyian dan muzikal janganlah menganggapnya sebagai sifat terpuji! Tapi hanya sekadar mendapatkan kelazatan dan kerihatan semata-mata.
Manusia mempunyai tingkatan: perkara-perkara yang harus kepada golongan martabat ABRAR (golongan yang baik) adalah kejahatan kepada golongan muqarrabin ( mereka yang sangat hampir dengan Allah) dan seterusnya.
Oleh itu kita mesti mengambil hukum ‘am/pada kadar yang biasa. Bagi yang mengetahui selok belok cara untuk mengubat hati, cara untuk melembutkan hati dan mendorongnya kepada kebenaran, secara pasti dia juga akan tahu bahawa merihatkan hati dengan perkara-perkara begini (lahwun dan la’ibun) adalah ubat yang berguna yang mesti digunakan (al Ghazali).
Nyanyian adalah Harus (dibolehkan) tapi dalam Acuan Islam . Muzik adalah termasuk dalam perkara tabi’iy (asasi) di sisi fitrah manusia. Ia juga termasuk bab Urf (adat resam sesuatu bangsa); ada bangsa yang amat suka kepada muzik dan nyanyian; Islam tidak menghalang sesuatu yang selari dengan fitrah dan diterima oleh urf (adat) atau cara hidup budaya setempat. (Prof Qardhawi, halal ; haram , juga Fatwa Mu’asirat) Bermain gambus dan nyanyian oleh hamba sahaya sudah diamalkan sejak zaman Ali bin Talib dan tiada yang menegahnya..
Malangnya industri musik seperti juga bidang-bidang lain, ia diterajui oleh Barat yang mempunyai muslihat yang jahat terhadap Islam terutama remajanya. Apabila industri muzik; nyanyian itu diterajui oleh Barat, maka umat Islam perlulah berhati-hati, unsur-unsur yang diketengahkan oleh mereka adalah bertujuan melalaikan manusia, menjatuhkan mereka kepada maksiat dan menjurus kepada manusia meninggalkan kehidupan beragama. Industri muzik Barat juga memperkenalkan pelbagai jenis muzik yang melampau seperti heavy metal, rap, rock, super dance dan lain-lain yang bertentangan dengan fitrah. Ini bertentangan dengan hiburan dalam Islam yang bertujuan memberi sedikit kerehatan kepada jiwa manusia.
Oleh itu rumusannya industri musik dan nyanyian yang harus ialah yang sesuai dengan fitrah manusia, menghibur dan memberi ketenangan kepada jiwa dan mematuhi adab-adab Islam ; ini menuntut kesedaran Islam yang tinggi dari pemuzik dan pencipta lagu Muslim supaya membentuk arahalir industri musik yang tersendiri dan terpisah drpd pengaruh jahat Barat. Sebarang percubaan Barat untuk menghanyutkan umat Islam kepada kemaksiatan, kemudharatan dan kefasikan, mestilah dihalang, menetapi kaedah Masoleh Mursalah (kepentingan awam), Sadd Adz Dhara’iy (menutup pintu-pintu kejahatan) dan Istiqra’ (pungutan suara rakyat) juga Urf (adat budaya tempatan).
PANDANGAN ULAMA” TERHADAP MUZIK
Ulamak yang paling berautoriti dalam hukum-hukum yang baru utk abad ini ialah al marhum Syaikh Mahmud Syaltut, bekas rektor al Azhar dalam koleksi Fatwanya, alFatawa (terbitan Darul syuruq, Cairo. 1960) ms 355-359 menjelaskan dengan tegas empat perkara tentang muzik:
Pertama: Mendengar dan bermain alat muzik adalah sama (hukumnya) dengan merasa makanan yang lazat, menghidu bau yang harum, melihat pemandangan yang cantik atau mencapai pengetahuan yang tidak diketahui adalah semuanya keseronokan naluri yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia. Semuanya memberi kesan menenangkan fikiran apabila kepenatan jasmani dan memberi kesan dalam memulihkan semula tenaga. (Syaikh Syaltut menggunakan hujah Imam alGhazali dalam Ihya Ulumiddin, Jld 2, pg 208.)
Kedua: AlQur’an yang mendasari segala peraturan dan perundangan di atas dasar kesempurnaan dalam Tujuan sentiasa menjaga supaya tidak berlaku keterlaluan dipihak yang tidak menggunakan muzik dan pihak yang menggunakan muzik secara berlebihan. Islam mahukan kesederhanaan.
Ketiga: Fuqaha’ terdahulu membenarkan musik apabila mempunyai konteks yang sesuai seperti muzik iringan ke medan perang, hajji, perkahwinan, perayaan id. Mengikut fuqaha’ Hanafi muzik yang dilarang ialah dengan bersyarat jika ia bercampur dengan sebutan alkohol, gadis penyanyi, fusuq, perzinaan dan keberhalaan. Aku (Syaltut) berpendapat larangan terhadap muzik adalah berdasarkan kpd konteks dan iringannya dengan yang lain dan bukanlah suatu reaksi terhadap muzik itu sendiri.
Keempat: Syaltut memberi amaran bahawa sesiapa yang berani melarang sesuatu perkara yang tidak jelas dilarang oleh Allah. Dalilnya ialah firman Allah dalam surah al A’raf: 32-33. siapakah yang berani mengharamkan perhiasan drpd Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan rezki yang baik-baik?….. hingga akhir.
Kesimpulannnya: secara ‘amnya muzik dibenarkan, jika ada larangan terhadapnya adalah kemalangan atau pengecualian disebabkan perlaku penyalahgunaan terhadap muzik itu sendiri.
Hukum mengenai muzik, pemuzik dan alat muzik mengikut Hujjatul Islam alGhazali (Ihya’ Ulumidin, vol 2, pg 283-301) menjelaskan ada tiga komponen penting yang mempengaruhi hukum muzik yang mungkin berubah dari masa kesemasa: zaman, makan dan ikhwan. ‘Zaman’ merujuk kepada masa, apakah muzik itu melalaikan daripada jihad dan ibadah. ‘Makan’ merujuk kepada suasana, situasi, occasion atau upacara di mana muzik itu dipersembahkan. ‘Ikhwan’: merujuk kepada aktiviti muzik itu; jika dengan muzik itu boleh menyebabkan mereka terdedah kepada manusia yang jahat atau membawa kepada kejatuhan moral.
Menurut al Ghazali inilah tiga komponen yang menjadi neraca bagi muslim di setiap zaman menghukum muzik: zaman, makan dan ikhwan.
Berbalik kepada soalan asal: apakah alat muzik yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan dalam Islam?
Al Ghazali menjelaskan (Ihya’ Ulumiddin, vol2, pg 271-272): tidak ada keterangan yang jelas dari sunnah yang melarang alat-alat muzik bahkan setengah alat muzik yang mempunyai bunyi yang baik tidak dilarang, ia tidak lebih daripada seperti kemerduan suara burung. Ianya dilarang jika ada hubungan atau dikaitkan dengan kumpulan peminum arak, homoseks dan lain-lain yang diarang.
Menurut Prof Lamya’ alfaruqui hukum hudud Islam jika seseorang didapati mencuri alat muzik ini berbedza-bedza mengikut madzhab. Misalnya menurut Syaikh Ibn Abu Zaid al Qairawan, Bakhurah alSa’ad menjelaskan pencuri alat muzik tidak boleh dipotong tangannya. Imam Syafi’iy dalam al Umm menjelaskan seseorang yang didapati bersalah memecahkan peralatan muzik tidak boleh dihukum. Manakala menurut sebahagian ulamak sesiapa yang memecahkan seruling atau sebarang alat muzik, ia layak dkenakan hukuman kerana menjual peralatan muzik itu sah di sisi undang-undang Islam.
Kesimpulan dan tarjih:
1. Menurut Fatwa Syaltut, muzik adalah harus selagi bukan untuk tujuan melalaikan dan maksiat
2. Menurut al Ghazali, tidak ada perincian syara’ tentang peralatan muzik yang halal dan haram. Ia bergantung kpd zaman(masa), makan(tempat), dan ikhwan(aktiviti muzik); mana-mana alat muzik yang baik dan lunak di dengar adalah harus, dan mana-mana alat muzik yang jelik dan dihubungkan dengan kumpulan manusia yang jahat akhlaknya adalah ditegah.
3. Hukum muzik, pemuzik dan peralatan muzik akan sentiasa berubah mengikut keadaan umat dan ulamak semasa.
wallahua’lam
Daripada beberapa dalil Qur’an,setiap benda yang baik lazimnya halal; Oleh itu setiap yang baik dipandang oleh jiwa dengan baik; akal manusia yang sejahtera adalah halal sebagai kerahmatan kepada umat Islam ini dan juga kerana kesyumulan, kelengkapan, dan keberkekalan risalah Islam.
Firman Allah (maksud):
“Mereka bertanya kepadamu:Apakah yang dihalalkan bagi mereka?Bagi menjawabnya katakanlah:Dihalalkan bagi kamu yang lazat-lazat serta baik. “(Maaidah: 4)
Hak mutlak menghalal/mengharam sesuatu adalah milik Allah saja: (maksud):
“Katakanlah:’ Sudahkah kamu nampak baik buruknya sesuatu yang diturunkan Allah untuk manfa’at kamu itu sehingga dapat kamu jadikan sebahagian daripadanyaharam dan sebahagian lagi halal?Katakanlah lagi (kpd mereka):Adakah Allah mengizinkan kepada kamu hanya mengada-ngadakan secara dusta terhadap Allah?” (Yunus:59)
Firman Allah (maksud):
“Sesungguhnya merugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka kerana kebodohan lagi tidak berilmu (sedang Allah memberi rezki kepada sekelian makhluk); dan rugilah (mereka) yang mengharamkan apa yang telah dikurniakan oleh Allah kepada mereka dengan berdusta terhadap Allah. Sesungguhnya sesatlah mereka dan tiadalah mereka mendapat petunjuk.” (al An’am: 140)
Firman Allah (maksud):
“Dan kehidupan dunia ini hanyalah LAHWUN dan permainan belaka..” (Ankabut: 64)
RasuluLlah saw pernah menasihati Handzalah, Wahai Handzalah, bergurau ada masanya dan serius ada masanya. Saidina Ali ada menasihatkan:Rehatkan hatimu dr masa ke semasa kerana hati jika dipaksa akan menjadi buta. Juga dari Ali KW:Hati juga merasa jemu sepertimana juga badan merasa jemu; maka carilah perkara-perkara yang menarik untuk menghiburkannya. Telah berkata Abu Darda’:Aku menghiburkan diriku dengan sedikit al Lahwu untuk menguatkan diriku dalam melakukan perkara-perkara kebaikan.
KATA IMAM AL GHAZALI:
Apabila diajukan kepada Imam alGhazali apakah nyanyian termasuk al Lahwu? Beliau berkata:Ya begitulah sebenarnya. Sesungguhnya seluruh dunia adalah al lahwu dan permainan..dan semua guarauan bersama isteri adalah al lahwu melainkan jima’ yang bertujuan melahirkan zuriat. Begitu juga setiap gurauan yang tidak mengandungi kejahatan dan kemaksiatan, maka ia adalah halal. Sebab itulah ada waktu-waktunya makruh mengerjakan solat nawafil (sunat) untuk memberi kerihatan kepada orang yang sering melakukannya. Kerihatan sebenarnya menolong utk terus beramal. Sedikit dalam al lahwu dapat menolong seseorang dalam situasi tegang oleh kerana kita tidak akan mampu untuk sentiasa dalam keadaan serius dan kepahitan sepanjang masa kecuali jiwa para Anbiya’.
Maka al lahwu (berhibur seketika) adalah ubat juga bagi jiwa. Maka allahwu sudah semestinya Harus. Tapi al lahwu seperti mana ubat-ubatan yang lain ia tidak boleh diambil secara berlebihan.
Jika al lahwu disertai dengan niat ibadah, ia menjadi ketaatan kepada Allah. Sesiapa yang mendengar nyanyian dan muzikal janganlah menganggapnya sebagai sifat terpuji! Tapi hanya sekadar mendapatkan kelazatan dan kerihatan semata-mata.
Manusia mempunyai tingkatan: perkara-perkara yang harus kepada golongan martabat ABRAR (golongan yang baik) adalah kejahatan kepada golongan muqarrabin ( mereka yang sangat hampir dengan Allah) dan seterusnya.
Oleh itu kita mesti mengambil hukum ‘am/pada kadar yang biasa. Bagi yang mengetahui selok belok cara untuk mengubat hati, cara untuk melembutkan hati dan mendorongnya kepada kebenaran, secara pasti dia juga akan tahu bahawa merihatkan hati dengan perkara-perkara begini (lahwun dan la’ibun) adalah ubat yang berguna yang mesti digunakan (al Ghazali).
Nyanyian adalah Harus (dibolehkan) tapi dalam Acuan Islam . Muzik adalah termasuk dalam perkara tabi’iy (asasi) di sisi fitrah manusia. Ia juga termasuk bab Urf (adat resam sesuatu bangsa); ada bangsa yang amat suka kepada muzik dan nyanyian; Islam tidak menghalang sesuatu yang selari dengan fitrah dan diterima oleh urf (adat) atau cara hidup budaya setempat. (Prof Qardhawi, halal ; haram , juga Fatwa Mu’asirat) Bermain gambus dan nyanyian oleh hamba sahaya sudah diamalkan sejak zaman Ali bin Talib dan tiada yang menegahnya..
Malangnya industri musik seperti juga bidang-bidang lain, ia diterajui oleh Barat yang mempunyai muslihat yang jahat terhadap Islam terutama remajanya. Apabila industri muzik; nyanyian itu diterajui oleh Barat, maka umat Islam perlulah berhati-hati, unsur-unsur yang diketengahkan oleh mereka adalah bertujuan melalaikan manusia, menjatuhkan mereka kepada maksiat dan menjurus kepada manusia meninggalkan kehidupan beragama. Industri muzik Barat juga memperkenalkan pelbagai jenis muzik yang melampau seperti heavy metal, rap, rock, super dance dan lain-lain yang bertentangan dengan fitrah. Ini bertentangan dengan hiburan dalam Islam yang bertujuan memberi sedikit kerehatan kepada jiwa manusia.
Oleh itu rumusannya industri musik dan nyanyian yang harus ialah yang sesuai dengan fitrah manusia, menghibur dan memberi ketenangan kepada jiwa dan mematuhi adab-adab Islam ; ini menuntut kesedaran Islam yang tinggi dari pemuzik dan pencipta lagu Muslim supaya membentuk arahalir industri musik yang tersendiri dan terpisah drpd pengaruh jahat Barat. Sebarang percubaan Barat untuk menghanyutkan umat Islam kepada kemaksiatan, kemudharatan dan kefasikan, mestilah dihalang, menetapi kaedah Masoleh Mursalah (kepentingan awam), Sadd Adz Dhara’iy (menutup pintu-pintu kejahatan) dan Istiqra’ (pungutan suara rakyat) juga Urf (adat budaya tempatan).
PANDANGAN ULAMA” TERHADAP MUZIK
Ulamak yang paling berautoriti dalam hukum-hukum yang baru utk abad ini ialah al marhum Syaikh Mahmud Syaltut, bekas rektor al Azhar dalam koleksi Fatwanya, alFatawa (terbitan Darul syuruq, Cairo. 1960) ms 355-359 menjelaskan dengan tegas empat perkara tentang muzik:
Pertama: Mendengar dan bermain alat muzik adalah sama (hukumnya) dengan merasa makanan yang lazat, menghidu bau yang harum, melihat pemandangan yang cantik atau mencapai pengetahuan yang tidak diketahui adalah semuanya keseronokan naluri yang dianugrahkan Tuhan kepada manusia. Semuanya memberi kesan menenangkan fikiran apabila kepenatan jasmani dan memberi kesan dalam memulihkan semula tenaga. (Syaikh Syaltut menggunakan hujah Imam alGhazali dalam Ihya Ulumiddin, Jld 2, pg 208.)
Kedua: AlQur’an yang mendasari segala peraturan dan perundangan di atas dasar kesempurnaan dalam Tujuan sentiasa menjaga supaya tidak berlaku keterlaluan dipihak yang tidak menggunakan muzik dan pihak yang menggunakan muzik secara berlebihan. Islam mahukan kesederhanaan.
Ketiga: Fuqaha’ terdahulu membenarkan musik apabila mempunyai konteks yang sesuai seperti muzik iringan ke medan perang, hajji, perkahwinan, perayaan id. Mengikut fuqaha’ Hanafi muzik yang dilarang ialah dengan bersyarat jika ia bercampur dengan sebutan alkohol, gadis penyanyi, fusuq, perzinaan dan keberhalaan. Aku (Syaltut) berpendapat larangan terhadap muzik adalah berdasarkan kpd konteks dan iringannya dengan yang lain dan bukanlah suatu reaksi terhadap muzik itu sendiri.
Keempat: Syaltut memberi amaran bahawa sesiapa yang berani melarang sesuatu perkara yang tidak jelas dilarang oleh Allah. Dalilnya ialah firman Allah dalam surah al A’raf: 32-33. siapakah yang berani mengharamkan perhiasan drpd Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan rezki yang baik-baik?….. hingga akhir.
Kesimpulannnya: secara ‘amnya muzik dibenarkan, jika ada larangan terhadapnya adalah kemalangan atau pengecualian disebabkan perlaku penyalahgunaan terhadap muzik itu sendiri.
Hukum mengenai muzik, pemuzik dan alat muzik mengikut Hujjatul Islam alGhazali (Ihya’ Ulumidin, vol 2, pg 283-301) menjelaskan ada tiga komponen penting yang mempengaruhi hukum muzik yang mungkin berubah dari masa kesemasa: zaman, makan dan ikhwan. ‘Zaman’ merujuk kepada masa, apakah muzik itu melalaikan daripada jihad dan ibadah. ‘Makan’ merujuk kepada suasana, situasi, occasion atau upacara di mana muzik itu dipersembahkan. ‘Ikhwan’: merujuk kepada aktiviti muzik itu; jika dengan muzik itu boleh menyebabkan mereka terdedah kepada manusia yang jahat atau membawa kepada kejatuhan moral.
Menurut al Ghazali inilah tiga komponen yang menjadi neraca bagi muslim di setiap zaman menghukum muzik: zaman, makan dan ikhwan.
Berbalik kepada soalan asal: apakah alat muzik yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan dalam Islam?
Al Ghazali menjelaskan (Ihya’ Ulumiddin, vol2, pg 271-272): tidak ada keterangan yang jelas dari sunnah yang melarang alat-alat muzik bahkan setengah alat muzik yang mempunyai bunyi yang baik tidak dilarang, ia tidak lebih daripada seperti kemerduan suara burung. Ianya dilarang jika ada hubungan atau dikaitkan dengan kumpulan peminum arak, homoseks dan lain-lain yang diarang.
Menurut Prof Lamya’ alfaruqui hukum hudud Islam jika seseorang didapati mencuri alat muzik ini berbedza-bedza mengikut madzhab. Misalnya menurut Syaikh Ibn Abu Zaid al Qairawan, Bakhurah alSa’ad menjelaskan pencuri alat muzik tidak boleh dipotong tangannya. Imam Syafi’iy dalam al Umm menjelaskan seseorang yang didapati bersalah memecahkan peralatan muzik tidak boleh dihukum. Manakala menurut sebahagian ulamak sesiapa yang memecahkan seruling atau sebarang alat muzik, ia layak dkenakan hukuman kerana menjual peralatan muzik itu sah di sisi undang-undang Islam.
Kesimpulan dan tarjih:
1. Menurut Fatwa Syaltut, muzik adalah harus selagi bukan untuk tujuan melalaikan dan maksiat
2. Menurut al Ghazali, tidak ada perincian syara’ tentang peralatan muzik yang halal dan haram. Ia bergantung kpd zaman(masa), makan(tempat), dan ikhwan(aktiviti muzik); mana-mana alat muzik yang baik dan lunak di dengar adalah harus, dan mana-mana alat muzik yang jelik dan dihubungkan dengan kumpulan manusia yang jahat akhlaknya adalah ditegah.
3. Hukum muzik, pemuzik dan peralatan muzik akan sentiasa berubah mengikut keadaan umat dan ulamak semasa.
wallahua’lam
Rukun perjalanan menuju Allah, melalui ilmu dan zikir -Prof Madya Dr Musa Fathullah Harun
Almarhum Dr Sa’id Hawa menjelaskan bahawa perjalanan menuju Allah mempunyai dua rukun, iaitu ilmu dan zikir. Tanpa keduanya, tidak ada perjalanan menuju Allah SWT.
Ilmu adalah yang menerangi jalan dan zikir adalah bekal perjalanan dan keperluan pendakian. Kita berhajat kepada ilmu untuk mengenali segala perintah, petunjuk, bimbingan dan peringatan Allah SWT dan mengenali hikmatnya agar kita dapat melaksanakan segala perintah tersebut serta mencapai hikmatnya, manakala kita berhajat kepada zikir agar Allah SWT bersama kita dalam perjalanan kita menuju kepadaNya.
Rukun pertama: Ilmu
Bukanlah menjadi satu keraguan bahawa apa yang dimaksudkan dengan ilmu ialah ilmu tentang al-Qur’an dan al Sunnah serta ilmu tentang segala yang diperlukan oleh Salik dalam perjalanannya menuju Allah SWT. Sekurang-kurangnya setiap salik mestilah melengkapkan dirinya dengan kesemua ilmu fardu ‘ain, iaitu ilmu yang setiap muslim dituntut mempelajarinya.
Setiap muslim wajib mengetahui segala perbuatan yang wajib dilakukannya, agar ia tidak meninggalkannya; dan juga perbuatan yang haram dilakukannya, agar ia terhindar daripada melakukannya. Setiap perbuatan yang wajib dilakukan, maka mempelajari ilmunya juga menjadi wajib, Ini adalah kerana tanpa ilmu tentang sesuatu, maka seseorang tidak mungkin dapat melakukan sesuatu itu dengan betul, sesuai dengan kehendak syariat.
Imam Ghazali mengingatkan kita di dalam kitabnya Ihya Ulum Al-Din, bahawa di antara ilmu yang wajib dipelajari ialah ilmu mengenai jalan menuju ke akhirat. Apa yang dimaksud ilmu menuju jalan ke akhirat ialah ilmu cara membersihkan hati atau jiwa daripada sifat-sifat yang keji, yang tercela, yang dianggap sebagai kotoran yang menjadi penghalang daripada mengenali Allah SWT dan daripada mengenali sifat-sifat dan af’al atau perbuatan-perbuatanNya. Tidak ada jalan untuk ke sana melainkan dengan latihan, ilmu dan pengajaran.
Ilmu tersebut terbahagi kepada dua bahagian:
Pertama: Ilmu zahir, iaitu ilmu yang berkaitan dengan amalan anggota badan, dan ia terbahagi kepada adat dan ibadat.
Kedua: ilmu batin, iaitu ilmu yang berkaitan dengan amalan hati atau jiwa, atau ilmu tentang sifat-sifat yang ada di dalam hati atau jiwa, yang juga terbahagi kepada yang terpuji dan tercela.
Sifat-sifat yang terpuji di dalam hati adalah seperti: sabar, syukur, takut, harap, redha, zuhud, taqwa, qana’ah (menerima dan berpuas hati dengan yang ada atau dengan apa yang Allah berikan), murah hati, ihsan, baik sangka, baik budi,baik pergaulan, jujur, ikhlas dan sebagainya, yang merupakan sumber atau punca daripada segala perbuatan taat dan ibadat kepada Allah SWT.
Adapun yang tercela daripadanya adalah seperti; dengki, dendam, busuk hati, penipu, gila pangkat, gila harta, gila kuasa, gila pengaruh, suka dipuji, sombong, riya’, keras kepala, pemarah, benci, tamak kedekut, kufur ni’mat, mengagungkan orang kaya, bangga, ujub, nifaq (hipocracy),cintakan dunia, cinta harta, gopoh,lalai dan sebagainya, yang merupakan sumber atau punca daripada segala perbuatan ma’siat dan lain-lain perbuatan buruk atau keji, yang dilarang.
Ilmu tentang batasan segala sifat-sifat ini, sama ada yang terpuji ataupun yang tercela, hakikat, sebab-sebab, hasil atau natijahnya, cara memupuk, menanam, atau cara mengubati, membuang atau mengikis daripada sifat-sifat tercela, kesemuanya itu merupakan ilmu jalan akhirat; dan Imam Ghazali mengatakan bahawa ia merupakan ilmu fardu ain, mengikut fatwa ulama akhirat.
Rukun kedua: Zikir
Adapun yang dimaksudkan dengan zikir ialah zikir yang diwariskan atau dianjurkan, yang termasuk di dalam perintah Allah SWT dan RasulNya SAW.
Imam Nawawi di dalam kitabnya, Al-Adzkaar, telah menjelaskan pengertian zikir sebagai berikut:
“Ketahuilah bahawa fadilat zikir tidak terhad pada tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan yang seumpamanya, tetapi setiap orang yang beramal kerana Allah Taala dengan ketaatan, maka ia termasuk orang yang berzikir kerana Allah Taala. Begitulah yang dikatakan oleh Sa’id Bin Jubair r.a. dan lain-lain ulama”.
‘Ata’ berkata: “Majlis-majlis zikir adalah majlis-majlis yang membincangkan masalah halal, haram, bagaimana anda membeli, menjual, solat, berpuasa, berkahwin, mentalak, haji dan yang seumpamanya”.
Beliau juga telah membawakan hadis yang diriwayatkan daripada Abu Sa’id Al-Khudri r.a. bahawa Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila seorang lelaki membangunkan isterinya pada waktu malam, kemudian keduanya solat dua rakaat, maka keduanya ditulis dalam golongan orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah”.
Maka kedua rukun berjalan menuju Allah menurut Sa’id Hawa adalah ilmu dan zikir; dan tidak akan ada perjalanan melainkan dengan keduanya.
Walau bagaimanapun, perlu diketahui bahawa para salik yang menempuh jalan menuju Allah itu terbahagi kepada dua golongan. Golongan yang pertama lebih banyak melibatkan diri mereka kepada Allah SWT disamping tidak melalaikan tanggungjawab mereka dalam menuntut ilmu agama sebagaimana yang dituntut oleh syara’.
Manakala golongan yang kedua pula mendekatkan diri mereka kepada Allah SWT dengan bertungkus-lumus mendalami ilmu agama disamping tidak mengabaikan keperluan untuk berzikir. Akhirnya, mereka semua (insya Allah) akan sampai ke satu arah tuju yang sama iaitu mencapai keredhaan Allah dan mendekatkan diri kepadaNya.
Beliau menjelaskan bahawa pembahagian tersebut adalah disebabkan kerana adanya perbezaan pada kecenderungan atau minat dan kemampuan atau kesanggupan manusia itu sendiri. Segolongan manusia, kecenderungan atau minatnya kepada ilmu lebih besar dan juga kemampuannya untuk mencapai ilmu tersebut ada, dan segolongan lainnya kemampuannya untuk mencapai ilmu terhad dan kesanggupannya untuk beribadat, beramal dan berzikir adalah besar.
Jalan yang sesuai bagi golongan yang pertama adalah ilmu, tetapi mesti juga disertai dengan zikir; dan jalan yang sesuai bagi golongan yang kedua adalah memperbanyak zikir, tetapi mesti juga disertai dengan ilmu.
Daripada huraian tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahawa setiap manusia yang berjalan menuju Allah atau mencari keredhaan dan keampunan Allah, yang dengannya dicapai kebahagiaan akhirat dan terhindar daripada seksaan neraka, mestilah berusaha, selain mengisi masanya dengan melaksanakan tugas peribadatan yang telah ditetapkan, seperti solat lima waktu, puasa ramadan dan lain-lainnya, juga dengan kegiatan menuntut ilmu dan berzikir.
Ia mesti menjadikan kegiatan menuntut ilmu dan berzikir ini sebagai agenda hariannya yang berterusan sepanjang hayat, kerana kedua-duanya merupakan ibadat yang sangat tinggi nilainya. Setiap salik mestilah berusaha menghindarkan diri daripada membazirkan masanya dengan sebarang perbuatan yang tidak ada manfaatnya seperti melepak di kedai-kedai kopi, berbual kosong dan kerja-kerja yang seumpamanya.
Di dalam sesuatu hadis, ada dinyatakan bahwa tanggung jawab pertama yang akan disoal ke atas setiap insan ialah tentang umurnya: di mana ia telah menghabiskannya? Di dalam surah al-’Asr Allah SWT telah menyatakan dengan bersumpah: “Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan (mengisi masanya dengan)beramal soleh, serta berpesan-pesan dengan kebenaran dan berpesan-pesan dengan kesabaran”.
Setiap salik mesti menentukan masa yang tetap setiap hari untuk menuntut ilmu dan berzikir: menetapkan masa tertentu untuk membaca al-Qur’an dan memahami maknanya. Mereka boleh merancang untuk mengkhatamkan Al-Qur’an setiap seminggu sekali, dua minggu sekali, sebulan sekali atau lain-lainnya, mengikut kemampuan dan kesanggupan masing-masing. Perkara yang penting di sini ialah mereka menetapkan agenda yang tetap dan berterusan sepanjang hayat.
Membaca Al-Qur’an adalah ibadat dan zikir, dan memahami kandungannya adalah ilmu yang paling tinggi nilainya.
Selain mempelajari Al-Qur’an, mereka juga mesti berusaha mempelajari ilmu-ilmu syari’at lainnya dengan membaca kitab-kitab agama, menghadiri kelas-kelas agama, ceramah-ceramah agama, atau mempelajari agama daripada guru-guru agama yang memberi bimbingan secara langsung kepada para pelajar atau murid-muridnya.
Menuntut ilmu dalam Islam merupakan ibadat yang dituntut dan tinggi nilainya. Ibnu ‘Abd al-Bar telah meriwayatkan daripada Abu Dzarrin al-Ghiffari r.a. bahawa Rasulullah SAW bersabda; “Bahawa anda keluar di waktu pagi untuk mempelajari satu bab daripada ilmu adalah lebih baik daripada anda solat seratus rakaat”.
Kita mesti menetapkan agenda harian yang tetap, dengan memperuntukkan masa tertentu yang mencukupi untuk menuntut ilmu serta membaca kitab-kitab ilmiyah. Di dalam Islam, agama itu sendiri adalah ilmu dan ilmu adalah agama. Agama adalah ilmu kerana ia berdiri di atas asas pemikiran, penyelidikan, menolak taklid buta dan bersandar kepada pembuktian yang meyaqinkan, bukan kepada sangkaan dan mengikuti hawa nafsu.
Begitu juga ilmu dalam Islam, ianya adalah agama, kerana menuntutnya adalah diwajibkan ke atas setiap muslim dan muslimah sama ada sebagai fardu’ain atau fardu kifayah, dan bergiat dalam bidang ilmu yang bermanfaat, sama ada manfaat duniawi atau ukhrawi, dianggap sebagai ibadat dan jihad di jalan Allah.
Adapun zikir, maka ia merupakan amalan yang berterusan kerana, selain ia merupakan amalan tersendiri, ia juga boleh masuk ke dalam atau ke celah-celah amalan-amalan lain dan boleh mengisi setiap masa yang terluang dari sejak kita bangun dari tidur sehinggalah kita naik semula ke katil untuk tidur.
Perbekalan Rabbani Dalam Perjalanan: Taqwa, Muhsabah Diri dan Taubat.
Di dalam perjalanan yang panjang merentasi kehidupan di alam dunia, mencari keredhaan Allah SWT, supaya dapat memasuki alam barzakh dan alam akhirat dengan selamat, Rabbani berhajat kepada perbekalan, dan tidak ada perbekalan yang lebih baik daripada ketaqwaan. Allah SWT telah berfirman di dalam surah Al-Baqarah:197:
“Dan hendaklah kamu membawa bekal dengan cukupnya, sesungguhnya sebaik-baik bekal itu ialah taqwa (ketaqwaan); dan bertaqwalah kepadaku wahai orang-orang yang berakal”.
Di dalam bab ini, saya ingin membicarakan tentang perbekalan yang mesti ada pada setiap rabbani dalam perjalanannya menuju Allah al-Rabb al-Jalil, sebagaimana yang diperintah oleh Allah SWT, iaitu taqwa atau ketaqwaan dan yang merupakan cawangan daripadanya, iaitu muhasabah diri dan taubat.
wallahua’lam.
Ilmu adalah yang menerangi jalan dan zikir adalah bekal perjalanan dan keperluan pendakian. Kita berhajat kepada ilmu untuk mengenali segala perintah, petunjuk, bimbingan dan peringatan Allah SWT dan mengenali hikmatnya agar kita dapat melaksanakan segala perintah tersebut serta mencapai hikmatnya, manakala kita berhajat kepada zikir agar Allah SWT bersama kita dalam perjalanan kita menuju kepadaNya.
Rukun pertama: Ilmu
Bukanlah menjadi satu keraguan bahawa apa yang dimaksudkan dengan ilmu ialah ilmu tentang al-Qur’an dan al Sunnah serta ilmu tentang segala yang diperlukan oleh Salik dalam perjalanannya menuju Allah SWT. Sekurang-kurangnya setiap salik mestilah melengkapkan dirinya dengan kesemua ilmu fardu ‘ain, iaitu ilmu yang setiap muslim dituntut mempelajarinya.
Setiap muslim wajib mengetahui segala perbuatan yang wajib dilakukannya, agar ia tidak meninggalkannya; dan juga perbuatan yang haram dilakukannya, agar ia terhindar daripada melakukannya. Setiap perbuatan yang wajib dilakukan, maka mempelajari ilmunya juga menjadi wajib, Ini adalah kerana tanpa ilmu tentang sesuatu, maka seseorang tidak mungkin dapat melakukan sesuatu itu dengan betul, sesuai dengan kehendak syariat.
Imam Ghazali mengingatkan kita di dalam kitabnya Ihya Ulum Al-Din, bahawa di antara ilmu yang wajib dipelajari ialah ilmu mengenai jalan menuju ke akhirat. Apa yang dimaksud ilmu menuju jalan ke akhirat ialah ilmu cara membersihkan hati atau jiwa daripada sifat-sifat yang keji, yang tercela, yang dianggap sebagai kotoran yang menjadi penghalang daripada mengenali Allah SWT dan daripada mengenali sifat-sifat dan af’al atau perbuatan-perbuatanNya. Tidak ada jalan untuk ke sana melainkan dengan latihan, ilmu dan pengajaran.
Ilmu tersebut terbahagi kepada dua bahagian:
Pertama: Ilmu zahir, iaitu ilmu yang berkaitan dengan amalan anggota badan, dan ia terbahagi kepada adat dan ibadat.
Kedua: ilmu batin, iaitu ilmu yang berkaitan dengan amalan hati atau jiwa, atau ilmu tentang sifat-sifat yang ada di dalam hati atau jiwa, yang juga terbahagi kepada yang terpuji dan tercela.
Sifat-sifat yang terpuji di dalam hati adalah seperti: sabar, syukur, takut, harap, redha, zuhud, taqwa, qana’ah (menerima dan berpuas hati dengan yang ada atau dengan apa yang Allah berikan), murah hati, ihsan, baik sangka, baik budi,baik pergaulan, jujur, ikhlas dan sebagainya, yang merupakan sumber atau punca daripada segala perbuatan taat dan ibadat kepada Allah SWT.
Adapun yang tercela daripadanya adalah seperti; dengki, dendam, busuk hati, penipu, gila pangkat, gila harta, gila kuasa, gila pengaruh, suka dipuji, sombong, riya’, keras kepala, pemarah, benci, tamak kedekut, kufur ni’mat, mengagungkan orang kaya, bangga, ujub, nifaq (hipocracy),cintakan dunia, cinta harta, gopoh,lalai dan sebagainya, yang merupakan sumber atau punca daripada segala perbuatan ma’siat dan lain-lain perbuatan buruk atau keji, yang dilarang.
Ilmu tentang batasan segala sifat-sifat ini, sama ada yang terpuji ataupun yang tercela, hakikat, sebab-sebab, hasil atau natijahnya, cara memupuk, menanam, atau cara mengubati, membuang atau mengikis daripada sifat-sifat tercela, kesemuanya itu merupakan ilmu jalan akhirat; dan Imam Ghazali mengatakan bahawa ia merupakan ilmu fardu ain, mengikut fatwa ulama akhirat.
Rukun kedua: Zikir
Adapun yang dimaksudkan dengan zikir ialah zikir yang diwariskan atau dianjurkan, yang termasuk di dalam perintah Allah SWT dan RasulNya SAW.
Imam Nawawi di dalam kitabnya, Al-Adzkaar, telah menjelaskan pengertian zikir sebagai berikut:
“Ketahuilah bahawa fadilat zikir tidak terhad pada tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan yang seumpamanya, tetapi setiap orang yang beramal kerana Allah Taala dengan ketaatan, maka ia termasuk orang yang berzikir kerana Allah Taala. Begitulah yang dikatakan oleh Sa’id Bin Jubair r.a. dan lain-lain ulama”.
‘Ata’ berkata: “Majlis-majlis zikir adalah majlis-majlis yang membincangkan masalah halal, haram, bagaimana anda membeli, menjual, solat, berpuasa, berkahwin, mentalak, haji dan yang seumpamanya”.
Beliau juga telah membawakan hadis yang diriwayatkan daripada Abu Sa’id Al-Khudri r.a. bahawa Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila seorang lelaki membangunkan isterinya pada waktu malam, kemudian keduanya solat dua rakaat, maka keduanya ditulis dalam golongan orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah”.
Maka kedua rukun berjalan menuju Allah menurut Sa’id Hawa adalah ilmu dan zikir; dan tidak akan ada perjalanan melainkan dengan keduanya.
Walau bagaimanapun, perlu diketahui bahawa para salik yang menempuh jalan menuju Allah itu terbahagi kepada dua golongan. Golongan yang pertama lebih banyak melibatkan diri mereka kepada Allah SWT disamping tidak melalaikan tanggungjawab mereka dalam menuntut ilmu agama sebagaimana yang dituntut oleh syara’.
Manakala golongan yang kedua pula mendekatkan diri mereka kepada Allah SWT dengan bertungkus-lumus mendalami ilmu agama disamping tidak mengabaikan keperluan untuk berzikir. Akhirnya, mereka semua (insya Allah) akan sampai ke satu arah tuju yang sama iaitu mencapai keredhaan Allah dan mendekatkan diri kepadaNya.
Beliau menjelaskan bahawa pembahagian tersebut adalah disebabkan kerana adanya perbezaan pada kecenderungan atau minat dan kemampuan atau kesanggupan manusia itu sendiri. Segolongan manusia, kecenderungan atau minatnya kepada ilmu lebih besar dan juga kemampuannya untuk mencapai ilmu tersebut ada, dan segolongan lainnya kemampuannya untuk mencapai ilmu terhad dan kesanggupannya untuk beribadat, beramal dan berzikir adalah besar.
Jalan yang sesuai bagi golongan yang pertama adalah ilmu, tetapi mesti juga disertai dengan zikir; dan jalan yang sesuai bagi golongan yang kedua adalah memperbanyak zikir, tetapi mesti juga disertai dengan ilmu.
Daripada huraian tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahawa setiap manusia yang berjalan menuju Allah atau mencari keredhaan dan keampunan Allah, yang dengannya dicapai kebahagiaan akhirat dan terhindar daripada seksaan neraka, mestilah berusaha, selain mengisi masanya dengan melaksanakan tugas peribadatan yang telah ditetapkan, seperti solat lima waktu, puasa ramadan dan lain-lainnya, juga dengan kegiatan menuntut ilmu dan berzikir.
Ia mesti menjadikan kegiatan menuntut ilmu dan berzikir ini sebagai agenda hariannya yang berterusan sepanjang hayat, kerana kedua-duanya merupakan ibadat yang sangat tinggi nilainya. Setiap salik mestilah berusaha menghindarkan diri daripada membazirkan masanya dengan sebarang perbuatan yang tidak ada manfaatnya seperti melepak di kedai-kedai kopi, berbual kosong dan kerja-kerja yang seumpamanya.
Di dalam sesuatu hadis, ada dinyatakan bahwa tanggung jawab pertama yang akan disoal ke atas setiap insan ialah tentang umurnya: di mana ia telah menghabiskannya? Di dalam surah al-’Asr Allah SWT telah menyatakan dengan bersumpah: “Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan (mengisi masanya dengan)beramal soleh, serta berpesan-pesan dengan kebenaran dan berpesan-pesan dengan kesabaran”.
Setiap salik mesti menentukan masa yang tetap setiap hari untuk menuntut ilmu dan berzikir: menetapkan masa tertentu untuk membaca al-Qur’an dan memahami maknanya. Mereka boleh merancang untuk mengkhatamkan Al-Qur’an setiap seminggu sekali, dua minggu sekali, sebulan sekali atau lain-lainnya, mengikut kemampuan dan kesanggupan masing-masing. Perkara yang penting di sini ialah mereka menetapkan agenda yang tetap dan berterusan sepanjang hayat.
Membaca Al-Qur’an adalah ibadat dan zikir, dan memahami kandungannya adalah ilmu yang paling tinggi nilainya.
Selain mempelajari Al-Qur’an, mereka juga mesti berusaha mempelajari ilmu-ilmu syari’at lainnya dengan membaca kitab-kitab agama, menghadiri kelas-kelas agama, ceramah-ceramah agama, atau mempelajari agama daripada guru-guru agama yang memberi bimbingan secara langsung kepada para pelajar atau murid-muridnya.
Menuntut ilmu dalam Islam merupakan ibadat yang dituntut dan tinggi nilainya. Ibnu ‘Abd al-Bar telah meriwayatkan daripada Abu Dzarrin al-Ghiffari r.a. bahawa Rasulullah SAW bersabda; “Bahawa anda keluar di waktu pagi untuk mempelajari satu bab daripada ilmu adalah lebih baik daripada anda solat seratus rakaat”.
Kita mesti menetapkan agenda harian yang tetap, dengan memperuntukkan masa tertentu yang mencukupi untuk menuntut ilmu serta membaca kitab-kitab ilmiyah. Di dalam Islam, agama itu sendiri adalah ilmu dan ilmu adalah agama. Agama adalah ilmu kerana ia berdiri di atas asas pemikiran, penyelidikan, menolak taklid buta dan bersandar kepada pembuktian yang meyaqinkan, bukan kepada sangkaan dan mengikuti hawa nafsu.
Begitu juga ilmu dalam Islam, ianya adalah agama, kerana menuntutnya adalah diwajibkan ke atas setiap muslim dan muslimah sama ada sebagai fardu’ain atau fardu kifayah, dan bergiat dalam bidang ilmu yang bermanfaat, sama ada manfaat duniawi atau ukhrawi, dianggap sebagai ibadat dan jihad di jalan Allah.
Adapun zikir, maka ia merupakan amalan yang berterusan kerana, selain ia merupakan amalan tersendiri, ia juga boleh masuk ke dalam atau ke celah-celah amalan-amalan lain dan boleh mengisi setiap masa yang terluang dari sejak kita bangun dari tidur sehinggalah kita naik semula ke katil untuk tidur.
Perbekalan Rabbani Dalam Perjalanan: Taqwa, Muhsabah Diri dan Taubat.
Di dalam perjalanan yang panjang merentasi kehidupan di alam dunia, mencari keredhaan Allah SWT, supaya dapat memasuki alam barzakh dan alam akhirat dengan selamat, Rabbani berhajat kepada perbekalan, dan tidak ada perbekalan yang lebih baik daripada ketaqwaan. Allah SWT telah berfirman di dalam surah Al-Baqarah:197:
“Dan hendaklah kamu membawa bekal dengan cukupnya, sesungguhnya sebaik-baik bekal itu ialah taqwa (ketaqwaan); dan bertaqwalah kepadaku wahai orang-orang yang berakal”.
Di dalam bab ini, saya ingin membicarakan tentang perbekalan yang mesti ada pada setiap rabbani dalam perjalanannya menuju Allah al-Rabb al-Jalil, sebagaimana yang diperintah oleh Allah SWT, iaitu taqwa atau ketaqwaan dan yang merupakan cawangan daripadanya, iaitu muhasabah diri dan taubat.
wallahua’lam.
27 July 2011
Kelebihan Puasa Dari Sudut Sains
Puasa memiliki banyak hikmah dan manfaat untuk tubuh, ketenangan jiwa, dan kecantikan. Semasa berpuasa, organ-organ tubuh dapat beristirehat dan sel dalam tubuh boleh berkumpul untuk bertahan. Puasa juga boleh mengeluarkan kotoran, toksin/racun dari dalam tubuh, meremajakan sel-sel tubuh dan menggantikan sel-sel tubuh yang sudah rosak dengan yang baru serta untuk memperbaiki fungsi hormon, menjadikan kulit sihat dan meningkatkan daya tahan tubuh kerana manusia mempunyai kemampuan terapi secara semulajadi.
Puasa dapat membuat kulit menjadi segar, sihat, lembut, dan berseri. Kerana setiap saat tubuh mengalami metabolisme tenaga, iaitu peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi menjadi tenaga potensi dalam tubuh. Sisanya akan disimpan di dalam tubuh, sel ginjal, sel kulit dan kelopak mata serta dalam bentuk lemak dan glikogen.
Beberapa cendekiawan telah melakukan beberapa ujian tentang puasa diantaranya secara ringkas dibawah ini:
1. Allan Cott, M.D.,
Seorang pakar dari Amerika Syarikat, telah menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan berbagai negara, lalu menghimpunnya dalam sebuah buku Why Fast iaitu berbagai hikmah puasa, antara lain:
a. To feel better physically and mentally (merasa lebih baik secara fizikal dan mental).
b. To look and feel younger (merasa lebih muda).
c. To clean out the body (membersihkan badan)
d. To lower blood pressure and cholesterol levels (menurunkan tekanan darah dan kadar lemak.
e. To get more out of sex (lebih mampu mengendalikan seks).
f. To let the body health itself (membuat badan sihat dengan sendirinya).
g. To relieve tension (mengendurkan ketegangan jiwa).
h. To sharp the senses (menajamkan fungsi sense).
i. To gain control of oneself (memperolehi kemampuan mengendalikan diri sendiri).
j. To slow the aging process (memperlambat proses penuaan).
2. Dr. Yuri Nikolayev
Pengarah bahagian diet di Moscow menilai kemampuan untuk berpuasa yang mengakibatkan orang yang menjalaninya boleh menjadi awet muda, sebagai suatu penemuan (ilmu) terbesar abad ini. Beliau mengatakan: what do you think is the most important discovery in our time? The radioactive watches? Exocet bombs? In my opinion the bigest discovery of our time is the ability to make onself younger phisically, mentally and spiritually through rational fasting. (Menurut pendapat anda, apakah penemuan terpenting pada abad ini? Jam radioaktif? Bom exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fizikal, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional).
3. Alvenia M. Fulton
Direktor Lembaga Makanan Sihat “Fultonia” di Amerika Syarikat menyatakan bahawa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik wanita secara semulajadi. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat. Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan tubuh (fasting is the ladies best beautifier, it brings grace charm and poice, it normalizes female functions and reshapes the body contour).
4. Muzam MG, Ali M.N dan Husain
Berpendapat bahawa puasa juga selamat untuk pesakit yang mempunyai gangguan ulser. Penelitian dilakukan oleh Muzam MG, Ali M.N dan Husain dalam tindakan terhadap kesan puasa ramadhan terhadap sakit perut.
5. Elson M. Haas M.D.
Direktor Medical Centre of Marin (sejak 1984) mengatakan dalam puasa merupakan bahagian dari trilogy nutrision, balancing, building( toning). Elson percaya bahwa puasa adalah bahagian yang hilang “missing link” dalam diet di dunia barat. Kebanyakan orang di barat over eating atau terlalu banyak makan, makan dengan protein yang berlebihan dan lemak yang berlebihan. Sehingga ia menyarankan agar orang lain mulai mengatur makanannya agar lebih seimbang dan mulai berpuasa, kerana puasa bermanfaat sebagai: purifikasi, peremajaan, istirahat pada organ pencernaan, anti aging, mengurangi alergi, mengurangi berat badan, mengawal mental dan emosi, perubahan kebiasaan dari kebiasaan makan yang buruk menjadi lebih seimbang dan lebih terkawall, meningkatkan daya tahan tubuh.
Puasa dapat mengubati penyakit seperti Influeza, bronkitis, diare, konstipasi, alergi makanan, asma, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, obesitas, kanker, epilepsi, sakit pada punggung, sakit mental, angina pectoris (sakit dada kerana jantung), panas dan insomnia.
6. Dr Sabah al-Baqir dan kawan-kawan
Mengatakan bahawa puasa dapat mengurangi jumlah hormon melawan stress. Dia bersama kumpulan dari Falkuti kedoktoran Universiti King Saud yang melakukan studi terhadap hormon prolaktin, insulin dan kortisol, pada tujuh orang laki-laki yang berpuasa sebagai sampel. Hasilnya bahawa tidak ada perubahan signifikan pada level kortisol. Prolaktin, dan insulin. Ini menunjukkan bahawa puasa bulan ramadhan bukanlah pekerjaan yang memberatkan, dan tidak mengakibatkan tekanan mental maupun saraf.
7. Dr Riyadh Sulaiman dan kawan-kawan
Tahun 1990 dari RS Universiti King Khalid, Riyadh Saudi melakukan penelitian terhadap pengaruh puasa Ramadhan terhadap 47 penderita diabetes tahap kedua (pesakit yang tidak tergantung insulin). Dan sejumlah orang sihat. Hasil penelitian menunjukkan bahawa puasa bulan ramadhan tidak menimbulkan penurunan berat badan yang signifikan. Tidak ada pengaruh apapun yang bererti pada kawalan penyakit diabetes diabetes dikalangan penderita ini. Sejauh ini puasa Ramadhan selamat sahaja bagi penderita diabetes sejauh dilakukan dengan kesedaran dan kawalan makanan serta ubat-ubatan.
8. Dr. Muhammad Munib
Dan kawan-kawan dari Turki juga melakukan sebuah kajiselidik terhadap seratus responden muslim, Sampel darah mereka diambil sebelum dan diakhir bulan ramadhan, untuk dilakukan analisis dan pengukuran terhadap kandungan protein, total lemak (total lipid), lemak fosfat, asam lemak bebas, kolesterol, albumin, globulin, gula darah, tryglycerol, dan unsur-unsur pembentuk darah lainnya, dan didapat, antara lain bahwa terjadi penurunan umum pada kadar gula (glukosa) dan tryacyglicerol orang yang berpuasa, terjadinya penurunan parsial dan ringan pada berat badan, tidak terlihat adanya aseton dalam urin, baik dalam awal maupun akhir puasa, sebab sebelum puasa ramadhan, kenyataan ini menegaskan tidak adanya pembentukan zat-zat keton yang berbahaya bagi tubuh selama bulan puasa islam, Dengan keutamaan puasa, glikogen dalam tubuh mengalami peremajaan, memompa gerakan lemak yang tersimpan, sehingga menghasilkan energi yang lebih meningkat.
Sejak zaman dulu puasa dipakai sebagai pengubatan yang terbaik seperti kata Plato bahwa puasa adalah untuk mengubati sakit fizikal dan mental. Philippus Paracelsus mengatakan bahwa “Fasting is the greatest remedy the physician within!”
Puasa sudah diakui menjadi penyembuh terhebat dalam menangani penyakit, bahkan di Amerika ada pusat puasa yang diberi nama “Fasting Center International, Inc”, Director Dennis Paulson yang berdiri sudah sejak 35 tahun yang lalu, dengan pesakit dari 220 negara. Yang mencadangkan Puasa dalam:
(1) program penurunan berat badan,
(2) mengeluarkan toxin tubuh,
(3) puasa dapat memperbaiki energy, kesehatan mental, kesehatan fisik dan yang paling terpenting meningkatkan kualiti hidup.
Posted @ www.isuhangat.net . Wallahualam.
26 July 2011
About Roses
The rose in red color has the intense meaning as compared to any other rose color. It has been accepted as the universal symbol about affection and love. The red color rose has a long and exciting past which has become significant. You will find the red rose to be integrated with fine arts or poetry or paintings.
The red rose always inspires artists and people in love among all cultures. It’s so common that even a child of six years will tell you that the symbol of love is the fresh red rose. In the ancient times and in their cultures the red rose was considered to be the wedding attire and was used for all the decorating in the wedding ceremony.
Consequently the beautiful red rose has got its symbol from these traditions that soon became popularly known for fidelity and love. Later on the practice of exchange of flowers began and so did the message of love was linked to the red rose, as it conveys the strongest message. And as is apparent, it still continues to live the tradition.
The message ‘I love you’ is aptly conveyed with the bouquet of red color roses. The rich traditional way of red rose has concluded in the present day with the lover’s rose tag, it gives a classic sign of romantic emotions and symbolizes true love that are more intense than thorns.
Even during anniversaries or during valentine day, the red roses help one to express his feelings for no perceptible reason indeed. For the ones who are in a fresh romance and budding love, a gift of fresh red roses will definitely begin the new feelings of romantic relations with a desire to commit and to carry forward the relation to a stronger relationship. This characteristic can only be seen in red roses.
In these modern times a pink rose is considered as the sign of gratitude and love. They suggest grace, elegance, charm and sensitive feelings as they had become more established than the other roses.
It sends many positive vibes too. The variety of shades that the pink color has, has also contributed too many other meanings. For example, light pink is a sign of admiration, and conveys the message of compassion.
The Fuchsia –shaded roses gives the meaning of respect and awe and the tradition application is that of thanks. If kept in an arrangement as a decorative item in the room, the rose can make all other things look diminutive and less appealing with its color, aroma and shape.
As the pink rose is used in more than one ways to express an array of emotions, it has got the second position right next to the red rose. The sweet fragrance, the symbolic importance and the beauty has mesmerized many since the ancient times.
Though you may find many changes in the pink rose, it has still retained the place of prominence and consistence in the flower world. In today’s world the pink rose has held an exclusive place that symbolizes sophistication and elegance. So stay assured the recipient of pink rose bouquet will be enthralled and feel loved and special.
White means clean and pure. Angels are always shown in white which is the sign of purity. It is believed that after death one goes to the white bright light. It’s an age old belief to signify white as pure and the same holds for white roses.
The various colors that are found in roses signify some of the other meaning. Similarly the white rose too has something to convey. Apparently white being pure is a sign of pristine and has been considered to represent innocence and purity.
The bridal rose is the other name for this flower; it is also used in traditional weddings. The message it carries is that of unity and is conducive for marriages among the young lovers. The wedding bouquets are mostly prepared with white roses surrounded by different color roses.
The white rose buds also signify girlhood and conveys the primary message of the young love. A gift of white rose bouquet is very beautiful. A look at these bunches of white roses will trigger the pure, clean expression and stimulate friendship and love, respect and admiration. Therefore a gift of white roses can symbolize a fresh start.
They are held in high esteem and related with respect and honor, and this is the reason why they are right for memorial of the one that is departed and was loved. Sympathy arrangement and funerals are all done with white roses because the message conveyed is respect and honor. It also is a sign of tribute, the white rose stands for heavenly abode and so white rose symbolizes spiritual love and respect.
A rose has played an important role in expressing our feelings. Particularly, yellow roses with their bright and vibrant color attract everyone, and convey the message of happiness, love and freedom. The message they convey, their fragrance, their magnificance has always made a special place in the hearts of people. People prefer roses as compared to all the other flowers.
It also says that the special sender is contended with the overall happenings in the relationship. Yellow roses does not stress on the passion and zeal, it is far away from all the attachments and gives away only sincerity and warmth. So, the underline statement evoked by a yellow rose is that of genuine and pure feelings.
A congratulatory message is often expressed with yellow roses too. When there is a need to put across a gesture of fulfillment or achievement. But in the Victorian era, people considered yellow to be sign of negative powers like that of jealousy. It was believed to emit rebellion and hate.
But today it is a good sign and is considered to be warm and affectionate. Yellow roses are the messengers that convey the message of determination and real inspiration to begin something new.
People also rely on the yellow roses to clear the misinterpretation between two people, as this gives the right feelings of genuine warmth. When someone is in the phase of depression, the yellow roses are just the appropriate gift to pacify and comfort at the time of need.
Orange ooze loads of energy that is why the orange roses has a special place amid the favorite flower species of today. Even the color orange has many shades right form light coral shade to a peach and bright sunset shade, which triggers the romantic and passionate thoughts or the sweetness of the citrus fruit or warmth of the rising sun.
It has become a favorite with the rose enthusiast because of the vibrant color of the orange rose right from the time it was introduced in the marketplace.
Orange roses are not for the wild growth; instead they came into existence at the beginning of 20th century, because of the increasing and advanced techniques in hybridization it is possible for the flower cultivators to research on improvising the fragrance and the beauty of the wild yellow roses. Trial carried out by cross-breeding for many years paid off the cultivators when they produced a bright orange rose from the yellow rose.
Purple is an exceptional color for the rose and the meaning too are unique as compared to the other meanings. The color purple’s importance and sign is to be known before you send them to the ones concerned or even for use in weddings.
People believe that the meaning of the color purple is enchantment. This is the reason why young lovers, who fall in love at the first sight, send purple roses which is very perfect. Even during the Victorian period people used to be fascinated with the meaning of colors of roses.
The purple color sign lacks permanence, and can send the message of fleeting emotions. The Royal families used purple color as they stand for opulence, majesty and grandeur.
However, the right meaning is that of instant attraction and passion. Now you know when and why to send a bunch of purple roses.
The orange color is a mix of yellow and red color; it is viewed as the connection of platonic love and friendship conveyed by the yellow roses and the romantic and intense love linked to red roses.
Giving a bouquet of vibrant orange blooming roses symbolizes budding love and the wish to convert the friendship beyond just friendship into something more concrete. As there is an apparent link between the rose colors of intense and passionate emotions and fire, the orange rose bouquet make an apt gift for your love.
Gifting orange roses are the exclusive option to the usual conventional red roses that is if you wish to express your feelings of passion or your fire of love or the fiery desire. On the other hand they work well if you want to evoke positive feelings and true friendship and consideration. It shows the compassion you have for the person or how you wish the best to her by giving her the orange roses.
08 July 2011
Memutuskan Hubungan Dengan Saudara Muslim Lebih Dari Tiga Hari
Assalamualaikum wrahmatullahi wabarakaatuh.
Abu Hurairah r.a berkata,Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak halal seorang Muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya(sesama Muslim) lebih dari tiga hari,sesiapa memutuskan lebih dari tiga hari dan meninggal dunia,maka ia masuk neraka.”
Hadith riwayat Abu Daud:5/215.Lihat Sahih al-Jami’:7635
Abu Khirasy al-Aslami r.a berkata,Rasulullah SAW bersabda:
“Sesiapa memutuskan hubungan dengan saudaranya selama setahun maka ia seperti mengalirkan darahnya(membunuhnya).”
Hadith riwayat al-Bukhari dalam Adbul Mufrad no:406,dalam Sahihul Jami’:6557.
Untuk membuktikan betapa buruknya memutuskan hubungan antara sesame Muslim,cukuplah mengetahui bahawa Allah menolak memberikan keampunan kepada mereka.Dalam hadith riwayat Abu Hurairah r.a,Rasulullah SAW bersabda:
“Semua amal manusia diperlihatkan(kepada Allah) dua kali dalam seminggu;hari Isnin dan hari Khamis.Maka setiap hamba yang beriman diampuni (dosanya) kecuali hamba yang di antara dirinya dengan saudaranya ada permusuhan.Difirmankan kepada malaikat:”Tinggalkanlah atau tangguhkanlah(pengampunan untuk) dua orang ini sehingga keduanya kembali berdamai.”
Hadith Muslim:4/1988
Jika salah seorang dari keduanya bertaubat kepada Allah,ia wajib bersilaturrahim kepada kawannya dan memberinya salam.Jika ia telah melakukannya,tetapi si kawan menolak,maka ia telah terlepas dari tanggungan dosa,adapun kawannya yang menolak damai,maka dosa tetap ada padanya.
Abu Ayyub r.a meriwayatkan,Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak halal bagi seorang lelaki memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga malam.Saling bertembung tapi yang ini memalingkan muka dan yang itu (juga) memaling muka.Yang terbaik di antara keduanya iaitu yang memulakan memberi salam.”
Hadith Muslim:4/1988.
Tetapi jika ada alas an yang dibenarkan,seperti kerana ia meninggalkan solat,atau terus menerus melakukan maksiat sedang pemutusan hubungan itu berguna bagi yang bersangkutan misalnya membuatnya kembali kepada kebenaran atau membuatnya merasa bersalah,maka memutuskan hubungan itu hukumnya menjadi wajib.Tetapi jika tidak mengubah keadaan dan ia malah berpaling,membangkang,menjauh,melawan,dan manambah dosa,maka ia tidak boleh memutuskan hubungan dengannya.Sebab perbuatan itu tidak membuahkan maslahat tetapi malah mendatangkan mudharat.Dalam keadaan seperti ini,sikap yang benar adalah terus-menerus berbuat baik dengannya,menasihati dan mengingatkannya.
Seperti hajr (memutuskan hubungan) yang dilakukan Nabi SAW kepada Ka’ab bin Malik dan dua orang kawannya,kerana baginda melihat dalam hajr tersebut terdapat maslahat.Sebaliknya bila menghentikan hajr kepada Abdullah bin Ubay bin Salul dan orang-orang munafik lainnya kerana hajr kepada mereka tidak membawa faedah.Bin Baz.
Dipetik dari buku Dosa-dosa Yang Dipandang Ringan oleh Manusia-Muhammad Soleh Al-Munajjid,Pustaka Azhar.
Abu Hurairah r.a berkata,Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak halal seorang Muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya(sesama Muslim) lebih dari tiga hari,sesiapa memutuskan lebih dari tiga hari dan meninggal dunia,maka ia masuk neraka.”
Hadith riwayat Abu Daud:5/215.Lihat Sahih al-Jami’:7635
Abu Khirasy al-Aslami r.a berkata,Rasulullah SAW bersabda:
“Sesiapa memutuskan hubungan dengan saudaranya selama setahun maka ia seperti mengalirkan darahnya(membunuhnya).”
Hadith riwayat al-Bukhari dalam Adbul Mufrad no:406,dalam Sahihul Jami’:6557.
Untuk membuktikan betapa buruknya memutuskan hubungan antara sesame Muslim,cukuplah mengetahui bahawa Allah menolak memberikan keampunan kepada mereka.Dalam hadith riwayat Abu Hurairah r.a,Rasulullah SAW bersabda:
“Semua amal manusia diperlihatkan(kepada Allah) dua kali dalam seminggu;hari Isnin dan hari Khamis.Maka setiap hamba yang beriman diampuni (dosanya) kecuali hamba yang di antara dirinya dengan saudaranya ada permusuhan.Difirmankan kepada malaikat:”Tinggalkanlah atau tangguhkanlah(pengampunan untuk) dua orang ini sehingga keduanya kembali berdamai.”
Hadith Muslim:4/1988
Jika salah seorang dari keduanya bertaubat kepada Allah,ia wajib bersilaturrahim kepada kawannya dan memberinya salam.Jika ia telah melakukannya,tetapi si kawan menolak,maka ia telah terlepas dari tanggungan dosa,adapun kawannya yang menolak damai,maka dosa tetap ada padanya.
Abu Ayyub r.a meriwayatkan,Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak halal bagi seorang lelaki memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga malam.Saling bertembung tapi yang ini memalingkan muka dan yang itu (juga) memaling muka.Yang terbaik di antara keduanya iaitu yang memulakan memberi salam.”
Hadith Muslim:4/1988.
Tetapi jika ada alas an yang dibenarkan,seperti kerana ia meninggalkan solat,atau terus menerus melakukan maksiat sedang pemutusan hubungan itu berguna bagi yang bersangkutan misalnya membuatnya kembali kepada kebenaran atau membuatnya merasa bersalah,maka memutuskan hubungan itu hukumnya menjadi wajib.Tetapi jika tidak mengubah keadaan dan ia malah berpaling,membangkang,menjauh,melawan,dan manambah dosa,maka ia tidak boleh memutuskan hubungan dengannya.Sebab perbuatan itu tidak membuahkan maslahat tetapi malah mendatangkan mudharat.Dalam keadaan seperti ini,sikap yang benar adalah terus-menerus berbuat baik dengannya,menasihati dan mengingatkannya.
Seperti hajr (memutuskan hubungan) yang dilakukan Nabi SAW kepada Ka’ab bin Malik dan dua orang kawannya,kerana baginda melihat dalam hajr tersebut terdapat maslahat.Sebaliknya bila menghentikan hajr kepada Abdullah bin Ubay bin Salul dan orang-orang munafik lainnya kerana hajr kepada mereka tidak membawa faedah.Bin Baz.
Dipetik dari buku Dosa-dosa Yang Dipandang Ringan oleh Manusia-Muhammad Soleh Al-Munajjid,Pustaka Azhar.
27 June 2011
Warak
Berkata Ahmad bin Abi al-Huwara rahimahullahu taala:
"Aku bercita-cita mahu melihat Imam Abu Sulaiman ad-Darani di dalam mimpiku,lalu aku dapat melihat beliau dalam mimpiku setelah cukup satu tahun daripada tarikh beliau wafat.Aku berkata kepada beliau:
"Wahai guru yang banyak mengajar,apakah yang dibalas oleh Allah taala daripada segala amalan engkau?"
Lalu beliau menjawab:
"Wahai Ahmad!Sebenarnya pada suatu hari aku datang daripada Bab as-Shaghir,lalu aku menemui raga seorang tua yang ada di situ dan kuambil sebatang kayu daripadanya.Aku pun sudah lupa apakah kayu yang aku ambil itu kubuat pencungkil gigi atau kulemparkan begitu sahaja.Maka sekarang ini saya sedang berhadapan dengan hisab kesalahanku itu sejak daripada satu tahun yang sedang berlalu sampai ke malam ini."
Maka alangkah hebatnya kisah ini.Ia mengingatkan supaya kita sentiasa berlaku warak dan ia juga memberi amaran supaya kita berhati-hati daripada dosa yang kecil-kecil atau sebarang kezaliman terhadap harta orang lain.
Wallahu'alam.
"Aku bercita-cita mahu melihat Imam Abu Sulaiman ad-Darani di dalam mimpiku,lalu aku dapat melihat beliau dalam mimpiku setelah cukup satu tahun daripada tarikh beliau wafat.Aku berkata kepada beliau:
"Wahai guru yang banyak mengajar,apakah yang dibalas oleh Allah taala daripada segala amalan engkau?"
Lalu beliau menjawab:
"Wahai Ahmad!Sebenarnya pada suatu hari aku datang daripada Bab as-Shaghir,lalu aku menemui raga seorang tua yang ada di situ dan kuambil sebatang kayu daripadanya.Aku pun sudah lupa apakah kayu yang aku ambil itu kubuat pencungkil gigi atau kulemparkan begitu sahaja.Maka sekarang ini saya sedang berhadapan dengan hisab kesalahanku itu sejak daripada satu tahun yang sedang berlalu sampai ke malam ini."
Maka alangkah hebatnya kisah ini.Ia mengingatkan supaya kita sentiasa berlaku warak dan ia juga memberi amaran supaya kita berhati-hati daripada dosa yang kecil-kecil atau sebarang kezaliman terhadap harta orang lain.
Wallahu'alam.
26 June 2011
BERSIH 2.0(9 JULAI 2011)
Assalamualaikum warahmatullah buat pembaca blog saya sekalian.
Sudah beberapa bulan meninggalakan blog,harini terpanggil untuk berkongsi sedikit mengenai isu mahasiswa dan BERSIH 2.0.
Saya ingin berkongsi disini,pada suatu waktu tu,saya membuka event di facebook saya,terteguk air liur membaca komen-komen pemuda-pemudi yang menentang BERSIH 2.0 ini.
Namun,saya tidak gentar dengan mereka yang berkata mengikut hawa nafsu,kerana setakat mana sangatlah mereka nak berhujah,melainkan semuanya sesi carut-mencarut belaka,nauzubillah.
Hari seterusnya,saya terpanggil untuk membuka ruang pandangan di wall facebook saya yang meletakkan status bunyinya begini"[BERSIH-9JULAI 2011]Apa pandangan anda sebagai mahasiswa atau mahasiswi?"
Beberapa nama saya "tag" untuk melihat pemikiran mereka tentang isu ini,alhamdulillah,isu ini didebatkan di wall saya dengan selamat tanpa pergaduhan,nauzubillah,memang itu yang saya harapkan dari awal ia di"post"kan.
Namun,disini bukanlah saya mahu membincangkan apa itu BERSIH 2.0,cuma di sini,saya nak berkongsi sedikit pandangan saya sebagai khalifah Allah SWT:
Disini saya ingin mengingatkan diri sendiri dan sahabat2,sebagai mahasisawa atau mahasisiwi,
1-kita perlu mengkaji setiap isu dengan betul dan adil,keluarkan pandangan berdasarkan fakta yang boleh membidas dengan tepat,bukan bidas tanpa fakta.Islam itu agama "haq" bukan agama yang batil.
2-walaupun kita menyokong jemaah kita sendiri,kita perlu juga menghormati ijtihad jemaah lain dalam gerakan Islam.Jangan kita mengeluarkan hujah yang menggunakan perkataan"mungkin" kalau kita sendiri tidak pasti dengan hujah kita sendiri,mahasiswa perlu matang mengeluarkan hujah,bukan mendepani hujah dengan semangat tanpa ilmu.
3-bagi pimpinan mahasiswa yang berkenaan,saya cadangkan,kita perlu fokus untuk mendepani isu-isu mahasiswa di parlimen,cari "awla"(keutamaan)kerana isu BERSIH ini bukan isu mahasiswa sebenarnya,tapi isu rakyat Malaysia keseluruhan,bagi saya xperlu mahasiswa melebihkan isu ini,lagipun bidang kuasa kita setakat mana sangat nak dibandingkan pihak berwajib dan lebih berkuasa yang dah buat macam-macam cara sebelum ni pun kerajaan tak ambik kisah.Nak cuba boleh,buatlah memorandum bawa ke istana,rasa tak da masalah,cuma takkan dilayan sebab ini tuntutan rakyat yang terdiri dari pelbagai latar belakang,bukan mahasiswa semata-mata.Sekalipun mahasiswa ke depan,mereka tetap dengan sikap kuku besi juga.So,buang masa anda sahaja.
4-bagi yang tak jelas isu BERSIH ni,rajin-rajinlah membuka website yang sahih untuk mengkaji,jangan terlalu mengasingkan diri dari “alert”dengan isu-isu semasa,nanti Negara berperang,kita masih lagi dengan buku-buku pelajaran sahaja,belajarlah untuk matang kerana kita sudah dewasa.
Sekian,"entry"ringkas dari saya,semoga Allah menunjuki hati saya dan orang-orang yang membaca tulisan ini.
Wallahu'alam.
24 April 2011
al-Bai'i bi Thaman 'Ajil
Definasi: ialah jualan dengan harga tangguh atau jualan dengan bayaran ansuran.
Ianya berlaku dengan cara menjual sesuatu dengan di segerakan penyerahan barang yang di jual kepada pembeli dan di tangguhkan bayaran harganya sehingga ke satu masa yang ditetapkan atau dengan bayaran beransur-ansur dalm tempoh yang ditetapkan.
Hukum Bai’i bi thaman Ajil
Jualan dengan harga tangguh adalah halal si sisi syarak pada barang yang bukan bahan ribawi seperti emas, perak mata wang dan bahan makanan dalam pertukaran sesama jenis yang disyaratkan serah menyerah di satu majlis aqad yang sama.
Rukun Bai’i bi thaman Ajil ini sama dengan rukun dan syarat jual beli.
Para ulamak mempunyai dua berpendapat mengenai harga barang yang diual dengan tunai dengan jualan harga tangguh, umpamanya jika tunai Rm 2000 dan jika tangguh Rm 2200.
Jumhur fuqaha termasuk shafii, berpendapat bahawa harga seperti itu adalah halal.
Segolongan ulamak yang lain pula berpendapat bahawa ianya haram.
Mengikut panadangan Dr. Al-Siddiq al-Dharir, pengerusi Lembaga Pengawas Syariah Faisal Islamic Bank of Sudan, sewajarnya bank-bank islam mengikut dua kaedah dalam bidang jualan dengan harga tangguh.
-menjual barang kepada orang yang memerlukannya untuk kegunaan sendiri dan bukan untuk berniaga, jualan dengan harga tangguh atau bayaran ansuran mengikut harga jualan tunai sekiranya jumlah bayaran ansuran sedikit dan masa tangguhan tidak panjang.
-Cara kedua ialah menjual dengan harga tangguh dengan harga yang lebih daripada harga tunai dalam dua keadaan iaitu;
1)di jalankan secara musharakah dalam pernigaan dengan peniaga-peniaga yang mahu menjalankan al-musharakah dengan Bank Islam.
2)Dalam keadaan di mana tempoh penangguhannya lama dan jumlah bayaran pun besar seperti yang berlaku dalam pembelian rumah, maka bank boleh menyediakan rumah dengan apa cara jua lalu menjualkannya kepada pelanggan dengan harga tangguh atau ansuran bulanan.
Walau bagaimanapun lebihnya harga tangguh daripada harga tunai hendaklah berpatutan.
Applikasi semasa
Dalam operasi perbankan Islam, pembiayaan kepada pelaggan bank memakai konsep Bai’i bi thaman Ajil untuk pembiayaan pelajaran, pembelian saham, rumah, tanah, kenderaan, alat jentera dan sebagainya.
Bank Islam memberi kemudahan overdraft naqad di bawah kaedah ini. Operasi overdraft naqad mengandungi dua aqad.
Aqad yang pertama ialah aqad bank membeli dan pelanggan menjual assetnya secara tunai. Bank memasukkan hasil jualan pelaggan itu ke dalam akaun semasa (Designated) pelanggan (ASM/D).
Bank mengawal penggunaan wang baki dalam ASM/D itu dengan persetujuan pelanggan.
Oleh yang demikian wang yang pelanggan gunakan dalam kemudahan overdraft Naqad itu sebenarnya adalah wang sendiri dan bukan wang yang dipinjamkan kepadanya oleh bank.
Aqad yang kedua ialah aqad bank menjual balik aset yang di beli daripada pelanggan tadi secara Bai’i bi thaman Ajil.
Ianya berlaku dengan cara menjual sesuatu dengan di segerakan penyerahan barang yang di jual kepada pembeli dan di tangguhkan bayaran harganya sehingga ke satu masa yang ditetapkan atau dengan bayaran beransur-ansur dalm tempoh yang ditetapkan.
Hukum Bai’i bi thaman Ajil
Jualan dengan harga tangguh adalah halal si sisi syarak pada barang yang bukan bahan ribawi seperti emas, perak mata wang dan bahan makanan dalam pertukaran sesama jenis yang disyaratkan serah menyerah di satu majlis aqad yang sama.
Rukun Bai’i bi thaman Ajil ini sama dengan rukun dan syarat jual beli.
Para ulamak mempunyai dua berpendapat mengenai harga barang yang diual dengan tunai dengan jualan harga tangguh, umpamanya jika tunai Rm 2000 dan jika tangguh Rm 2200.
Jumhur fuqaha termasuk shafii, berpendapat bahawa harga seperti itu adalah halal.
Segolongan ulamak yang lain pula berpendapat bahawa ianya haram.
Mengikut panadangan Dr. Al-Siddiq al-Dharir, pengerusi Lembaga Pengawas Syariah Faisal Islamic Bank of Sudan, sewajarnya bank-bank islam mengikut dua kaedah dalam bidang jualan dengan harga tangguh.
-menjual barang kepada orang yang memerlukannya untuk kegunaan sendiri dan bukan untuk berniaga, jualan dengan harga tangguh atau bayaran ansuran mengikut harga jualan tunai sekiranya jumlah bayaran ansuran sedikit dan masa tangguhan tidak panjang.
-Cara kedua ialah menjual dengan harga tangguh dengan harga yang lebih daripada harga tunai dalam dua keadaan iaitu;
1)di jalankan secara musharakah dalam pernigaan dengan peniaga-peniaga yang mahu menjalankan al-musharakah dengan Bank Islam.
2)Dalam keadaan di mana tempoh penangguhannya lama dan jumlah bayaran pun besar seperti yang berlaku dalam pembelian rumah, maka bank boleh menyediakan rumah dengan apa cara jua lalu menjualkannya kepada pelanggan dengan harga tangguh atau ansuran bulanan.
Walau bagaimanapun lebihnya harga tangguh daripada harga tunai hendaklah berpatutan.
Applikasi semasa
Dalam operasi perbankan Islam, pembiayaan kepada pelaggan bank memakai konsep Bai’i bi thaman Ajil untuk pembiayaan pelajaran, pembelian saham, rumah, tanah, kenderaan, alat jentera dan sebagainya.
Bank Islam memberi kemudahan overdraft naqad di bawah kaedah ini. Operasi overdraft naqad mengandungi dua aqad.
Aqad yang pertama ialah aqad bank membeli dan pelanggan menjual assetnya secara tunai. Bank memasukkan hasil jualan pelaggan itu ke dalam akaun semasa (Designated) pelanggan (ASM/D).
Bank mengawal penggunaan wang baki dalam ASM/D itu dengan persetujuan pelanggan.
Oleh yang demikian wang yang pelanggan gunakan dalam kemudahan overdraft Naqad itu sebenarnya adalah wang sendiri dan bukan wang yang dipinjamkan kepadanya oleh bank.
Aqad yang kedua ialah aqad bank menjual balik aset yang di beli daripada pelanggan tadi secara Bai’i bi thaman Ajil.
Aqad al-Muawadhah atau Pertukaran
Bai’ al-Murabahah
Definasi: ialah menjual sesuatu dengan harga modal dengan tambahan untung sejumlah yang dipersetujui.
Contohnya si penjual menyatakan kepada si pembeli bahawa kos bagi membeli yang ingin dijualnya ialah RM15,000.00 dan ia menjual motokar tersebut dengan dengan kos tersebut beserta untung sebanyak RM 2,000.00.
Dengan jual al-murabahah seperti ini si pembeli dapat mengetahui kos sebenar barang yang di beli itu. Mungkin ini berfaedah kepadanya untuk menilai barang yang di beli itu dan jumlah keuntungan yang di perolehi oleh si penjual.
Rukun: sama dengan rukun jual beli
Hukum: ianya adalah salah satu bentuk jual beli yang di halalkan oleh syarak. Dengan itu ianya tertakluk kepada rukun dan syarat jual beli.
Walaubagaimanapun terdapat beberapa syarat khusus dalam kes bai’i al-murabahah ini iaitu:
1)Penjual hendaklah menyatakan kepada pembeli kos atau modal yang sebenar bagi barang yang hendak di jual.
2)Kedua belah pihak daripada penjual dan pembeli bersetuju di atas jumlah untung yang ditetapkan sebagai tambahan kepada kos atau modal, yang mana kedua-duanya iaitu modal campur untung adalah merupakan harga barang yang di jual dalam bai’i al-murabahah.
3)Sekiranya ada berlaku penipuan terhadap kos atau modal, maka pemebli boleh memfasakhkan aqad jual beli tersebut.(Ibn Rushd, Bidayah al-mujtahid, vol. 2, hlm 213)
4)Barang yang di jual secara muarabahah dan harga barang itu bukan daripada jenis yang sama daripada bahan ribawi yang ditegah menjual belinya kecuali dengan timbangan, sukatan dan bilangan unit yang sama. Oleh yang demikian tidak sah jual beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, beras dengan beras dan bahan makanan yang lain yang sejenis secara al-murabahah.
Peranan Perbankan Islam
Perniagaan perbankan Islam di Malaysia di jalankan oleh bank Islam Malaysia Berhad dan bank-bank konvensional yang mengambil bahagian dalam Skim Perbankan Islam masing-masing.
Bai’i al-murabahah adalah satu alternatif kepada amalan riba masa kini.
Contohnya : seseorang yang hendak membeli rumah berharga RM 40 ribu terpakasa meminjam wang daripada mana-mana bank dengan dikenakan bayaran lebih sebanyak antara 4% hingga 12 %. Maka jumlah bunga adalah hampir dua kali ganda daripada jumlah hutang atau pokok dan bunga tersebut adalah riba.
Akan tetapi melalui amalan al-murabahah, bank akan membeli rumah tersebut terlebih dahulu (rm 40 ribu) dan di jual kemudiannya kepada pembeli dengan jumlah keuntungan yang dinyatakan (rm 30 ribu). Dengan itu pembeli membayar kepada bank secara al-taqsit atau ansuran selama yang ditetapkan.
Dalam sistem perbankan Islam kaedah al-murabahah ini ianya di guna pakai dalam urusan import melalui surat kredit dan juga pembiyaan modal pusingan bagi membeli stok dan inventori, alat ganti, bahan-bahan mentah serta barang-barang separuh siap.
Definasi: ialah menjual sesuatu dengan harga modal dengan tambahan untung sejumlah yang dipersetujui.
Contohnya si penjual menyatakan kepada si pembeli bahawa kos bagi membeli yang ingin dijualnya ialah RM15,000.00 dan ia menjual motokar tersebut dengan dengan kos tersebut beserta untung sebanyak RM 2,000.00.
Dengan jual al-murabahah seperti ini si pembeli dapat mengetahui kos sebenar barang yang di beli itu. Mungkin ini berfaedah kepadanya untuk menilai barang yang di beli itu dan jumlah keuntungan yang di perolehi oleh si penjual.
Rukun: sama dengan rukun jual beli
Hukum: ianya adalah salah satu bentuk jual beli yang di halalkan oleh syarak. Dengan itu ianya tertakluk kepada rukun dan syarat jual beli.
Walaubagaimanapun terdapat beberapa syarat khusus dalam kes bai’i al-murabahah ini iaitu:
1)Penjual hendaklah menyatakan kepada pembeli kos atau modal yang sebenar bagi barang yang hendak di jual.
2)Kedua belah pihak daripada penjual dan pembeli bersetuju di atas jumlah untung yang ditetapkan sebagai tambahan kepada kos atau modal, yang mana kedua-duanya iaitu modal campur untung adalah merupakan harga barang yang di jual dalam bai’i al-murabahah.
3)Sekiranya ada berlaku penipuan terhadap kos atau modal, maka pemebli boleh memfasakhkan aqad jual beli tersebut.(Ibn Rushd, Bidayah al-mujtahid, vol. 2, hlm 213)
4)Barang yang di jual secara muarabahah dan harga barang itu bukan daripada jenis yang sama daripada bahan ribawi yang ditegah menjual belinya kecuali dengan timbangan, sukatan dan bilangan unit yang sama. Oleh yang demikian tidak sah jual beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, beras dengan beras dan bahan makanan yang lain yang sejenis secara al-murabahah.
Peranan Perbankan Islam
Perniagaan perbankan Islam di Malaysia di jalankan oleh bank Islam Malaysia Berhad dan bank-bank konvensional yang mengambil bahagian dalam Skim Perbankan Islam masing-masing.
Bai’i al-murabahah adalah satu alternatif kepada amalan riba masa kini.
Contohnya : seseorang yang hendak membeli rumah berharga RM 40 ribu terpakasa meminjam wang daripada mana-mana bank dengan dikenakan bayaran lebih sebanyak antara 4% hingga 12 %. Maka jumlah bunga adalah hampir dua kali ganda daripada jumlah hutang atau pokok dan bunga tersebut adalah riba.
Akan tetapi melalui amalan al-murabahah, bank akan membeli rumah tersebut terlebih dahulu (rm 40 ribu) dan di jual kemudiannya kepada pembeli dengan jumlah keuntungan yang dinyatakan (rm 30 ribu). Dengan itu pembeli membayar kepada bank secara al-taqsit atau ansuran selama yang ditetapkan.
Dalam sistem perbankan Islam kaedah al-murabahah ini ianya di guna pakai dalam urusan import melalui surat kredit dan juga pembiyaan modal pusingan bagi membeli stok dan inventori, alat ganti, bahan-bahan mentah serta barang-barang separuh siap.
Jualan Yang di Tegah
Didalam perniagaan kesahihan sesuatu transaksi itu adalah perkara yang utama. Dengan itu sahnya sesuatu aqad jual beli itu bergantung kepada ketiadaan unsur yang dilarang oleh syarak.
Fuqaha membahagikan jual beli yang ditegah kepada dua bentuk;
-Jual beli yang haram dan tidak sah.
-Jual beli yang haram tetapi sah.
Jual beli yang haram dan tidak sah
1)Jual beli yang mengandungi riba
2)Jual beli bahan najis kerana ianya tidak dianggap sebagai mal/harta yang bernilai.
3)Jual beli secara sentuhan (al-Mulamasah) iaitu pembeli membeli dengan tidak melihat tetapi sekadar dengan sentuhan.
4)Jual beli campak (al-Munabazah) iaitu penjual mencampak kepada pembeli beberapa barang dengan tidak menentukan yang mana satukah yang hendak di jual dan harganya.
5)Jual baling batu (al-Hashoh) iaitu pembeli membaling batu kepada barang yang hendak di beli yang terletak bersama barang-barang lain. Yang terkena akan menjadi haknya. Ini merupakan suatu perjudian.
6)Jual bayaran harga secara tangguh kepada masa kelahiran anak (bai’ habl al-hablah)
iaitu menjadikan masa kelahiran anak seekor binatang iaitu masa yang tidak dapat di pastikan sebagai tempoh penjualan tangguh (bai’i bi thaman ‘ajil)
7)Jual janin dalam kandungan (bai’i al-madhomin) yang tidak di ketahui jenis dan sifatnya.
8)Jual benih binatang (bai’i al-malqih) yang termasuk didalam jualan barang yang tidak di ketahui.
9)Jual buah-buahan yang belum sesuai untuk di manfaatkan.
** 3-8 adalah amalan semasa zaman jahiliyyah
Jual al-’urbun atau yang melibat deposit atau cengkeram yang tidak dikembalikan sekiranya tidak jadi jual beli. Dalam masalah ini, fuqaha berpendapat ianya harus dan bergantung kepada perjanjian antara kedua belah pihak.
Jual beli yang haram tetapi sah
Jual beli yang haram tetapi sah berlaku didalam keadaan dimana ianya melibat penipuan ataupun sikap yang tidak bermoral.
Sebagai contohnya ialah seseorang menjual barang setelah mempengaruhi pembeli supaya membatalkan keputusannya yang pada mula hendak membeli daripada orang lain.
Begitu juga pihak pembeli menawarkan kepada penjual supaya membatalkan keputusannya untuk menjual kepada orang lain( al-Saum ‘ala saumi akhihi).
Membeli daripada orang kampung yang dalam perjalanan ke bandar dengan harga yang jauh lebih rendah daripada harga pasaran.Tetapi tidak dilarang sekiranya ianya bertujuan membantu orang kampung supaya tidak tertipu.
Menawar bukan untuk tujuan membeli tetapi bertujuan untuk menaikkan harga.
Memberi maklumat yang salah supaya seseorang itu menjual sesuatu barang dengan harga yang lebih murah.Perbuatan ini disebut sebagai al-najash.
Jual beli yang menyebabkan pemisahan antara ibu dan anak yang masih kecil.
Jual beli pada ketika sembahyang jumaat.
Jual anggur untuk di buat arak.
Monopoli atau al-ihtikar ke atas barang keperluan.
Fuqaha membahagikan jual beli yang ditegah kepada dua bentuk;
-Jual beli yang haram dan tidak sah.
-Jual beli yang haram tetapi sah.
Jual beli yang haram dan tidak sah
1)Jual beli yang mengandungi riba
2)Jual beli bahan najis kerana ianya tidak dianggap sebagai mal/harta yang bernilai.
3)Jual beli secara sentuhan (al-Mulamasah) iaitu pembeli membeli dengan tidak melihat tetapi sekadar dengan sentuhan.
4)Jual beli campak (al-Munabazah) iaitu penjual mencampak kepada pembeli beberapa barang dengan tidak menentukan yang mana satukah yang hendak di jual dan harganya.
5)Jual baling batu (al-Hashoh) iaitu pembeli membaling batu kepada barang yang hendak di beli yang terletak bersama barang-barang lain. Yang terkena akan menjadi haknya. Ini merupakan suatu perjudian.
6)Jual bayaran harga secara tangguh kepada masa kelahiran anak (bai’ habl al-hablah)
iaitu menjadikan masa kelahiran anak seekor binatang iaitu masa yang tidak dapat di pastikan sebagai tempoh penjualan tangguh (bai’i bi thaman ‘ajil)
7)Jual janin dalam kandungan (bai’i al-madhomin) yang tidak di ketahui jenis dan sifatnya.
8)Jual benih binatang (bai’i al-malqih) yang termasuk didalam jualan barang yang tidak di ketahui.
9)Jual buah-buahan yang belum sesuai untuk di manfaatkan.
** 3-8 adalah amalan semasa zaman jahiliyyah
Jual al-’urbun atau yang melibat deposit atau cengkeram yang tidak dikembalikan sekiranya tidak jadi jual beli. Dalam masalah ini, fuqaha berpendapat ianya harus dan bergantung kepada perjanjian antara kedua belah pihak.
Jual beli yang haram tetapi sah
Jual beli yang haram tetapi sah berlaku didalam keadaan dimana ianya melibat penipuan ataupun sikap yang tidak bermoral.
Sebagai contohnya ialah seseorang menjual barang setelah mempengaruhi pembeli supaya membatalkan keputusannya yang pada mula hendak membeli daripada orang lain.
Begitu juga pihak pembeli menawarkan kepada penjual supaya membatalkan keputusannya untuk menjual kepada orang lain( al-Saum ‘ala saumi akhihi).
Membeli daripada orang kampung yang dalam perjalanan ke bandar dengan harga yang jauh lebih rendah daripada harga pasaran.Tetapi tidak dilarang sekiranya ianya bertujuan membantu orang kampung supaya tidak tertipu.
Menawar bukan untuk tujuan membeli tetapi bertujuan untuk menaikkan harga.
Memberi maklumat yang salah supaya seseorang itu menjual sesuatu barang dengan harga yang lebih murah.Perbuatan ini disebut sebagai al-najash.
Jual beli yang menyebabkan pemisahan antara ibu dan anak yang masih kecil.
Jual beli pada ketika sembahyang jumaat.
Jual anggur untuk di buat arak.
Monopoli atau al-ihtikar ke atas barang keperluan.
Al-Ghubn(Kerugian) dan Al-Gharar(Penipuan)
Al-Ghubn (Kerugian)
Kerugian yang di maksudkan ialah kerugian besar (al-Ghubn al-Fahish) iaitu kerugian yang melibatkan 5% drpd harga barang biasa, 10% drpd harga binatang dan 20% drpd harga harta takalih (Majallah al-Ahkam al-Adliyyah)
Apabila berlaku kerugian besar dalam jual beli tanpa terlibat dgn penipuan, pihak yang rugi tidak berhak memfasakhkan jual beli tersebut kecuali sekiranya kerugian itu melibatkan harta anak yatim, waqaf atau baitul mal, dimana jual beli itu adalah di kira sebagai tidak sah.
Al-Taghrir/al-Gharar (Penipuan)
Al-Gharar ialah memberikan gambaran terhadap barang atau objek yang akan di jual dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang berlainan daripada keadaannya yang sebenar.
Pihak yang tertipu(samada pembeli atau penjual)yang mengalami kerugian yang tinggi, maka pihak yang mengalami kerugian di beri hak untuk memfasakhkan jual beli tersebut.
Dakwaan penipuan yang menyebabkan kerugian besar tidak boleh diwarisi. Oleh yang demikian sekiranya orang yang mengalami kerugian kerana disebabkan oleh penipuan itu mati, waris nya tidak boleh membawa kes tersebut ke mahkamah.
Gugur hak fasakh daripada pembeli yang mengetahui tentang penipuan itu tetapi tidak bertindak segera dan menjadikan barang itu telah pun menjadi miliknya dengan membuat pengubahsuaian atau terjadi kerosakan semasa di dalam tangannya.
Jualan oleh pesakit Tenat
Definasi
Yang di maksudkan sakit tenat ialah sakit marad al-maut iaitu sakit yang membawa maut.
Hukum
Sekiranya pesakit menjual kepada waris maka jualan tersebut tertakluk kepada persetujuan waris yang lain.
Penjualan harta oleh pesakit kepada bukan waris dengan harga setimpal adalah sah.
Sekiranya harga yang di jual lebih murah maka jumlah kerugian mestilah tidak melebihi daripada lingkungan satu pertiga harga pasaran.
Sekiranya si pesakit meninggal dunia dan telah menjual harta yang harganya tidak mampu menampung pembayaran hutangnya kerana ianya menjual dengan kadar yang rendah maka tuan punya hutang berhak menyuruh si pembeli menambahkan bayaran ketahap harga yang sepatutnya.
Jika si pembeli enggan maka tuan punya hutang berhak memfasakhkan jual beli tersebut.
Sekiranya kurang daripada satru pertiga , maka pembeli mestilah menambahkannya lagi. Sekiranya si pembeli tidak berbuat demikian pihak waris berhak menfasakhkan jual beli tersebut.
Kerugian yang di maksudkan ialah kerugian besar (al-Ghubn al-Fahish) iaitu kerugian yang melibatkan 5% drpd harga barang biasa, 10% drpd harga binatang dan 20% drpd harga harta takalih (Majallah al-Ahkam al-Adliyyah)
Apabila berlaku kerugian besar dalam jual beli tanpa terlibat dgn penipuan, pihak yang rugi tidak berhak memfasakhkan jual beli tersebut kecuali sekiranya kerugian itu melibatkan harta anak yatim, waqaf atau baitul mal, dimana jual beli itu adalah di kira sebagai tidak sah.
Al-Taghrir/al-Gharar (Penipuan)
Al-Gharar ialah memberikan gambaran terhadap barang atau objek yang akan di jual dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang berlainan daripada keadaannya yang sebenar.
Pihak yang tertipu(samada pembeli atau penjual)yang mengalami kerugian yang tinggi, maka pihak yang mengalami kerugian di beri hak untuk memfasakhkan jual beli tersebut.
Dakwaan penipuan yang menyebabkan kerugian besar tidak boleh diwarisi. Oleh yang demikian sekiranya orang yang mengalami kerugian kerana disebabkan oleh penipuan itu mati, waris nya tidak boleh membawa kes tersebut ke mahkamah.
Gugur hak fasakh daripada pembeli yang mengetahui tentang penipuan itu tetapi tidak bertindak segera dan menjadikan barang itu telah pun menjadi miliknya dengan membuat pengubahsuaian atau terjadi kerosakan semasa di dalam tangannya.
Jualan oleh pesakit Tenat
Definasi
Yang di maksudkan sakit tenat ialah sakit marad al-maut iaitu sakit yang membawa maut.
Hukum
Sekiranya pesakit menjual kepada waris maka jualan tersebut tertakluk kepada persetujuan waris yang lain.
Penjualan harta oleh pesakit kepada bukan waris dengan harga setimpal adalah sah.
Sekiranya harga yang di jual lebih murah maka jumlah kerugian mestilah tidak melebihi daripada lingkungan satu pertiga harga pasaran.
Sekiranya si pesakit meninggal dunia dan telah menjual harta yang harganya tidak mampu menampung pembayaran hutangnya kerana ianya menjual dengan kadar yang rendah maka tuan punya hutang berhak menyuruh si pembeli menambahkan bayaran ketahap harga yang sepatutnya.
Jika si pembeli enggan maka tuan punya hutang berhak memfasakhkan jual beli tersebut.
Sekiranya kurang daripada satru pertiga , maka pembeli mestilah menambahkannya lagi. Sekiranya si pembeli tidak berbuat demikian pihak waris berhak menfasakhkan jual beli tersebut.
Aqad Al-Sharikah
Al Musyarakah & Al-Mudharabah
Definasi
Al-Musharakah ialah aqad antara pemegang-pemegang saham dan rakan-rakan kongsi ke atas modal dan keuntungan.
Al-Musharakah lebih terkenal dengan perkataan sharikat yang merupakan gabungan modal daripada pemegang-pemegang saham untuk membiayai sesuatu projek dengan keuntungan daripada projek itu di bahagikan mengikut kadar yang dipersetujui.
Sekiranya projek itu mengalami kerugian maka bebannya di tanggung oleh pemegang-pemegang saham mengikut nisbah saham masing-masing
Jenis dan kategori
Sharikah al-’Inan iaitu perkongsian di antara dua orang atas harta mereka untuk berniaga dan membahagikan keuntungan sesama mereka
Sharikah al-Abdan iaitu perkongsian di antara dua orang atau lebih yang mengumpulkan hasil pekerjaan masing-masing ke dalam satu tabung kemudian membahagikannya sesama mereka tanpa mengambil kira kadar bahagian masing-masing yang dimasukkan ke dalam tabung itu.
Sharikah al-Ujuh iaitu perkongsian yang tertubuh tanpa modal yang mana masing-masing rakan kongsi di dalam sharikat itu membeli barang dengan bayaran harga secara tangguh kemudian menjual barang itu dan mengumpul keuntungannya untuk di bahagikan sesama mereka.
Sharikah al-Mufawadah iaitu perkongsian di antara dua orang atau lebih untuk bekerja dengan syarat tiap-tiap pemegang saham hendaklah mempunyai modal yang sama banyak, hak yang sama tanggungjawab yang sama berat, pembahagian untung yang sama dan sama agama.
Rukun
1)Pemegang pemegang saham atau rakan kongsi
2)Modal
3)Projek
4)Untung
5)Sighah: ijab dan qabul
Hukum al-Musharakah
Ulamak fiqh bersependapat bahawa sharikah al-’Inan sebagai harus dan sah
Sharikah al-Abdan adalah harus mengikut mazhab hanafi, hanbali dan maliki tetapi tidak harus mengikut shafii
Sharikah al-ujuh adalah harus mengikut mazhab hanafi dan hanbali, tidak harus mengikut shafii dan maliki
Sharikah al-Mufawadah adalah harus disisi hanafi sahaja.
Syarat Pemegang Saham
Setiap pemegang saham dan rakan kongsi hendaklah layak untuk melantik wakil dan menjadi wakil. Syarat ini wajib memandangkan terdapatnya konsep al-wakalah.
Setiap pemegang saham adalah tuan punya bersama syarikat dan berhak mengurus perniagaan bagi pihak dirinya serta bagi pihak pemegang-pemegang saham yang lain sebagai wakil
Syarat Modal
Modal hendaklah terdiri daripada wang dan barang yang boleh di nilai dengan wang
Modal hendaklah di campur menjadi milik bersama di anatar pemegang saham tanpa di bezakan anatara hak milik seseorang dengan yang lain.
Kadar saham tidak semestinya sama di antara pemegang saham
Setiap pemegang saham boleh memindahkan hak milik sahamnya kepada orang lain
Terdapat satu cara pemindahan hak milik saham yang dijalankan oleh bank yang berakhir dengan pemilikan iaitu musharakah al muntahiyah bi al-tamlik
contohnya : bank bermusharakah dengan seorang pemaju perumahan dalam satu projek. Setelah siap projek pemaju membeli semua saham kepunyaan bank.
Syarat projek
Semua projek al-musharakah hendaklah hahl mengikut syarak
Kerja-kerja yang dijalankan oleh pemegang saham untuk sharikat hendaklah di nilai secara berasingan dan boleh di campur semasa pembahagian untung.
Seorang pemegang saham boleh menyerahkan tugas menjalankan projek sharikat kepada rakan kongsinya. Penyerahan tugas kepada orang tertentu boleh dijadikan syarat bagi penubuhan sharikat.
Pemegang saham yang di berikan tugas boleh menjalankan segala urusan yang berkaitan dengan projek itu kecuali perkara-perkara yang boleh menyebabkan keraguan pemegang saham terhadap dirinya seperti mencampurkan harta sharikat dengan hartanya, memberi hutang modal sharikat kepada pihak lain tanpa persetujuan. Jika berlaku maka tanggungjawabnya berubah daripada amanah (yad amanah) kepada jaminan (yad dhomanah)
Syarat Untung
Kadar pembahagian untung hendaklah ditentukan semasa aqad
Pembahagian untung boleh mengikut kadar yang dipersetujui semasa aqad
Tanggungan bebabn kerugian yang tidak disengajakan atau cuai hendaklah mengikut nisbah saham masing-masing.
Fasakh
Terfasakh perkongsian sesorang pemegang saham dengan menarik diri, gila yang berlarutan atau mati
Definasi
Al-Musharakah ialah aqad antara pemegang-pemegang saham dan rakan-rakan kongsi ke atas modal dan keuntungan.
Al-Musharakah lebih terkenal dengan perkataan sharikat yang merupakan gabungan modal daripada pemegang-pemegang saham untuk membiayai sesuatu projek dengan keuntungan daripada projek itu di bahagikan mengikut kadar yang dipersetujui.
Sekiranya projek itu mengalami kerugian maka bebannya di tanggung oleh pemegang-pemegang saham mengikut nisbah saham masing-masing
Jenis dan kategori
Sharikah al-’Inan iaitu perkongsian di antara dua orang atas harta mereka untuk berniaga dan membahagikan keuntungan sesama mereka
Sharikah al-Abdan iaitu perkongsian di antara dua orang atau lebih yang mengumpulkan hasil pekerjaan masing-masing ke dalam satu tabung kemudian membahagikannya sesama mereka tanpa mengambil kira kadar bahagian masing-masing yang dimasukkan ke dalam tabung itu.
Sharikah al-Ujuh iaitu perkongsian yang tertubuh tanpa modal yang mana masing-masing rakan kongsi di dalam sharikat itu membeli barang dengan bayaran harga secara tangguh kemudian menjual barang itu dan mengumpul keuntungannya untuk di bahagikan sesama mereka.
Sharikah al-Mufawadah iaitu perkongsian di antara dua orang atau lebih untuk bekerja dengan syarat tiap-tiap pemegang saham hendaklah mempunyai modal yang sama banyak, hak yang sama tanggungjawab yang sama berat, pembahagian untung yang sama dan sama agama.
Rukun
1)Pemegang pemegang saham atau rakan kongsi
2)Modal
3)Projek
4)Untung
5)Sighah: ijab dan qabul
Hukum al-Musharakah
Ulamak fiqh bersependapat bahawa sharikah al-’Inan sebagai harus dan sah
Sharikah al-Abdan adalah harus mengikut mazhab hanafi, hanbali dan maliki tetapi tidak harus mengikut shafii
Sharikah al-ujuh adalah harus mengikut mazhab hanafi dan hanbali, tidak harus mengikut shafii dan maliki
Sharikah al-Mufawadah adalah harus disisi hanafi sahaja.
Syarat Pemegang Saham
Setiap pemegang saham dan rakan kongsi hendaklah layak untuk melantik wakil dan menjadi wakil. Syarat ini wajib memandangkan terdapatnya konsep al-wakalah.
Setiap pemegang saham adalah tuan punya bersama syarikat dan berhak mengurus perniagaan bagi pihak dirinya serta bagi pihak pemegang-pemegang saham yang lain sebagai wakil
Syarat Modal
Modal hendaklah terdiri daripada wang dan barang yang boleh di nilai dengan wang
Modal hendaklah di campur menjadi milik bersama di anatar pemegang saham tanpa di bezakan anatara hak milik seseorang dengan yang lain.
Kadar saham tidak semestinya sama di antara pemegang saham
Setiap pemegang saham boleh memindahkan hak milik sahamnya kepada orang lain
Terdapat satu cara pemindahan hak milik saham yang dijalankan oleh bank yang berakhir dengan pemilikan iaitu musharakah al muntahiyah bi al-tamlik
contohnya : bank bermusharakah dengan seorang pemaju perumahan dalam satu projek. Setelah siap projek pemaju membeli semua saham kepunyaan bank.
Syarat projek
Semua projek al-musharakah hendaklah hahl mengikut syarak
Kerja-kerja yang dijalankan oleh pemegang saham untuk sharikat hendaklah di nilai secara berasingan dan boleh di campur semasa pembahagian untung.
Seorang pemegang saham boleh menyerahkan tugas menjalankan projek sharikat kepada rakan kongsinya. Penyerahan tugas kepada orang tertentu boleh dijadikan syarat bagi penubuhan sharikat.
Pemegang saham yang di berikan tugas boleh menjalankan segala urusan yang berkaitan dengan projek itu kecuali perkara-perkara yang boleh menyebabkan keraguan pemegang saham terhadap dirinya seperti mencampurkan harta sharikat dengan hartanya, memberi hutang modal sharikat kepada pihak lain tanpa persetujuan. Jika berlaku maka tanggungjawabnya berubah daripada amanah (yad amanah) kepada jaminan (yad dhomanah)
Syarat Untung
Kadar pembahagian untung hendaklah ditentukan semasa aqad
Pembahagian untung boleh mengikut kadar yang dipersetujui semasa aqad
Tanggungan bebabn kerugian yang tidak disengajakan atau cuai hendaklah mengikut nisbah saham masing-masing.
Fasakh
Terfasakh perkongsian sesorang pemegang saham dengan menarik diri, gila yang berlarutan atau mati
Al-Sarf atau Tukaran Mata Wang
Definasi
-al-Sarf ialah jual beli matawang.
-Asal matawang adalah emas dan perak. Wang emas dipanggil Dinar dan wang perak dipanggil Dirham
-Pada zaman sekarang matawang juga diperbuat daripada nikal, kopranikal, tembaga dan kertas yang diberi nilai yang tertentu. Matawang daripada bahan ini disebut matawang pada istilah.
HUKUM
-Tukaran matawang hukumnya harus dengan syarat-syarat berikut.
1.Jika mata wang yang ditukar itu emas dengan perak maka ianya hendaklah
i) sama berat atau sama timbangan
ii) serah menyerah pada masa yang sama
2.Jika matawang yang ditukar itu emas dengan perak maka hendaklah berlakunya serah menyerah pada masa yang sama.
-Menurut kebanyakan ulama’ fekah matawang yang lain daripada emas dan perak juga termasuk di dalam jenis bahan ribawi. Oleh yang demekian disyaratkan serah menyerah pada satu masa yang sama dalam urusan tukaran matawang yang lain daripada emas dan perak.
-Tukaran sesama matawang tempatan yang berlainan logam atau bahan secara lebih kurang seperti RM 10.00 syiling emas dengan RM 50.00 wang kertas hukumnya harus.
-berjanji untuk menukar matawang asing dengan matawang tempatan pada tarikh tertentu dengan harga yang telah di tetapkan adalah harus.
-al-Sarf ialah jual beli matawang.
-Asal matawang adalah emas dan perak. Wang emas dipanggil Dinar dan wang perak dipanggil Dirham
-Pada zaman sekarang matawang juga diperbuat daripada nikal, kopranikal, tembaga dan kertas yang diberi nilai yang tertentu. Matawang daripada bahan ini disebut matawang pada istilah.
HUKUM
-Tukaran matawang hukumnya harus dengan syarat-syarat berikut.
1.Jika mata wang yang ditukar itu emas dengan perak maka ianya hendaklah
i) sama berat atau sama timbangan
ii) serah menyerah pada masa yang sama
2.Jika matawang yang ditukar itu emas dengan perak maka hendaklah berlakunya serah menyerah pada masa yang sama.
-Menurut kebanyakan ulama’ fekah matawang yang lain daripada emas dan perak juga termasuk di dalam jenis bahan ribawi. Oleh yang demekian disyaratkan serah menyerah pada satu masa yang sama dalam urusan tukaran matawang yang lain daripada emas dan perak.
-Tukaran sesama matawang tempatan yang berlainan logam atau bahan secara lebih kurang seperti RM 10.00 syiling emas dengan RM 50.00 wang kertas hukumnya harus.
-berjanji untuk menukar matawang asing dengan matawang tempatan pada tarikh tertentu dengan harga yang telah di tetapkan adalah harus.
Al-Ijarah Thumma al-Bai’i (Sewa kemudian Beli)
Definasi
• Al-Ijarah thumma al-Bai’i ialah Sewa kemudian beli
• Muamalah jenis ini adalah suatu daripada kaedah jual beli harga tangguh ataupun pada hari ini lebih dikenali hire purchase yang dibuat mengikut prinsip muamalat Islam.
• Al-Ijarah thumma al-Bai’i mengandungi dua aqad iaiatu aqad sewaaan dan aqad beli selepas tamat tempoh sewa.
Rukun
• Rukun bagi aqad yang pertama ialah
1. Pemberi sewa atau al-muaajjir
2. Penyewa atau al-musta`jir
3. Harta yang disewa atau al-ma`jur
4. Manfaat atau al-manfa’ah
5. Bayaran sewa atau al-ujrah
6. Sighah: Ijab dan qabul
• Rukun bagi aqad yang kedua ialah
1. penjual atau al-Baai’
2. Pembeli atau al-mushtari
3. Harta yang di beli atau al-mabi’
4. Harga atau al-thaman
5. Sigahah: Ijab dan Qabul
HUKUM
• Sewa beli mengikut hukum hakam kedua dua jenis aqad tersebut iaitu sewaan dan jual beli.
• Dalam akad sewaan boleh di sebut bahawa pihak yang menyewa akan membeli harta yang disewa selepas tamat tempoh sewaaan tetapi sebutan belian itu adalah janji jual beli atau wa’ad dan bukan aqad jual beli.
Pindahan hak milik
• Pindahan hak milik harta yang disewa daripada pemberi sewa kepada pihak yang menyewa tidak berlaku secara automatik selepas tamat tempoh sewaan atau selepas semua bayaran sewa di bayar.
• Ianya hanya berlaku apabila di buat aqad jual beli ke atas harta yang disewa antara pihak pemberi sewa dengan pihak yang menyewa
• Al-Ijarah thumma al-Bai’i ialah Sewa kemudian beli
• Muamalah jenis ini adalah suatu daripada kaedah jual beli harga tangguh ataupun pada hari ini lebih dikenali hire purchase yang dibuat mengikut prinsip muamalat Islam.
• Al-Ijarah thumma al-Bai’i mengandungi dua aqad iaiatu aqad sewaaan dan aqad beli selepas tamat tempoh sewa.
Rukun
• Rukun bagi aqad yang pertama ialah
1. Pemberi sewa atau al-muaajjir
2. Penyewa atau al-musta`jir
3. Harta yang disewa atau al-ma`jur
4. Manfaat atau al-manfa’ah
5. Bayaran sewa atau al-ujrah
6. Sighah: Ijab dan qabul
• Rukun bagi aqad yang kedua ialah
1. penjual atau al-Baai’
2. Pembeli atau al-mushtari
3. Harta yang di beli atau al-mabi’
4. Harga atau al-thaman
5. Sigahah: Ijab dan Qabul
HUKUM
• Sewa beli mengikut hukum hakam kedua dua jenis aqad tersebut iaitu sewaan dan jual beli.
• Dalam akad sewaan boleh di sebut bahawa pihak yang menyewa akan membeli harta yang disewa selepas tamat tempoh sewaaan tetapi sebutan belian itu adalah janji jual beli atau wa’ad dan bukan aqad jual beli.
Pindahan hak milik
• Pindahan hak milik harta yang disewa daripada pemberi sewa kepada pihak yang menyewa tidak berlaku secara automatik selepas tamat tempoh sewaan atau selepas semua bayaran sewa di bayar.
• Ianya hanya berlaku apabila di buat aqad jual beli ke atas harta yang disewa antara pihak pemberi sewa dengan pihak yang menyewa
22 April 2011
MEMAHAMI HUKUM ZINA HATI
“Apabila saya terlibat dengan kerja dakwah, barulah saya tahu saya telah banyak melakukan zina hati,” kata seorang pemuda.
“Itulah dulu pun saya ada kekasih, dan kami saling cinta menyintai dan merancang untuk berkahwin apabila sampai masanya, tapi apabila saya tahu hubungan saya dengan dia tu menyebabkan saya dan dia terjebak dengan zina hati maka saya putuskan”
Seringkali saya mendengar kata-kata seperti itu keluar melalui kata-kata atau tulisan daripada mereka yang melibatkan diri dengan gerak kerja persatuan-persatuan Islam atau kerja-kerja dakwah remaja.
Pada mulanya saya buat tak kisah atau dengan kata lain buat tak pot kerana saya menganggap kes-kes itu sebagai kes terpencil yang biasanya berlaku di zaman sekolah menengah. Biasalah tu budak-budak sekolah yang baru dalam proses pra-matang kepada matang, baru nak up orang kata, pedulikanlah.
Tapi apabila ada pelajar di peringkat universiti yang mengeluarkan kenyataan-kenyataan mirip sebegitu, saya mula tertanya-tanya dan bersyak wasangka, “eh takkanlah pelajar universiti yang bakal keluar sebagai pemimpin masyarakat pun tak faham-faham lagi, mustahillah”.
Tapi ternyata, sangkaan saya itu meleset sama sekali. Mimpi buruk melanda diri setelah melancong ke laman-laman web internet yang mempromosikan keislamikkan mereka. Saya terkejut apabila mendapati ketempangan yang cukup serius dalam memahami apa yang diistilahkan sebagai zina hati.
MAKSUD ZINA HATI DAN ZINA KECIL YANG LAIN
Sabda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam:
(إِنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُ، وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ وَيُكَذِّبُهُ). رواه البخارى (6/2438، رقم 6238)، ومسلم (4/2046، رقم 2657)، وأبو داود (2/246، رقم 2152)، والبيهقى فى شعب الإيمان (4/365، رقم 5428).
وفي رواية مسلم: (كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ).Maksudnya: (Sesungguhnya Allah mencatatkan bahagian zina yang tidak dapat tidak berlaku ke atas anak-anak Adam. Zina mata itu adalah pandangan, zina lidah itu adalah ucapan, nafsu mengharap dan berkeinginan, dan kemaluan itu mengiyakan atau mendustakannya). Hadith riwayat Bukhari (6/2438, no 6238), Muslim (4/2046, no 2657), Abu Daud (2/246, no 2152), dan Imam Baihaqi dalam Shu’ab Iman (4/365, no 5428).
Dan dalam riwayat Imam Muslim: (Sesungguhnya Allah mencatatkan bahagian zina yang tidak dapat tidak berlaku ke atas anak-anak Adam. Mata itu zinanya pandangan, telinga itu zinanya mendengar, lidah itu zinanya ucapan, tangan itu zina melakukan kekerasan, kaki itu zinanya langkah, dan hati itu mengharap dan berkeinginan, dan mengiyakannya kemaluan atau mendustakannya)
Hadith pertama menggunakan istilah zina nafsu, manakala hadith yang kedua pula menggunakan istilah zina hati. Hadith inilah yang menjadi hujah tentang wujudnya zina yang dinamakan dengan zina hati dan tidak syak lagi hadithnya adalah hadith yang sahih.
Tidak dipertikaikan kewujudan istilah zina hati dan asasnya dalam Islam, tetapi apa yang dipertikaikan adalah kegagalan ramai daripada kalangan mereka yang bercakap tentangnya untuk mengupasnya secara ilmiyyah sehingga adakalanya membuatkan remaja dan pemuda salah faham yang seterusnya menyebabkan berlakunya pemikiran yang tempang dalam beragama.
Apakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan zina hati? Adakah jatuh cinta kepada seseorang itu dianggap zina hati? Adakah teringatkan seseorang itu zina hati? Mungkin sebahagian daripada kita akan menjawab: “Ya, itulah zina hati”. Apabila ditanya lagi mengapa itu zina hati? Jawab mereka: “Kerana kita mengingati seseorang yang ajnabi (bukan mahram) yang tidak halal buat kita”!!!
Kalau anda meletakkan sebab pengharamannya adalah kerana dia ajnabi tidak halal bagi kita, bagaimana anda mahu menafsirkan firman Allah dalam Al-Qur’an tentang Sahabat Nabi yang teringatkan perempuan ajnabiyyah yang tidak halal buatnya?
Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah, ayat ke-235:
عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ سَتَذْكُرُونَهُنَّ وَلَكِنْ لا تُوَاعِدُوهُنَّ سِرّاً إِلَّا أَنْ تَقُولُوا قَوْلاً مَعْرُوفاً
Dalam ayat ini dan ayat sebelumnya, menceritakan tentang عدة / iddah (tempoh suci) perempuan yang bercerai dengan suaminya. Kemudian ada lelaki ajnabi yang mengintai-intai peluang untuk melamar perempuan ini. Lalu Allah berfirman ((Allah Maha Mengetahui bahawa kamu akan mengingati perempuan tersebut, tetapi jangan kamu berjumpa dengan perempuan itu secara rahsia kecuali dengan berkata-kata perkara yang baik.
Syed Qutb dalam tafsirnya berkata: “Dan Allah telah mengharuskannya kerana itu berkaitan dengan kecenderungan fitrah yang halal pada asalnya, harus pada zatnya … dan Islam itu tidak menghancurkan kecenderungan fitrah tetapi membajainya, dan tidak menekan naluri kemanusiaan tetapi mengawalnya. (Rujuk Fi zilali Qur’an oleh Syed Qutb, jilid 1, m/s 238).
Bukankah perempuan yang baru berpisah dengan suaminya merupakan perempuan ajnabiyyah kepada lelaki lain yang mahu melamarnya??? Tapi mengapa Allah langsung tidak mengatakan kepada lelaki ajnabi itu tak boleh mengingati perempuan tetapi hanya berpada dengan berkata (Allah Maha Mengetahui bahawa kamu akan mengingati perempuan tersebut tetapi jangan kamu berjumpa dengan dia secara rahsia).
Justeru apa yang dapat difahamai daripada ayat tersebut adalah: Tiada masalah dalam mengingati perempuan tersebut, tapi jangan fikir nak buat yang bukan-bukan yang bertentangan dengan syarak’. Itulah apa yang sepatutnya difahami daripada firman Allah tersebut.
Kalau mengingati perempuan yang ajnabiyyah itu zina hati, tentunya Allah melarang para sahabat daripada mengingati perempuan, tetapi Allah sendiri tidak melarang bahkan memberi izin.
Justeru, yang dimaksudkan dengan zina hati itu adalah hati yang menaruh niat untuk berzina, menikmati hubungan persetubuhan luar nikah. Itu yang dimaksudkan dengan zina hati. Rujuk kembali konteks hadith berkaitan zina hati secara keseluruhan. Tidakkah di pengakhiran hadith tersebut Nabi ada menyebut:
وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ وَيُكَذِّبُهُ
Maksudnya: (dan kemaluan itu mengiyakan atau mendustakannya). Bermakna semua perkara daripada tangan, kaki, telinga, mata, lidah, hati yang menuju ke arah persetubuhan haram barulah dipanggil dengan zina. Sebab itu disebut di pengakhiran hadith (Kemaluan itu yang akan menentukan berlaku atau tidak berlakunya zina).
Sebab itu Ibnu Mas’ud menambah dengan katanya:
"فإن صدقه بفرجه كان زانيا وإلا فهو اللمم" أخرجه البيهقي في شعب الإيمان (5/393، رقم 7060
Maksudnya: “Jika dia mengiyakannya (kehendak berzina) dengan kemaluannya maka dia menjadi penzina, jika tidak maka itu adalah Al-Lamam (dosa kecil)”. Dikeluarkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya Shu’abul Iman (5/393, no 7060).
Jadi, zina kecil yang disebutkan itu adalah yang mengarah pada hubungan kelamin luar nikah. Oleh itu, melihat bukan mahram bukanlah serta-merta boleh digolongkan sebagai zina mata. Yang tergolong “zina mata” adalah pandangan yang menggoda dan penuh syahwat.
Dengan itu juga, menyampaikan kata-kata mesra kepada bukan mahram bukanlah semestinya tergolong sebagai “zina lisan”. Yang tergolong sebagai “zina lisan” adalah kata-kata pujuk rayu dan godaan kepada nafsu berahi.
Begitu juga halnya dalam masalah mengingati atau merindukan si dia atau pun merasakan getaran di hati ketika memikirkan si dia, bukanlah serta merta boleh tergolong sebagai “zina hati”. Pengertian “zina hati” adalah mengharap dan menginginkan kepada persetubuhan luar nikah sebagai memenuhi syahwat.
EKSTREMIS DI DALAM ISU ZINA HATI
“Melihat perempuan itu haram”
“Mendengar suara perempuan itu haram”
“Mengingati bayangan perempuan itu haram”
“Semua itu adalah zina”
Biasa mendengar klausa-klausa kata sebegitu?...hehe. Banyak kali dengar kan? Mungkin agaknya mereka mahu menjadikan perempuan itu sebagai makhluk haram di atas planet bumi ini, dan bagi perempuan pula mereka mahu menjadikan makhluk lelaki sebagai makhluk haram di atas planet bumi ini.
Sampai begitu sekalikah pandangan anda tentang pengharaman segala yang datang daripada perempuan atau segala yang datang daripada lelaki? Sedangkan khinzir pun tidak sampai ke tahap itu diharamkan dalam Al-Qur’an. Yang hanya diharamkan adalah makan dagingnya sahaja.
Apakah sebenarnya pengharaman dalam masalah perhubungan antara lelaki dan perempuan? Adakah perempuan itu haram semata-mata kerana dirinya حرام لذاته / haram lizatihi, atau haram kerana perkara luaran lain حرام لغيره / haram lighairihi?
Melihat perempuan itu haram sebab apa? Adakah semata-mata pandangan kepada perempuan itu haram atau pandangan itu haram disebabkan unsur luaran lain?
Tentunya pandangan yang diharamkan adalah pandangan yang disertai dengan syahwat, pandangan yang menggoda dan bernafsu. Itulah sebab kepada pengharaman pandangan bukan semata-mata kerana pandangan biasa.
Suara perempuan itu haram sebab apa? Adakah semata-mata suara kepada perempuan itu haram atau suara itu haram disebabkan unsur luaran lain?
Tentunya suara yang diharamkan adalah suara yang dilunakkan untuk menarik perhatian, suara manja mendodoi, suara-suara gedik. Suara sebegitulah yang diharamkan bukan semata-mata suara biasa.
Mengingati perempuan itu? Adakah semata-mata ingat kepada perempuan itu haram atau ingatan itu haram disebabkan unsur luaran lain?
Tentunya ingatan yang diharamkan adalah ingatan yang membayangkan keseksian susuk tubuh perempuan, membayangkan untuk bersetubuh dengan perempuan dan bayangan yang membangkitkan berahi. Ingatan dan bayangan sebegitulah yang diharamkan bukan semata-mata ingatan biasa.
Itulah hal-hal yang dipanggil zina kecil. Pengakhiran yang menentukannya adalah kemaluannya sama ada menjebakkannya ke kancah perzinaan hakiki atau tidak.
SEJAUH MANA DOSA ZINA TANGAN, KAKI, TELINGA, MATA, LIDAH, HATI?
Ibnu Mas’ud mengatakan bahawa:
"فإن صدقه بفرجه كان زانيا وإلا فهو اللمم" أخرجه البيهقي في شعب الإيمان (5/393، رقم 7060
Maksudnya: “Jika dia mengiyakannya (kehendak berzina) dengan kemaluannya maka dia menjadi penzina, jika tidak maka itu adalah Al-Lamam (dosa kecil)”. Dikeluarkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya Shu’abul Iman (5/393, no 7060).
Kata Ibnu Abbas pula:
"مَا رَأَيْتُ شَيْئًا أَشْبَهَ بِاللَّمَمِ مِمَّا قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنْ الزِّنَا أَدْرَكَهُ لَا مَحَالَةَ وَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ وَزِنَا اللِّسَانِ النُّطْقُ وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ)". رواه البخاري (8/67، رقم 5774) ومسلم (8/52، رقم 4801).
“Aku tidak melihat sesuatu yang lebih menyerupai Al-Lamam itu kecuali daripada kata-kata Abu Hurairah daripada Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam (Sesungguhnya Allah mencatatkan bahagian zina yang tidak dapat tidak berlaku ke atas anak-anak Adam. Zina mata itu adalah pandangan, zina lidah itu adalah ucapan, nafsu mengharap dan berkeinginan, dan kemaluan itu mengiyakan atau mendustakannya)”. Riwayat Imam Bukhari (8/67, no 5774), dan Imam Muslim (8/52, no 4801).
Apa yang dimaksudkan dengan Al-Lamam??? Al-Lamam bermaksud dosa kecil yang tidak akan selamat daripadanya kecuali mereka yang dilindungi dan dijaga oleh Allah. Ibnu Mas’ud, Abu Said, Huzaifah, dan Masruq berpendapat bahawa: Al-Lamam itu ialah selain daripada bersetubuh, sama ada ciuman, sentuhan, pandangan, dan baringan. (Rujuk Tafsir Al-Qurthubi, jilid 17, m/s 106, cetakan Dar Alamil kutub).
Perkataan Al-Lamam ini disebut dalam firman Allah dalam Al-Qur’an, Surah An-Najm , ayat ke-32 :
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى
(31) الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ ......
Maksudnya: Dan bagi Allah segala yang di langit dan di bumi, supaya dia membalas mereka yang berbuat buruk dengan apa yang mereka kerjakan, dan membalas mereka yang baik dengan kebaikan. Mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perkara-perkara keji kecuali Al-lamam, Sesungguhnya Tuhan kamu Maha Luas keampunannya…
Contoh daripada hadith ini mungkin boleh membantu soal pengampunan dosa Al-Lamam:
نَّ رُجلا أصَابَ من امرأَةٍ قُبْلَة، فأتَى النبيَّ صلى الله عليه وسلم، فذكر ذلك له، فَنزلت ((وأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهارِ وَزُلَفا مِنَ اللَّيْلِ، إنَّ الْحَسَناتِ يُذْهِبْنَ السَيِّئاتِ ذلكَ ذِكْرى لِلذَّاكِرين)) [ هود : 116]. فقال الرجل : يا رسول اللّه، أَلِيَ هذه ؟ قال: «لمنْ عمل بها من أُمَّتي». أخرجه البخاري (1/140)، ومسلم (8/101).
Maksudnya: Seorang lelaki telah mencium seorang perempuan, lalu dia datang bertemu Nabi dan menceritakan perkara itu kepada Nabi”. Lalu turunlah ayat ((Dan dirikanlah solat pada sebahagian hari dan hujung malam, sesungguhnya kebaikan itu akan menghapuskan keburukan, itu adalah ingatan kepada mereka yang mengingati)) [Surah Hud, ayat ke-116]. Lalu lelaki tersebut berkata: “Wahai Rasulullah, adakah bagiku (sahaja) hal ini? Sabda Nabi: (Bahkan bagi orang melakukannya daripada umatku). Riwayat Imam Bukhari (1/140) dan Imam Muslim (8/101).
Lelaki tersebut telah melakukan zina kecil, iaitu mencium seorang perempuan bukan mahram. Bagaimana untuknya menghapuskan dosa zina kecil tersebut? Jawabnya adalah dengan berbuat kebaikan, insyaAllah kebaikan yang dibuat itu akan menghapuskan dosa yang dilakukan.
APA HUKUM BERCINTA?
Pertamanya, apa maksud bercinta itu? Adakah maksudnya memiliki dan berkongsi perasaan cinta antara lelaki dan perempuan? Atau maksudnya keluar berdua-duaan dan bermesra dengan jalan berpimpin tangan dan segala aktiviti lain?
Saya rasa semua bersetuju bahawa kalau maksudnya keluar berdua-duaan dan bermesra dengan jalan berpimpin tangan dan segala aktiviti lain maka saya kira semua daripada kita akan bersetuju tentang keharamannya.
Tetapi kalau maksudnya, memiliki dan berkongsi perasaan cinta antara lelaki dan perempuan, apakah juga termasuk dalam perkara yang haram? Apakah yang salahnya di situ? Mungkin ada yang akan menjawab, tak boleh, kerana bercinta sebelum kahwin itu akan mengundang dosa dengan melakukan perkara-perkara tak baik.
Baik kalau begitu, bercinta itu tidak haram pada asalnya tetapi bertukar menjadi haram kerana tidak mematuhi batas-batas yang dibenarkan. Pendek kata, pengharaman itu berlaku bukan pada perasaan tersebut tetapi pada perkara luar. Atau dengan bahasa usul Fiqhnya cinta itu bukannya حرام لذاته / haram lizatihi, tetapi bertukar menjadi حرام لغيره / haram lighairihi kerana perkara lain.
Bermakna selagi mana batas-batas pergaulannya terjaga maka cinta itu tiada sebab dan alasan untuk diharamkan.
Justeru, tidak sepatutnya wujud antara kita yang semudah-mudahnya mahu menghukum mereka yang menyimpan perasaan cinta antara satu sama lain itu sebagai haram kerana perasaan cinta itu adalah fitrah manusia yang suci. Hanya apabila batas-batas pergaulan dilanggar barulah hukumnya bertukar menjadi haram.
Makan daging lembu itu adalah halal, tetapi makan daging lembu yang dicuri adalah haram, bukan kerana daging itu, tetapi kerana masalah curi. Bagi menghalalkan kembali daging tersebut, bayar sahaja wang harga daging kepada tuan punyanya.
Begitu juga dengan cinta. Menyimpan dan berkongsi perasaan cinta dengan bukan mahram itu adalah satu perkara fitrah dan diharuskan dalam agama, tetapi apabila perasaan itu disertai dengan kehendak untuk persetubuhan haram (zina), maka diharamkan, bukan kerana perasaan tersebut tetapi kerana niat untuk persetubuhan haram tersebut. Justeru, bagi menghalalkan kembali hubungan cinta yang terjalin, perkara-perkara haram yang timbul perlu dibuang.
Memiliki dan berkongsi perasaan cinta ini yang halal ini diperakui oleh Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رجلاً قال: "يا رسول الله في حجري يتيمة قد خطبها رجل موسر ورجل معدم، فنحن نحب الموسر وهي تحب المعدم، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (لم نر للمتحابين غير النكاح)". أخرجه ابن ماجه (1/593، رقم 1847)، والطبرانى (11/17، رقم 10895)، والحاكم (2/174، رقم 2677) وقال: صحيح على شرط مسلم، والبيهقى (7/78، رقم 13231).
Maksudnya: Daripada Ibnu Abbas, bahawa seorang lelaki berkata kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, aku ada memelihara seorang anak yatim perempuan. Dia dilamar oleh orang kaya dan orang miskin. Kami suka kalau dia memilih yang kaya, tetapi dia cinta kepada yang miskin. Maka berkata Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam: (Kami tidak melihat perkara yang sesuai bagi orang yang saling menyintai itu kecuali kahwin)”. Hadith diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1/593, no 1874), At-Tabarani (11/17, no 10895), Al-Hakim (2/174, no 2677) dan berkata bahawa “hadith ini sahih mengikut syarat Imam Muslim”, dan Imam Baihaqi (7/78, no 13231).
Nabi langsung tidak mencela perasaan cinta yang dimiliki anak yatim perempuan tersebut sebelum berkahwin. Nabi hanya berkata bahawa perkara yang sesuai kepada orang yang saling menyintai itu adalah kahwin.
Hadith seterusnya berkenaan cinta Mughith kepada Barirah:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ زَوْجَ بَرِيرَةَ كَانَ عَبْدًا يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَطُوفُ خَلْفَهَا يَبْكِي وَدُمُوعُهُ تَسِيلُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعبَّاسٍ: يَا عَبَّاسُ، أَلَا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيرَةَ وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا). فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (لَوْ رَاجَعْتِهِ). قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ تَأْمُرُنِي؟ قَالَ: (إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ) قَالَتْ: لَا حَاجَةَ لِي فِيهِ. أخرجه البخارى (5/2023، رقم 4979)، وأبوداود (2/270، رقم 2231)، والنسائى (8/245، رقم 5417)، وابن ماجه (1/671، رقم 2075)، وأخرجه أيضًا ابن حبان (10/96، رقم 4273).
Maksudnya: Daripada Ibnu Abbas (dia berkata): “(Bekas) Suami Barirah adalah seorang hamba dipanggil Mughith. Seolah-olah aku melihatnya sekarang mengekori belakang Barirah dengan bercucuran air mata atas janggutnya. Nabi lalu berkata kepada Abbas: (Wahai Abbas, tidakkah engkau takjub dengan kecintaan Mughitgh kepada Barirah, dan kebencian Barirah kepada Mughith?. Kata Nabi kepada Barirah: (Kalaulah kamu dapat kembali kepadanya). Barirah lalu berkata: “Wahai Rasulullah, adakah kamu memerintahkan aku? Nabi berkata: (Aku hanya menjadi juru runding). Barirah berkata: “Aku tak punya hajat pada Mughith”. Hadith riwayat Imam Bukhari (5/2023, no 4979), Abu Daud (2/270, no 2231), Imam An-Nasa’I (8/245, no 5417), Ibnu Majah (1/671, no 2075), juga Ibnu Hibban (10/96, no 4273).
Apa yang dapat difahami daripada hadith ini adalah:
1) Nabi tidak pernah melarang Mughith daripada terus mencintai Barirah walaupun Barirah telah menjadi ajnabiyyah buatnya.
2) Nabi bahkan mengambil inisiatif bagi melihat cinta itu berjaya dengan memujuk Barirah supaya kembali kepada Mughith, tetapi apakan daya Barirah tetap menolak.
3)Nabi tidak memberikan sebarang komen terhadap Mughith yang setia mengekori Barirah untuk memujuknya. Bahkan Nabi bersabda kepada Abbas: (Tidakkah engkau takjub dengan kecintaan Mughitgh kepada Barirah, dan kebencian Barirah kepada Mughith?)
Lihat bagaimana ajaran Islam yang bersifat sesuai dengan realiti kehidupan berdepan dengan masalah manusia. Sayangnya ajaran Islam yang bersifat realistik dan meraikan fitrah manusia ini, dicemarkan oleh sebahagian daripada kita yang terlampau bersemangat dalam membasmi masalah gejala sosial, sehingga dalam sedar atau tidak sedar mereka turut membasmi fitrah manusia dan menjadikan ajaran Islam seolah-olah hanya merupakan fantasi kehidupan yang tidak pernah wujud.
Islam datang bukan untuk berkata: “Jangan menyintai dan buang perasaan cinta itu”, tetapi datang dengan mengajarkan kita bahawa andainya kamu jatuh cinta, maka barhati-hatilah agar cinta itu tidak membuatkan kamu terpesong daripada kebenaran.
Islam juga datang bukan untuk mengatakan kepada kita: “Jangan kamu membenci sesama kamu”, tetapi datang untuk mengajarkan andainya kamu membenci seseorang maka biarlah berpada-pada jangan sampai membutakan kamu daripada kebenaran.
Jatuh cinta adalah perkara yang tidak mampu dikawal, hal itu terletak pada kuasa Allah dan Allah tidak akan menzalimi hambaNya dengan membebankan mereka dengan perkara-perkara yang tidak mereka mampu melakukannya. Masalah yang diperbahaskan dalam ilmu usul fiqh sebagai التكليف بما لا يطاق / Attaklif bima la yutaq.
Sedangkan Nabi sendiri pun meminta pengecualian daripada Allah dalam urusan berlaku adil antara isterinya dalam perkara yang melibatkan hati dan perasaan.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْسِمُ بَيْنَ نِسَائِهِ فَيَعْدِلُ، وَيَقُولُ: (اللَّهُمَّ هَذِهِ قِسْمَتِي فِيمَا أَمْلِكُ فَلَا تَلُمْنِي فِيمَا تَمْلِكُ وَلَا أَمْلِكُ). قال الترمذي: إِنَّمَا يَعْنِي بِهِ الْحُبَّ وَالْمَوَدَّةَ كَذَا فَسَّرَهُ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ. أخرجه الترمذي (1140)، وأبو داود (2134)، والنسائي (7/63).
Maksudnya: “Daripada Aisyah bahawa Nabi membahagikan antara isteri-isterinya dengan adil dan dia berkata: (Ya Allah, ini adalah pembahagian aku daripada apa yang aku miliki, janganlah Engkau mencela aku pada perkara yang Engkau miliki tapi tidak aku miliki). Berkata Imam Tirmizi: Sesungguhnya yang dimaksudkan itu adalah perasaan cinta dan sayang sebagaimana tafsiran ahli ilmu. Hadith dikeluarkan oleh Imam Tirmizi (1140), Imam Abu Daud (2134), dan Imam Nasa’I (7/63).
Jelas melalui hadith tersebut bahawa perasaan cinta dan sayang tidak mampu dikawal oleh manusia. Mustahil bagi seorang lelaki yang beristeri empat contohnya mahu berlaku adil terhadap isteri-isterinya dalam soal hati dan perasaan. Sebab itu Nabi sendiri memohon kepada Allah supaya tidak mencelanya pada perkara yang tidak dimiliki olehnya dan tidak termampu baginya untuk melakukan.
Hal sebegini disedari dengan baik oleh para sahabat. Dalam suatu kisah yang melibatkan Sayyidina Umar sendiri diceritakan bahawa telah datang kepadanya seorang lelaki dan berkata: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya aku telah melihat seorang perempuan lalu aku jatuh cinta kepadanya”. Lalu Sayyidina Umar Bin Khattab berkata: “Itu adalah perkara yang tidak mampu dikawal”. Rujuk Al-Jawab Al-Kafi oleh Ibnul Qayyim, m/s 164, cetakan Darul Kutubil Ilmiyyah.
Hal ini berlaku kerana sememangnya manusia itu akan mudah jatuh cinta kepada sesiapa yang berkongsi keserasian dengannya, bak sabda Nabi dalam sebuah hadith:
الأرواح جنود مجندة فما تعارف منها ائتلف وما تناكر منها اختلف. أخرجه البخارى (3/1213، رقم 3158).
Maksudnya: (Roh-roh itu adalah ibarat tentera yang saling berpasangan, mana-mana roh yang secocok maka roh-roh itu akan bersatu, mana-mana roh yang tak secocok maka roh-roh itu akan berselisih). Dikeluarkan oleh Imam Bukhari (3/1213, no 3158).
CONTOH-CONTOH KEKELIRUAN
1) "Astaghfirullahalazim! Apa yang telah aku lakukan? Bukankah berhubung dengan berlainan mahram sehingga membibitkan perasaan cinta itu HARAM berdosa"
Komen saya: Alangkah jahilnya. Bagaimana mungkin perasaan cinta yang timbul dalam hati itu dianggap haram dan berdosa???
2) Zinanya hati ini berlaku apabila hati kita menginginkan sesuatu yang haram bagi kita secara berlebih-lebihan. Sebagai contoh, keinginan itu seperti ingin dirindui, dicintai, dibelai, mengingati si dia lebih daripada kita mengingati Tuhan.
Komen saya: Masih gagal memahami maksud zina hati dengan baik. Yang pertama katanya zina hati adalah: Menginginkan perkara haram secara berlebihan. Kalau begitu, menginginkan perkara haram secara tak berlebihan tu kira oklah ya???
Yang kedua, contoh yang diberikan itu satu pun tidak termasuk dalam zina hati, hal-hal itu bukan termasuk dalam bab zina hati, tetapi termasuk dalam bab lagho dan melakukan perkara yang harus dengan berlebihan.
3) Seorang lelaki teringatkan perempuan, itu zina hati kan? Saya pun kurang jelas dgn konsep zina hati ni. Jadi maknanye kalau teringat saja kat bukan mahram kite tu dah kira zina ya? Satu lagi, lelaki tersebut sahaja yg berdosa atau pun keduanya?
Komen saya: Lelaki ingatkan perempuan itu zina hati? Perempuan ingatkan lelaki zina hati? Heheh… luasnya skop. Kalau macam tu, lelaki lepas ni janganlah ingat kepada ustazah kat sekolah, perempuan pula jangan ingatkan ustaz kat sekolah. Itu semua zina hati tu, berdosa tau tak…hehe. Come on lah, sudahlah maksud zina hati itu pun tak faham, mudah-mudah sahaja memberi pandangan.
Adapun soal siapa yang berdosa dalam hal ini, jawabnya tiada sesiapa yang berdosa baik lelaki mahupun perempuan kerana itu bukan zina hati.
4) Saya ada kemusykilan di sini. Seandainya pasangan ini sudah berniat untuk berkahwin, adakah rindu antara mreka juga dikatakan zina hati?
Maka menjawablah seorang ustazah: “Yap!! selagi belum berkahwin”.
Komen saya: Soalannya bagus. Tetapi jawapan yang diberikan oleh ustazah itu cukup mengecewakan. Ustazah, tolonglah fahami maksud zina hati itu dengan baik sebelum memberikan jawapan. Boleh ustazah?
5) Dalam tak sedar, kita boleh melakukan zina. Benda yang kita tak nampak, tapi dosa besar. Dalam diam, kita dah lakukan zina. Bukan dari luaran, tapi dalaman. Astghfirullahala'zim. Kita sekarang terlalu terdedah dengan benda-benda yang lagho. Lupa mengingati Allah.
Komen saya: Dosa besar??? Sejak bila pula zina tangan, kaki, mata, mulut, hati itu tergolong dalam dosa besar??? Telah saya jelaskan bahawa itu semua termasuk dalam kategori dosa kecil yang disebut sebagai Al-Lamam. Dosa sebegini terampun hanya dengan melakukan perkara kebaikan biasa seperti berwudhuk, solat, zikir dan sebagainya lagi tanpa memerlukan taubat khusus.
Soal lagho dan lupa mengingati Allah itu soal lain. Kalau nak bercerita tentang lupa mengingati Allah ni, semua manusia tidak terlepas termasuklah para sahabat Nabi terdahulu kerana kita adalah manusia bukan malaikat. Cubalah menjadi manusia yang baik, jangan cuba menjadi malaikat.
Seorang sahabat Nabi bernama Hanzalah mengadu kepada Nabi dengan berkata: “Wahai Nabi, sesungguhnya Hanzalah telah menjadi munafiq”. Nabi berkata: (Apa maksudmu?). Kata Hanzalah: “Apabila kami berada bersama Kamu, kami ingat kepada Akhirat, tetapi apabila kami pulang bersama keluarga, anak-anak, dan harta kami, kami banyak lupa”. Sabda Nabi: (Demi Allah yang diriku dalam kekuasaanNya, kalau kamu terus kekal seperti hal kamu ketika bersamaku, nescaya malaikat akan berjabat tangan dengan kamu di bilik kamu dan jalan-jalan. Tetapi Hanzalah, ada masa masanya). Riwayat Imam Muslim (8/95, no 4937)
6) Jika kita rindu seseorang ajnabi kerana kita memang couple dengan dia, tak kiralah berjumpa atau tidak, itu dikira zina hati. Kalau tak couple, tapi mungkin minat, dan lama-lama jadi rindu jika tak berjumpa, pada mulanya fitrah, tetapi apabila tak dikawal, dielak, tak mujahadah, itu boleh menjadi zina hati.
Komen saya: Pulak dah, ada beza pula ya antara yang bercouple dengan tak bercouple. Jawapan yang langsung tiada asas ilmu, sekadar mengagak-agak.
7) Saya selalu digosip kawan-kawan dengan seseorang, bila nama orang tu disebut-sebut, saya akan teringat kepada dia dan ini menyebabkan saya terpalit dengan dosa zina hati kerana mengingati seseorang yang bukan mahram dengan saya. Astaghfirullah, moga-moga Allah mengampuni dosa saya.
Komen saya: Oh ya ke, kalau begitu lepas ni janganlah ingat langsung kepada sesiapa yang bukan mahram anda. Sepupu anda, cikgu anda, pak guard sekolah anda, perdana menteri Negara anda, kerana itu semua bukan mahram anda tu. Zina hati tu… Hai, mudah-mudah saja membuat hukum ya.
8) Nak tanya sekejap. Zina hati tu dikira apabila kita teringat seseorang yg berlainan jantina untuk seketika atau teringat selalu hingga termenung?
Menjawablah seorang rakannya: “Teringat seketika atau selalu tetap salah. Sebab kita ni kena selalu ingat kepada ALLAH”.
Komen saya: Hohohoho…I’m speechless. Tak sangka, ada juga jawapan sebegini. Teringat seketika pun tak boleh ya, kena selalu ingat Allah sepanjang masa 100 peratus ya. Macam tu sahabat Nabi pun kalah dengan awak. Hebat betul awak ya, sama taraf dengan malaikat.
Dalam Al-Qur’an pun Allah tak suruh kita ingat kepadaNya sentiasa kerana itu adalah perkara yang mustahil dan ulama menyebut bahawa Allah tidak sekali-kali membebankan manusia dengan perkara yang mustahil untuk dilakukan.
Sebab itu, Allah hanya menyuruh kita supaya banyak ingat kepadaNya, bukan selalu ingat kepadaNya. Firman Allah dalam Surah Al-Ahzab, ayat ke-41:
((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً))
Maksudnya: ((Wahai orang-orang yang beriman, ingatilah Allah dengan ingatan yang banyak)).
9) Sekarang ni saya tengah buntu. Saya sekarang bercinta dengan seseorang. Tapi kami mahukan perhubungan kami diredhai Allah. Tetapi baru-baru ni saya ada baca nota yang mengatakan bercinta adalah haram dalam Islam. Betul ke? bercinta juga mendekatkan diri kepada zina iaitu zina hati. merindui dan mengingati antara satu sama lain. Jadi, apakah yg perlu saya buat?
Maka berfatwalah seorang rakannya: “Bercinta tu memang haram. Bila dah bercinta kita selalu rindu, kadang-kadang ingat kat dia dan macam-macam lagi. Itulah yang dinamakan zina hati. Sebab itu, bercintalah selepas kawin.
Komen saya: Sama juga masalah dengan mereka yang sebelum ni. Keliru dengan maksud bercinta, lepas tu tak memahami erti zina hati.
Adapun soal bercinta sebelum atau selepas kahwin, kalau dimaksudkan dengan perasaan cinta, maka bagi saya perasaan cinta itu perlu ada sebelum kahwin bukan selepas kahwin, manakala aktiviti percintaan itulah yang dilakukan selepas kahwin. Sebab itu Nabi menyuruh sahabatnya kalau nak melamar perempuan tu tengok dulu, supaya timbul perasaan cinta dalam hati. Kalau setelah melihat tapi tidak timbul rasa cinta dan berkenan tu, maka cari yang lain.
9) Bagi saya memang zina hati susah utk dihindari terutama zaman sekarang. Lebih-lebih lagi zaman teknologi sekarang. Walaupun dengan bermesej, boleh diragukan kita buat zina tangan. Itu zina tangan, kalau dah zina luaran, macam mana pula dalaman?
Komen saya: Astaghfirullah, pandangan yang penuh dengan ta’annut dan tasyaddud. Gagal dalam memahami maksud zina hati dan zina kecil yang lain. Bermesej di telefon itu zina tangan?? Kalau anda bermesej mengajak kepada persetubuhan, semestinya itu zina tangan, tapi kalau sekadar bertegur sapa pun nak dilabelkan sebagai zina, maka anda tersasar jauh.
Memang berhubung antara lelaki dan perempuan hanya perlu apabila ada keperluan. Tapi kalau tiada keperluan dan sekadar menggatal, tidak boleh sewenang-wenangnya dengan mudah mengkategorikan hal itu dalam bab zina tangan tetapi dikategorikan dalam bab buat perkara lagho tak berfaedah.
Sudahlah gagal memahami maksud zina-zina kecil tu, gagal pula membezakan antara mereka yang melakukan zina kecil dengan mereka yang melakukan perkara-perkara lagho tak berfaedah.
10) Zina hati sebenarnya apabila kita mengingati seseorang secara berlebih-lebihan.
Komen saya: Fahaman yang juga tersasar.
11) Macam mana kalau teringatkan lelaki yang kita hanya pernah berjumpa dengannya dalam mimpi, tapi kita tak kenal pun kat alam nyata ni, kira zina hati juga ke?
Komen saya: Lihat bagaimana kegagalan memahami maksud zina hati menyebabkan timbulnya soalan-soalan yang tak sepatutnya timbul.
12) Saya pun ada juga zina hati ni kerana teringatkan kawan lelaki. Nak buat macam mana nobody's perfect except our prophet. Tapi macam yang dah dinasihatkan oleh rakan supaya bila teringatkan seseorang (si dia) kita hendaklah membaca Al-fatihah supaya kita ingat dia kerana Allah.
Komen saya: Gagal dalam memahami zina hati dan mengenal pasti penyakit sebenar, kemudian cuba mereka-reka ubat sendiri. Baca Al-fatihah supaya kita ingat dia kerana Allah??? Hehe…lucu juga dengan petua yang diberikan.
13) Memang susah nak hindari zina hati. Susah sangat. Apabila teringatkan si dia, susah nak lupakan. Tapi nak tanya ni, apa dosanya kalau kita buat orang lain zina hati? Contohnya: Kita buat orang lain berkenan kat kita.
Komen saya: Masih juga tak faham-faham dengan maksud zina hati.
14) Zina hati yang paling ketara dalam jiwa remaja zaman sekarang adalah kamu merindui si dia, kamu sentiasa terbayang si dia, kamu tak dating, tak jumpa dgn si dia, tak keluar makan-makan, tapi kamu masih terbayang pada si dia. Bukti yang paling ketara, inbox kamu penuh dgn mesej si dia. Bayangkan sahaja, seorang remaja yg cukup komited dgn dakwah tetapi mereka bercinta. Bayangkan presiden BADAR kat sekolah bercinta. Ya Allah! tak dating, tak keluar makan-makan, tak berutus surat, tapi saling berbalas mesej dengan beralasankan "Eh takpe, aku hantar mesej pasal hadis la kat dia. Saling nasihat menasihati". Astaghfirullah, itulah contoh-contoh zina hati. Nama pun hati, mesti la dalam hati. Betul tak?
Komen saya: Tak betul langsung. Saudara, itu tidak termasuk dalam bab zina hati. Itu gedik dan mengada-ngada termasuk dalam bab buat perkara-perkara tak berfaedah atau lagha. Saya lebih suka mengistilahkan percintaan sebegitu sebagai percintaan yang “poyo”. Percintaan pra-matang remaja baru nak up.
Sabda Nabi: (Antara keelokan Islam seseorang itu, dia meninggalkan apa yang tak patut baginya). Diriwayatkan oleh Imam Tirmizi (4/558, no 2317) dan dia berkata: Gharib. Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2/1315, no 3976) dan Ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya (1/466, no 229).
14) Sebenarnya, saya ada satu soalan. Begini, seorang lelaki amat menyayangi seorang perempuan bukan mahram ini, tetapi dia tidak merinduinya. Adakah ini tergolong dalam zina hati juga? Sebab saya masih tak berapa jelas dengan maksud zina hati.
Komen saya: Apabila gagal untuk memahami zina hati dengan baik, kemudian dimomokkan pula dengan fahaman-fahaman yang salah tentang zina hati, maka diri sendiri mencari jalan keluar dengan mereka-reka perkara yang tak masuk akal. Seorang kekasih menyintai kekasihnya, tetapi mereka tidak rindu, adakah ini juga termasuk dalam zina hati? Ahaha…
Tolonglah fahami maksud zina hati itu dengan baik, perasaan cinta antara kekasih dengan kekasihnya tidak dikira zina hati, juga perasaan rindu. Kalaupun perasaan cinta dan rindu itu melampaui batas, itu tidak termasuk dalam bab zina hati, itu termasuk dalam bab berlebih-lebih dalam perkara-perkara yang harus. Yang menjadi zina hati adalah perasaan atau keinginan hati untuk melakukan dosa zina iaitu bersetubuh dengan kekasih tersebut. Faham!!!
15) Saya takut diri saya terjebak dengan “zina hati” apabila saya teringat pasal si dia. Biasanya, saya akan membayangkan saat-saat kami berjumpa, kata-kata dia dan kadang-kadang saya macam berangan-angan berumah tangga dengan dia. Selalu terbayang dalam fikiran saya, kehidupan kami sebagai suami isteri contohnya, saya masak untuk dia, bermesra dengan anak-anak dan sebagainya. Itu memang selalu saya fikirkan. Adakah itu salah satu dari “zina hati”? Saya juga tak boleh kawal perasaan rindu setelah kami berjauhan. Perasaan tu la yang buat saya lalai sedikit sebanyak. Saya cuba tenangkan fikiran saya dengan solat sunat, baca Al-Quran tapi tu tak kekal lama.
Komen saya: Amboi-amboi, jauhnya akak berkhayal. Itu bukan zina hati tu kak, itu angau namanya. A N G A U: Angau. Parah benar nampaknya tu. Walaupun bukan termasuk dalam zina hati, tetapi eloklah dielakkan perkara-perkara lagho sebegitu, sibukkan diri dengan perkara-perkara berfaedah, jangan sampai terbuang masa kerana berkhayal.
16) Saya telah mengambil keputusan meninggalkan pasangan saya kerana saya tahu ianya sesuatu yang bertentangan dengan Islam. Dan alhamdulillah saya juga telah mengambil langkah dengan bernikah dengan seorang gadis melalui cara yang lebih baik iaitu melalui pernikahan secara Islamik.
Komen saya: Astaghfirullah, bercinta dengan seorang gadis, kemudian merasakan perkara itu sebagai salah lalu memutuskan hubungan. Kemudian mengambil langkah penyelesaian dengan berkahwin dengan gadis lain?
Mengapalah “terlampau cerdik” sampai ke tahap ini??? Kalaupun anda merasakan hubungan anda itu salah dan berdosa, apa yang anda perlu lakukan adalah bertaubat daripada dosa dan membaiki dosa tersebut.
Firman Allah dalam Surah Al-Ma’idah, ayat ke-39.
((فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ))
Maksudnya: ((Sesiapa yang bertaubat selepas kezaliman yang dilakukan dan membaiki kesilapannya maka sesungguhnya Allah akan mengampunkan dosa ke atasnya)).
Seorang pencuri, apabila sedar dan insaf atas dosa yang dibuat, maka dia perlu bertaubat daripada dosa mencuri tersebut, dan membaiki dosa tersebut dengan memulangkan kembali segala barang-barang yang dicuri.
Seorang lelaki yang bercinta dengan seorang perempuan sehingga terjebak ke dalam perkara-perkara dosa, apabila sedar dan insaf perlulah bertaubat daripada dosa yang dilakukan, dan membaiki dosa tersebut. Bagaimana untuk membaiki dosa tersebut? Iaitulah dengan mengahwini perempuan itu.
Bukannya dengan memutuskan hubungan dan kemudian berkahwin dengan perempuan lain. Mengapa mahu berkahwin dengan perempuan lain sedangkan si dia ada dan masih menyimpan cintanya terhadap kamu?
Adakah pada pandangan anda perempuan itu tidak layak diperisterikan kerana sudah ternoda? Ooo, kiranya kamu bersihlah tiada noda? Siapa yang menodainya? Kamu juga. Kononnya nak mencari yang suci bersih walhal diri sendiri terpalit dengan kekotoran. Jenis manusia yang tak sedar diri.
17) Ana dulu pun couple gak. Sejak sekolah sampai dah masuk universiti, dekat nak gred. Tapi apabila ana sedar apa yang ana buat ni salah, ana terus tinggalkan walhal ana siap dah fikir, dialah bakal isteri ana, yang akan jadi ibu kepada anak-anak ana.
Komen saya: Ke’tidak cerdikan’ yang sama berulang. Anda dah punya niat suci untuk memperisterikannya, kemudian memutuskan hubungan itu setelah merasakan hubungan itu salah pada pandangan anda.
Sepatutnya, baikilah apa yang anda rasakan salah itu dan teruskan niat suci anda untuk memperisterikannya. Semudah itu pun masih tak faham? Mengapa masih juga mengambil tindakan yang tak cerdik?
MANHAJ DALAM MEMAHAMI AGAMA
Tidak dinafikan, adakalanya mereka yang baru menceburkan diri dalam bidang dakwah atau mereka yang baru menemui jalan keinsafan, mereka mempunyai semangat yang meluap-luap berjuang untuk Islam. Tapi masalahanya semangat yang meluap-luap tanpa latar belakang ilmu yang kuat boleh menyebabkan perjuangan yang dibawa itu merosakkan lebih daripada membaiki.
Semua tak boleh, itu zina, ini zina, itu haram, ini haram sehingga menyempitkan ajaran Islam yang luas dan membesar-besarkan perkara lebih daripada skop asalnya.
Walhal manhaj dakwah yang sebenarnya adalah manhaj berasaskan وسطية /wasatiyyah (pertengahan). Tidak dinafikan, kalau orang itu dilihat mempermudah-mudahkan urusan agama maka kita perlu memberikan peringatan keras kepada mereka. Sebaliknya pula kalau orang itu dilihat terlalu memayah-mayahkan agama maka kita perlu memudahkannya bagi mereka. Namun, semua itu perlu dilakukan atas dasar ilmu. Bukan sewenang-wenangnya.
Sebagai contoh, apabila wujud sebahagian daripada sahabat Nabi mempermudah-mudahkan urusan berwudhuk sehingga tidak meratakan air ke tempat-tempat yang sepatutnya, maka Nabi memberikan amaran keras kepada mereka berupa seksaan api neraka.
Sebaliknya apabila ada pula sebahagian sahabat yang memayah-mayahkan urusan berwudhuk sehingga membasuh anggota wudhuk secara berlebihan, maka Nabi berkata bahawa basuhan wudhuk itu hanya tiga kali. Andainya masih wujud keraguan dalam hati tidak rata, maka usah dilayan, itu hanya was-was syaitan.
Caranya adalah bersikap keras kepada mereka yang nampak mempermudah-mudahkan agama, dan bermudah-mudah bagi mereka yang nampak memayah-mayahkan agama. Tetapi perlu diletakkan dalam kepala bahawa tujuan akhirnya adalah supaya kedua-dua golongan tersebut kembali kepada kesederhanaan dalam beragama.
Kata Imam Syatibi: Andai kamu melihat kepada keseluruhan syariat maka engkau akan dapati syariat itu cenderung kepada pertengahan. Andai kamu melihat ada kecenderungan kepada sisi terlampau memudahkan atau sisi terlampau menyusahkan maka itu bagi berhadapan dengan lawannya daripada sisi lain.
Sisi memayahkan (kebanyakannya pada menakutkan, menggerunkan, melarang) didatangkan bagi berdepan dengan mereka yang cenderung mempermudahkan agama.
Sisi memudahkan (kebanyakannya pada pengharapan, galakan, dan rukhsah kemudahan) didatangkan bagi mereka yang cenderung memayahkan agama.
Kalau tiada masalah pada kedua-duanya maka aku melihat pertengahan itu lebih utama, dan jalan kesederhanaan itu jelas, dan itulah kaedah asal yang menjadi rujukan dan pusat yang menjadi tempat pergantungan”. (Rujuk Kitab Al-Muwafaqat oleh Imam Syatibi, jilid 2 , m/s 286, cetakan Dar Ibni Affan)
Janganlah terlampau mempermudahkan dan jangan terlampau menyusahkan. Ambil jalan pertengahan. Untuk pesakit darah tinggi, berikan ubat yang menurunkan kadar tekanan darahnya kepada kadar tekanan normal. Pesakit darah rendah pula, berikan ubat yang meninggikan kadar tekanan darahnya kepada kadar tekanan tahap normal. Apa yang penting adalah memastikan kenormalan tekanan darahnya.
Akhir kata, semoga segala penjelasan itu dapat dicerna dengan baik. Andai timbul sebarang persoalan tak faham lagi berkenaan zina hati, maka bak kata rakan saya: “Sila hantukkan kepala anda ke dinding”….hehe sekadar bergurau. Jangan lagi membesarkan isu lebih daripada skop yang sepatutnya.
Sememangnya muhasabah diri sama ada terpalit dengan dosa atau tidak itu memang sesuatu yang bagus. Tapi men’dosa’kan diri dengan perkara yang bukan dosa itu bukan daripada ajaran agama, itu adalah ta’annut dan tasyaddud yang ditegah dalam beragama.
Islam tidak datang untuk menjadi musuh kepada naluri dan perasaan manusia tetapi untuk memberikan pedoman dan tunjuk ajar supaya manusia dapat mengawal naluri dan perasaannya ke arah kebaikan. Dengan itu dapatlah kita menjadi manusia yang baik bukan menjadi malaikat yang baik.
Sekian,terima kasih.
Wallahua'alam.
Semoga bermanfaat untuk sahabat-sahabatku.
Perkongsian dari sebuah blogger.
“Itulah dulu pun saya ada kekasih, dan kami saling cinta menyintai dan merancang untuk berkahwin apabila sampai masanya, tapi apabila saya tahu hubungan saya dengan dia tu menyebabkan saya dan dia terjebak dengan zina hati maka saya putuskan”
Seringkali saya mendengar kata-kata seperti itu keluar melalui kata-kata atau tulisan daripada mereka yang melibatkan diri dengan gerak kerja persatuan-persatuan Islam atau kerja-kerja dakwah remaja.
Pada mulanya saya buat tak kisah atau dengan kata lain buat tak pot kerana saya menganggap kes-kes itu sebagai kes terpencil yang biasanya berlaku di zaman sekolah menengah. Biasalah tu budak-budak sekolah yang baru dalam proses pra-matang kepada matang, baru nak up orang kata, pedulikanlah.
Tapi apabila ada pelajar di peringkat universiti yang mengeluarkan kenyataan-kenyataan mirip sebegitu, saya mula tertanya-tanya dan bersyak wasangka, “eh takkanlah pelajar universiti yang bakal keluar sebagai pemimpin masyarakat pun tak faham-faham lagi, mustahillah”.
Tapi ternyata, sangkaan saya itu meleset sama sekali. Mimpi buruk melanda diri setelah melancong ke laman-laman web internet yang mempromosikan keislamikkan mereka. Saya terkejut apabila mendapati ketempangan yang cukup serius dalam memahami apa yang diistilahkan sebagai zina hati.
MAKSUD ZINA HATI DAN ZINA KECIL YANG LAIN
Sabda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam:
(إِنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُ، وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ وَيُكَذِّبُهُ). رواه البخارى (6/2438، رقم 6238)، ومسلم (4/2046، رقم 2657)، وأبو داود (2/246، رقم 2152)، والبيهقى فى شعب الإيمان (4/365، رقم 5428).
وفي رواية مسلم: (كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ).Maksudnya: (Sesungguhnya Allah mencatatkan bahagian zina yang tidak dapat tidak berlaku ke atas anak-anak Adam. Zina mata itu adalah pandangan, zina lidah itu adalah ucapan, nafsu mengharap dan berkeinginan, dan kemaluan itu mengiyakan atau mendustakannya). Hadith riwayat Bukhari (6/2438, no 6238), Muslim (4/2046, no 2657), Abu Daud (2/246, no 2152), dan Imam Baihaqi dalam Shu’ab Iman (4/365, no 5428).
Dan dalam riwayat Imam Muslim: (Sesungguhnya Allah mencatatkan bahagian zina yang tidak dapat tidak berlaku ke atas anak-anak Adam. Mata itu zinanya pandangan, telinga itu zinanya mendengar, lidah itu zinanya ucapan, tangan itu zina melakukan kekerasan, kaki itu zinanya langkah, dan hati itu mengharap dan berkeinginan, dan mengiyakannya kemaluan atau mendustakannya)
Hadith pertama menggunakan istilah zina nafsu, manakala hadith yang kedua pula menggunakan istilah zina hati. Hadith inilah yang menjadi hujah tentang wujudnya zina yang dinamakan dengan zina hati dan tidak syak lagi hadithnya adalah hadith yang sahih.
Tidak dipertikaikan kewujudan istilah zina hati dan asasnya dalam Islam, tetapi apa yang dipertikaikan adalah kegagalan ramai daripada kalangan mereka yang bercakap tentangnya untuk mengupasnya secara ilmiyyah sehingga adakalanya membuatkan remaja dan pemuda salah faham yang seterusnya menyebabkan berlakunya pemikiran yang tempang dalam beragama.
Apakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan zina hati? Adakah jatuh cinta kepada seseorang itu dianggap zina hati? Adakah teringatkan seseorang itu zina hati? Mungkin sebahagian daripada kita akan menjawab: “Ya, itulah zina hati”. Apabila ditanya lagi mengapa itu zina hati? Jawab mereka: “Kerana kita mengingati seseorang yang ajnabi (bukan mahram) yang tidak halal buat kita”!!!
Kalau anda meletakkan sebab pengharamannya adalah kerana dia ajnabi tidak halal bagi kita, bagaimana anda mahu menafsirkan firman Allah dalam Al-Qur’an tentang Sahabat Nabi yang teringatkan perempuan ajnabiyyah yang tidak halal buatnya?
Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah, ayat ke-235:
عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ سَتَذْكُرُونَهُنَّ وَلَكِنْ لا تُوَاعِدُوهُنَّ سِرّاً إِلَّا أَنْ تَقُولُوا قَوْلاً مَعْرُوفاً
Dalam ayat ini dan ayat sebelumnya, menceritakan tentang عدة / iddah (tempoh suci) perempuan yang bercerai dengan suaminya. Kemudian ada lelaki ajnabi yang mengintai-intai peluang untuk melamar perempuan ini. Lalu Allah berfirman ((Allah Maha Mengetahui bahawa kamu akan mengingati perempuan tersebut, tetapi jangan kamu berjumpa dengan perempuan itu secara rahsia kecuali dengan berkata-kata perkara yang baik.
Syed Qutb dalam tafsirnya berkata: “Dan Allah telah mengharuskannya kerana itu berkaitan dengan kecenderungan fitrah yang halal pada asalnya, harus pada zatnya … dan Islam itu tidak menghancurkan kecenderungan fitrah tetapi membajainya, dan tidak menekan naluri kemanusiaan tetapi mengawalnya. (Rujuk Fi zilali Qur’an oleh Syed Qutb, jilid 1, m/s 238).
Bukankah perempuan yang baru berpisah dengan suaminya merupakan perempuan ajnabiyyah kepada lelaki lain yang mahu melamarnya??? Tapi mengapa Allah langsung tidak mengatakan kepada lelaki ajnabi itu tak boleh mengingati perempuan tetapi hanya berpada dengan berkata (Allah Maha Mengetahui bahawa kamu akan mengingati perempuan tersebut tetapi jangan kamu berjumpa dengan dia secara rahsia).
Justeru apa yang dapat difahamai daripada ayat tersebut adalah: Tiada masalah dalam mengingati perempuan tersebut, tapi jangan fikir nak buat yang bukan-bukan yang bertentangan dengan syarak’. Itulah apa yang sepatutnya difahami daripada firman Allah tersebut.
Kalau mengingati perempuan yang ajnabiyyah itu zina hati, tentunya Allah melarang para sahabat daripada mengingati perempuan, tetapi Allah sendiri tidak melarang bahkan memberi izin.
Justeru, yang dimaksudkan dengan zina hati itu adalah hati yang menaruh niat untuk berzina, menikmati hubungan persetubuhan luar nikah. Itu yang dimaksudkan dengan zina hati. Rujuk kembali konteks hadith berkaitan zina hati secara keseluruhan. Tidakkah di pengakhiran hadith tersebut Nabi ada menyebut:
وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ وَيُكَذِّبُهُ
Maksudnya: (dan kemaluan itu mengiyakan atau mendustakannya). Bermakna semua perkara daripada tangan, kaki, telinga, mata, lidah, hati yang menuju ke arah persetubuhan haram barulah dipanggil dengan zina. Sebab itu disebut di pengakhiran hadith (Kemaluan itu yang akan menentukan berlaku atau tidak berlakunya zina).
Sebab itu Ibnu Mas’ud menambah dengan katanya:
"فإن صدقه بفرجه كان زانيا وإلا فهو اللمم" أخرجه البيهقي في شعب الإيمان (5/393، رقم 7060
Maksudnya: “Jika dia mengiyakannya (kehendak berzina) dengan kemaluannya maka dia menjadi penzina, jika tidak maka itu adalah Al-Lamam (dosa kecil)”. Dikeluarkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya Shu’abul Iman (5/393, no 7060).
Jadi, zina kecil yang disebutkan itu adalah yang mengarah pada hubungan kelamin luar nikah. Oleh itu, melihat bukan mahram bukanlah serta-merta boleh digolongkan sebagai zina mata. Yang tergolong “zina mata” adalah pandangan yang menggoda dan penuh syahwat.
Dengan itu juga, menyampaikan kata-kata mesra kepada bukan mahram bukanlah semestinya tergolong sebagai “zina lisan”. Yang tergolong sebagai “zina lisan” adalah kata-kata pujuk rayu dan godaan kepada nafsu berahi.
Begitu juga halnya dalam masalah mengingati atau merindukan si dia atau pun merasakan getaran di hati ketika memikirkan si dia, bukanlah serta merta boleh tergolong sebagai “zina hati”. Pengertian “zina hati” adalah mengharap dan menginginkan kepada persetubuhan luar nikah sebagai memenuhi syahwat.
EKSTREMIS DI DALAM ISU ZINA HATI
“Melihat perempuan itu haram”
“Mendengar suara perempuan itu haram”
“Mengingati bayangan perempuan itu haram”
“Semua itu adalah zina”
Biasa mendengar klausa-klausa kata sebegitu?...hehe. Banyak kali dengar kan? Mungkin agaknya mereka mahu menjadikan perempuan itu sebagai makhluk haram di atas planet bumi ini, dan bagi perempuan pula mereka mahu menjadikan makhluk lelaki sebagai makhluk haram di atas planet bumi ini.
Sampai begitu sekalikah pandangan anda tentang pengharaman segala yang datang daripada perempuan atau segala yang datang daripada lelaki? Sedangkan khinzir pun tidak sampai ke tahap itu diharamkan dalam Al-Qur’an. Yang hanya diharamkan adalah makan dagingnya sahaja.
Apakah sebenarnya pengharaman dalam masalah perhubungan antara lelaki dan perempuan? Adakah perempuan itu haram semata-mata kerana dirinya حرام لذاته / haram lizatihi, atau haram kerana perkara luaran lain حرام لغيره / haram lighairihi?
Melihat perempuan itu haram sebab apa? Adakah semata-mata pandangan kepada perempuan itu haram atau pandangan itu haram disebabkan unsur luaran lain?
Tentunya pandangan yang diharamkan adalah pandangan yang disertai dengan syahwat, pandangan yang menggoda dan bernafsu. Itulah sebab kepada pengharaman pandangan bukan semata-mata kerana pandangan biasa.
Suara perempuan itu haram sebab apa? Adakah semata-mata suara kepada perempuan itu haram atau suara itu haram disebabkan unsur luaran lain?
Tentunya suara yang diharamkan adalah suara yang dilunakkan untuk menarik perhatian, suara manja mendodoi, suara-suara gedik. Suara sebegitulah yang diharamkan bukan semata-mata suara biasa.
Mengingati perempuan itu? Adakah semata-mata ingat kepada perempuan itu haram atau ingatan itu haram disebabkan unsur luaran lain?
Tentunya ingatan yang diharamkan adalah ingatan yang membayangkan keseksian susuk tubuh perempuan, membayangkan untuk bersetubuh dengan perempuan dan bayangan yang membangkitkan berahi. Ingatan dan bayangan sebegitulah yang diharamkan bukan semata-mata ingatan biasa.
Itulah hal-hal yang dipanggil zina kecil. Pengakhiran yang menentukannya adalah kemaluannya sama ada menjebakkannya ke kancah perzinaan hakiki atau tidak.
SEJAUH MANA DOSA ZINA TANGAN, KAKI, TELINGA, MATA, LIDAH, HATI?
Ibnu Mas’ud mengatakan bahawa:
"فإن صدقه بفرجه كان زانيا وإلا فهو اللمم" أخرجه البيهقي في شعب الإيمان (5/393، رقم 7060
Maksudnya: “Jika dia mengiyakannya (kehendak berzina) dengan kemaluannya maka dia menjadi penzina, jika tidak maka itu adalah Al-Lamam (dosa kecil)”. Dikeluarkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya Shu’abul Iman (5/393, no 7060).
Kata Ibnu Abbas pula:
"مَا رَأَيْتُ شَيْئًا أَشْبَهَ بِاللَّمَمِ مِمَّا قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنْ الزِّنَا أَدْرَكَهُ لَا مَحَالَةَ وَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ وَزِنَا اللِّسَانِ النُّطْقُ وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ)". رواه البخاري (8/67، رقم 5774) ومسلم (8/52، رقم 4801).
“Aku tidak melihat sesuatu yang lebih menyerupai Al-Lamam itu kecuali daripada kata-kata Abu Hurairah daripada Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam (Sesungguhnya Allah mencatatkan bahagian zina yang tidak dapat tidak berlaku ke atas anak-anak Adam. Zina mata itu adalah pandangan, zina lidah itu adalah ucapan, nafsu mengharap dan berkeinginan, dan kemaluan itu mengiyakan atau mendustakannya)”. Riwayat Imam Bukhari (8/67, no 5774), dan Imam Muslim (8/52, no 4801).
Apa yang dimaksudkan dengan Al-Lamam??? Al-Lamam bermaksud dosa kecil yang tidak akan selamat daripadanya kecuali mereka yang dilindungi dan dijaga oleh Allah. Ibnu Mas’ud, Abu Said, Huzaifah, dan Masruq berpendapat bahawa: Al-Lamam itu ialah selain daripada bersetubuh, sama ada ciuman, sentuhan, pandangan, dan baringan. (Rujuk Tafsir Al-Qurthubi, jilid 17, m/s 106, cetakan Dar Alamil kutub).
Perkataan Al-Lamam ini disebut dalam firman Allah dalam Al-Qur’an, Surah An-Najm , ayat ke-32 :
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى
(31) الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ ......
Maksudnya: Dan bagi Allah segala yang di langit dan di bumi, supaya dia membalas mereka yang berbuat buruk dengan apa yang mereka kerjakan, dan membalas mereka yang baik dengan kebaikan. Mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perkara-perkara keji kecuali Al-lamam, Sesungguhnya Tuhan kamu Maha Luas keampunannya…
Contoh daripada hadith ini mungkin boleh membantu soal pengampunan dosa Al-Lamam:
نَّ رُجلا أصَابَ من امرأَةٍ قُبْلَة، فأتَى النبيَّ صلى الله عليه وسلم، فذكر ذلك له، فَنزلت ((وأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهارِ وَزُلَفا مِنَ اللَّيْلِ، إنَّ الْحَسَناتِ يُذْهِبْنَ السَيِّئاتِ ذلكَ ذِكْرى لِلذَّاكِرين)) [ هود : 116]. فقال الرجل : يا رسول اللّه، أَلِيَ هذه ؟ قال: «لمنْ عمل بها من أُمَّتي». أخرجه البخاري (1/140)، ومسلم (8/101).
Maksudnya: Seorang lelaki telah mencium seorang perempuan, lalu dia datang bertemu Nabi dan menceritakan perkara itu kepada Nabi”. Lalu turunlah ayat ((Dan dirikanlah solat pada sebahagian hari dan hujung malam, sesungguhnya kebaikan itu akan menghapuskan keburukan, itu adalah ingatan kepada mereka yang mengingati)) [Surah Hud, ayat ke-116]. Lalu lelaki tersebut berkata: “Wahai Rasulullah, adakah bagiku (sahaja) hal ini? Sabda Nabi: (Bahkan bagi orang melakukannya daripada umatku). Riwayat Imam Bukhari (1/140) dan Imam Muslim (8/101).
Lelaki tersebut telah melakukan zina kecil, iaitu mencium seorang perempuan bukan mahram. Bagaimana untuknya menghapuskan dosa zina kecil tersebut? Jawabnya adalah dengan berbuat kebaikan, insyaAllah kebaikan yang dibuat itu akan menghapuskan dosa yang dilakukan.
APA HUKUM BERCINTA?
Pertamanya, apa maksud bercinta itu? Adakah maksudnya memiliki dan berkongsi perasaan cinta antara lelaki dan perempuan? Atau maksudnya keluar berdua-duaan dan bermesra dengan jalan berpimpin tangan dan segala aktiviti lain?
Saya rasa semua bersetuju bahawa kalau maksudnya keluar berdua-duaan dan bermesra dengan jalan berpimpin tangan dan segala aktiviti lain maka saya kira semua daripada kita akan bersetuju tentang keharamannya.
Tetapi kalau maksudnya, memiliki dan berkongsi perasaan cinta antara lelaki dan perempuan, apakah juga termasuk dalam perkara yang haram? Apakah yang salahnya di situ? Mungkin ada yang akan menjawab, tak boleh, kerana bercinta sebelum kahwin itu akan mengundang dosa dengan melakukan perkara-perkara tak baik.
Baik kalau begitu, bercinta itu tidak haram pada asalnya tetapi bertukar menjadi haram kerana tidak mematuhi batas-batas yang dibenarkan. Pendek kata, pengharaman itu berlaku bukan pada perasaan tersebut tetapi pada perkara luar. Atau dengan bahasa usul Fiqhnya cinta itu bukannya حرام لذاته / haram lizatihi, tetapi bertukar menjadi حرام لغيره / haram lighairihi kerana perkara lain.
Bermakna selagi mana batas-batas pergaulannya terjaga maka cinta itu tiada sebab dan alasan untuk diharamkan.
Justeru, tidak sepatutnya wujud antara kita yang semudah-mudahnya mahu menghukum mereka yang menyimpan perasaan cinta antara satu sama lain itu sebagai haram kerana perasaan cinta itu adalah fitrah manusia yang suci. Hanya apabila batas-batas pergaulan dilanggar barulah hukumnya bertukar menjadi haram.
Makan daging lembu itu adalah halal, tetapi makan daging lembu yang dicuri adalah haram, bukan kerana daging itu, tetapi kerana masalah curi. Bagi menghalalkan kembali daging tersebut, bayar sahaja wang harga daging kepada tuan punyanya.
Begitu juga dengan cinta. Menyimpan dan berkongsi perasaan cinta dengan bukan mahram itu adalah satu perkara fitrah dan diharuskan dalam agama, tetapi apabila perasaan itu disertai dengan kehendak untuk persetubuhan haram (zina), maka diharamkan, bukan kerana perasaan tersebut tetapi kerana niat untuk persetubuhan haram tersebut. Justeru, bagi menghalalkan kembali hubungan cinta yang terjalin, perkara-perkara haram yang timbul perlu dibuang.
Memiliki dan berkongsi perasaan cinta ini yang halal ini diperakui oleh Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam dalam sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رجلاً قال: "يا رسول الله في حجري يتيمة قد خطبها رجل موسر ورجل معدم، فنحن نحب الموسر وهي تحب المعدم، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (لم نر للمتحابين غير النكاح)". أخرجه ابن ماجه (1/593، رقم 1847)، والطبرانى (11/17، رقم 10895)، والحاكم (2/174، رقم 2677) وقال: صحيح على شرط مسلم، والبيهقى (7/78، رقم 13231).
Maksudnya: Daripada Ibnu Abbas, bahawa seorang lelaki berkata kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, aku ada memelihara seorang anak yatim perempuan. Dia dilamar oleh orang kaya dan orang miskin. Kami suka kalau dia memilih yang kaya, tetapi dia cinta kepada yang miskin. Maka berkata Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam: (Kami tidak melihat perkara yang sesuai bagi orang yang saling menyintai itu kecuali kahwin)”. Hadith diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1/593, no 1874), At-Tabarani (11/17, no 10895), Al-Hakim (2/174, no 2677) dan berkata bahawa “hadith ini sahih mengikut syarat Imam Muslim”, dan Imam Baihaqi (7/78, no 13231).
Nabi langsung tidak mencela perasaan cinta yang dimiliki anak yatim perempuan tersebut sebelum berkahwin. Nabi hanya berkata bahawa perkara yang sesuai kepada orang yang saling menyintai itu adalah kahwin.
Hadith seterusnya berkenaan cinta Mughith kepada Barirah:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ زَوْجَ بَرِيرَةَ كَانَ عَبْدًا يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَطُوفُ خَلْفَهَا يَبْكِي وَدُمُوعُهُ تَسِيلُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعبَّاسٍ: يَا عَبَّاسُ، أَلَا تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيرَةَ وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا). فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (لَوْ رَاجَعْتِهِ). قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ تَأْمُرُنِي؟ قَالَ: (إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ) قَالَتْ: لَا حَاجَةَ لِي فِيهِ. أخرجه البخارى (5/2023، رقم 4979)، وأبوداود (2/270، رقم 2231)، والنسائى (8/245، رقم 5417)، وابن ماجه (1/671، رقم 2075)، وأخرجه أيضًا ابن حبان (10/96، رقم 4273).
Maksudnya: Daripada Ibnu Abbas (dia berkata): “(Bekas) Suami Barirah adalah seorang hamba dipanggil Mughith. Seolah-olah aku melihatnya sekarang mengekori belakang Barirah dengan bercucuran air mata atas janggutnya. Nabi lalu berkata kepada Abbas: (Wahai Abbas, tidakkah engkau takjub dengan kecintaan Mughitgh kepada Barirah, dan kebencian Barirah kepada Mughith?. Kata Nabi kepada Barirah: (Kalaulah kamu dapat kembali kepadanya). Barirah lalu berkata: “Wahai Rasulullah, adakah kamu memerintahkan aku? Nabi berkata: (Aku hanya menjadi juru runding). Barirah berkata: “Aku tak punya hajat pada Mughith”. Hadith riwayat Imam Bukhari (5/2023, no 4979), Abu Daud (2/270, no 2231), Imam An-Nasa’I (8/245, no 5417), Ibnu Majah (1/671, no 2075), juga Ibnu Hibban (10/96, no 4273).
Apa yang dapat difahami daripada hadith ini adalah:
1) Nabi tidak pernah melarang Mughith daripada terus mencintai Barirah walaupun Barirah telah menjadi ajnabiyyah buatnya.
2) Nabi bahkan mengambil inisiatif bagi melihat cinta itu berjaya dengan memujuk Barirah supaya kembali kepada Mughith, tetapi apakan daya Barirah tetap menolak.
3)Nabi tidak memberikan sebarang komen terhadap Mughith yang setia mengekori Barirah untuk memujuknya. Bahkan Nabi bersabda kepada Abbas: (Tidakkah engkau takjub dengan kecintaan Mughitgh kepada Barirah, dan kebencian Barirah kepada Mughith?)
Lihat bagaimana ajaran Islam yang bersifat sesuai dengan realiti kehidupan berdepan dengan masalah manusia. Sayangnya ajaran Islam yang bersifat realistik dan meraikan fitrah manusia ini, dicemarkan oleh sebahagian daripada kita yang terlampau bersemangat dalam membasmi masalah gejala sosial, sehingga dalam sedar atau tidak sedar mereka turut membasmi fitrah manusia dan menjadikan ajaran Islam seolah-olah hanya merupakan fantasi kehidupan yang tidak pernah wujud.
Islam datang bukan untuk berkata: “Jangan menyintai dan buang perasaan cinta itu”, tetapi datang dengan mengajarkan kita bahawa andainya kamu jatuh cinta, maka barhati-hatilah agar cinta itu tidak membuatkan kamu terpesong daripada kebenaran.
Islam juga datang bukan untuk mengatakan kepada kita: “Jangan kamu membenci sesama kamu”, tetapi datang untuk mengajarkan andainya kamu membenci seseorang maka biarlah berpada-pada jangan sampai membutakan kamu daripada kebenaran.
Jatuh cinta adalah perkara yang tidak mampu dikawal, hal itu terletak pada kuasa Allah dan Allah tidak akan menzalimi hambaNya dengan membebankan mereka dengan perkara-perkara yang tidak mereka mampu melakukannya. Masalah yang diperbahaskan dalam ilmu usul fiqh sebagai التكليف بما لا يطاق / Attaklif bima la yutaq.
Sedangkan Nabi sendiri pun meminta pengecualian daripada Allah dalam urusan berlaku adil antara isterinya dalam perkara yang melibatkan hati dan perasaan.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْسِمُ بَيْنَ نِسَائِهِ فَيَعْدِلُ، وَيَقُولُ: (اللَّهُمَّ هَذِهِ قِسْمَتِي فِيمَا أَمْلِكُ فَلَا تَلُمْنِي فِيمَا تَمْلِكُ وَلَا أَمْلِكُ). قال الترمذي: إِنَّمَا يَعْنِي بِهِ الْحُبَّ وَالْمَوَدَّةَ كَذَا فَسَّرَهُ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ. أخرجه الترمذي (1140)، وأبو داود (2134)، والنسائي (7/63).
Maksudnya: “Daripada Aisyah bahawa Nabi membahagikan antara isteri-isterinya dengan adil dan dia berkata: (Ya Allah, ini adalah pembahagian aku daripada apa yang aku miliki, janganlah Engkau mencela aku pada perkara yang Engkau miliki tapi tidak aku miliki). Berkata Imam Tirmizi: Sesungguhnya yang dimaksudkan itu adalah perasaan cinta dan sayang sebagaimana tafsiran ahli ilmu. Hadith dikeluarkan oleh Imam Tirmizi (1140), Imam Abu Daud (2134), dan Imam Nasa’I (7/63).
Jelas melalui hadith tersebut bahawa perasaan cinta dan sayang tidak mampu dikawal oleh manusia. Mustahil bagi seorang lelaki yang beristeri empat contohnya mahu berlaku adil terhadap isteri-isterinya dalam soal hati dan perasaan. Sebab itu Nabi sendiri memohon kepada Allah supaya tidak mencelanya pada perkara yang tidak dimiliki olehnya dan tidak termampu baginya untuk melakukan.
Hal sebegini disedari dengan baik oleh para sahabat. Dalam suatu kisah yang melibatkan Sayyidina Umar sendiri diceritakan bahawa telah datang kepadanya seorang lelaki dan berkata: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya aku telah melihat seorang perempuan lalu aku jatuh cinta kepadanya”. Lalu Sayyidina Umar Bin Khattab berkata: “Itu adalah perkara yang tidak mampu dikawal”. Rujuk Al-Jawab Al-Kafi oleh Ibnul Qayyim, m/s 164, cetakan Darul Kutubil Ilmiyyah.
Hal ini berlaku kerana sememangnya manusia itu akan mudah jatuh cinta kepada sesiapa yang berkongsi keserasian dengannya, bak sabda Nabi dalam sebuah hadith:
الأرواح جنود مجندة فما تعارف منها ائتلف وما تناكر منها اختلف. أخرجه البخارى (3/1213، رقم 3158).
Maksudnya: (Roh-roh itu adalah ibarat tentera yang saling berpasangan, mana-mana roh yang secocok maka roh-roh itu akan bersatu, mana-mana roh yang tak secocok maka roh-roh itu akan berselisih). Dikeluarkan oleh Imam Bukhari (3/1213, no 3158).
CONTOH-CONTOH KEKELIRUAN
1) "Astaghfirullahalazim! Apa yang telah aku lakukan? Bukankah berhubung dengan berlainan mahram sehingga membibitkan perasaan cinta itu HARAM berdosa"
Komen saya: Alangkah jahilnya. Bagaimana mungkin perasaan cinta yang timbul dalam hati itu dianggap haram dan berdosa???
2) Zinanya hati ini berlaku apabila hati kita menginginkan sesuatu yang haram bagi kita secara berlebih-lebihan. Sebagai contoh, keinginan itu seperti ingin dirindui, dicintai, dibelai, mengingati si dia lebih daripada kita mengingati Tuhan.
Komen saya: Masih gagal memahami maksud zina hati dengan baik. Yang pertama katanya zina hati adalah: Menginginkan perkara haram secara berlebihan. Kalau begitu, menginginkan perkara haram secara tak berlebihan tu kira oklah ya???
Yang kedua, contoh yang diberikan itu satu pun tidak termasuk dalam zina hati, hal-hal itu bukan termasuk dalam bab zina hati, tetapi termasuk dalam bab lagho dan melakukan perkara yang harus dengan berlebihan.
3) Seorang lelaki teringatkan perempuan, itu zina hati kan? Saya pun kurang jelas dgn konsep zina hati ni. Jadi maknanye kalau teringat saja kat bukan mahram kite tu dah kira zina ya? Satu lagi, lelaki tersebut sahaja yg berdosa atau pun keduanya?
Komen saya: Lelaki ingatkan perempuan itu zina hati? Perempuan ingatkan lelaki zina hati? Heheh… luasnya skop. Kalau macam tu, lelaki lepas ni janganlah ingat kepada ustazah kat sekolah, perempuan pula jangan ingatkan ustaz kat sekolah. Itu semua zina hati tu, berdosa tau tak…hehe. Come on lah, sudahlah maksud zina hati itu pun tak faham, mudah-mudah sahaja memberi pandangan.
Adapun soal siapa yang berdosa dalam hal ini, jawabnya tiada sesiapa yang berdosa baik lelaki mahupun perempuan kerana itu bukan zina hati.
4) Saya ada kemusykilan di sini. Seandainya pasangan ini sudah berniat untuk berkahwin, adakah rindu antara mreka juga dikatakan zina hati?
Maka menjawablah seorang ustazah: “Yap!! selagi belum berkahwin”.
Komen saya: Soalannya bagus. Tetapi jawapan yang diberikan oleh ustazah itu cukup mengecewakan. Ustazah, tolonglah fahami maksud zina hati itu dengan baik sebelum memberikan jawapan. Boleh ustazah?
5) Dalam tak sedar, kita boleh melakukan zina. Benda yang kita tak nampak, tapi dosa besar. Dalam diam, kita dah lakukan zina. Bukan dari luaran, tapi dalaman. Astghfirullahala'zim. Kita sekarang terlalu terdedah dengan benda-benda yang lagho. Lupa mengingati Allah.
Komen saya: Dosa besar??? Sejak bila pula zina tangan, kaki, mata, mulut, hati itu tergolong dalam dosa besar??? Telah saya jelaskan bahawa itu semua termasuk dalam kategori dosa kecil yang disebut sebagai Al-Lamam. Dosa sebegini terampun hanya dengan melakukan perkara kebaikan biasa seperti berwudhuk, solat, zikir dan sebagainya lagi tanpa memerlukan taubat khusus.
Soal lagho dan lupa mengingati Allah itu soal lain. Kalau nak bercerita tentang lupa mengingati Allah ni, semua manusia tidak terlepas termasuklah para sahabat Nabi terdahulu kerana kita adalah manusia bukan malaikat. Cubalah menjadi manusia yang baik, jangan cuba menjadi malaikat.
Seorang sahabat Nabi bernama Hanzalah mengadu kepada Nabi dengan berkata: “Wahai Nabi, sesungguhnya Hanzalah telah menjadi munafiq”. Nabi berkata: (Apa maksudmu?). Kata Hanzalah: “Apabila kami berada bersama Kamu, kami ingat kepada Akhirat, tetapi apabila kami pulang bersama keluarga, anak-anak, dan harta kami, kami banyak lupa”. Sabda Nabi: (Demi Allah yang diriku dalam kekuasaanNya, kalau kamu terus kekal seperti hal kamu ketika bersamaku, nescaya malaikat akan berjabat tangan dengan kamu di bilik kamu dan jalan-jalan. Tetapi Hanzalah, ada masa masanya). Riwayat Imam Muslim (8/95, no 4937)
6) Jika kita rindu seseorang ajnabi kerana kita memang couple dengan dia, tak kiralah berjumpa atau tidak, itu dikira zina hati. Kalau tak couple, tapi mungkin minat, dan lama-lama jadi rindu jika tak berjumpa, pada mulanya fitrah, tetapi apabila tak dikawal, dielak, tak mujahadah, itu boleh menjadi zina hati.
Komen saya: Pulak dah, ada beza pula ya antara yang bercouple dengan tak bercouple. Jawapan yang langsung tiada asas ilmu, sekadar mengagak-agak.
7) Saya selalu digosip kawan-kawan dengan seseorang, bila nama orang tu disebut-sebut, saya akan teringat kepada dia dan ini menyebabkan saya terpalit dengan dosa zina hati kerana mengingati seseorang yang bukan mahram dengan saya. Astaghfirullah, moga-moga Allah mengampuni dosa saya.
Komen saya: Oh ya ke, kalau begitu lepas ni janganlah ingat langsung kepada sesiapa yang bukan mahram anda. Sepupu anda, cikgu anda, pak guard sekolah anda, perdana menteri Negara anda, kerana itu semua bukan mahram anda tu. Zina hati tu… Hai, mudah-mudah saja membuat hukum ya.
8) Nak tanya sekejap. Zina hati tu dikira apabila kita teringat seseorang yg berlainan jantina untuk seketika atau teringat selalu hingga termenung?
Menjawablah seorang rakannya: “Teringat seketika atau selalu tetap salah. Sebab kita ni kena selalu ingat kepada ALLAH”.
Komen saya: Hohohoho…I’m speechless. Tak sangka, ada juga jawapan sebegini. Teringat seketika pun tak boleh ya, kena selalu ingat Allah sepanjang masa 100 peratus ya. Macam tu sahabat Nabi pun kalah dengan awak. Hebat betul awak ya, sama taraf dengan malaikat.
Dalam Al-Qur’an pun Allah tak suruh kita ingat kepadaNya sentiasa kerana itu adalah perkara yang mustahil dan ulama menyebut bahawa Allah tidak sekali-kali membebankan manusia dengan perkara yang mustahil untuk dilakukan.
Sebab itu, Allah hanya menyuruh kita supaya banyak ingat kepadaNya, bukan selalu ingat kepadaNya. Firman Allah dalam Surah Al-Ahzab, ayat ke-41:
((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً))
Maksudnya: ((Wahai orang-orang yang beriman, ingatilah Allah dengan ingatan yang banyak)).
9) Sekarang ni saya tengah buntu. Saya sekarang bercinta dengan seseorang. Tapi kami mahukan perhubungan kami diredhai Allah. Tetapi baru-baru ni saya ada baca nota yang mengatakan bercinta adalah haram dalam Islam. Betul ke? bercinta juga mendekatkan diri kepada zina iaitu zina hati. merindui dan mengingati antara satu sama lain. Jadi, apakah yg perlu saya buat?
Maka berfatwalah seorang rakannya: “Bercinta tu memang haram. Bila dah bercinta kita selalu rindu, kadang-kadang ingat kat dia dan macam-macam lagi. Itulah yang dinamakan zina hati. Sebab itu, bercintalah selepas kawin.
Komen saya: Sama juga masalah dengan mereka yang sebelum ni. Keliru dengan maksud bercinta, lepas tu tak memahami erti zina hati.
Adapun soal bercinta sebelum atau selepas kahwin, kalau dimaksudkan dengan perasaan cinta, maka bagi saya perasaan cinta itu perlu ada sebelum kahwin bukan selepas kahwin, manakala aktiviti percintaan itulah yang dilakukan selepas kahwin. Sebab itu Nabi menyuruh sahabatnya kalau nak melamar perempuan tu tengok dulu, supaya timbul perasaan cinta dalam hati. Kalau setelah melihat tapi tidak timbul rasa cinta dan berkenan tu, maka cari yang lain.
9) Bagi saya memang zina hati susah utk dihindari terutama zaman sekarang. Lebih-lebih lagi zaman teknologi sekarang. Walaupun dengan bermesej, boleh diragukan kita buat zina tangan. Itu zina tangan, kalau dah zina luaran, macam mana pula dalaman?
Komen saya: Astaghfirullah, pandangan yang penuh dengan ta’annut dan tasyaddud. Gagal dalam memahami maksud zina hati dan zina kecil yang lain. Bermesej di telefon itu zina tangan?? Kalau anda bermesej mengajak kepada persetubuhan, semestinya itu zina tangan, tapi kalau sekadar bertegur sapa pun nak dilabelkan sebagai zina, maka anda tersasar jauh.
Memang berhubung antara lelaki dan perempuan hanya perlu apabila ada keperluan. Tapi kalau tiada keperluan dan sekadar menggatal, tidak boleh sewenang-wenangnya dengan mudah mengkategorikan hal itu dalam bab zina tangan tetapi dikategorikan dalam bab buat perkara lagho tak berfaedah.
Sudahlah gagal memahami maksud zina-zina kecil tu, gagal pula membezakan antara mereka yang melakukan zina kecil dengan mereka yang melakukan perkara-perkara lagho tak berfaedah.
10) Zina hati sebenarnya apabila kita mengingati seseorang secara berlebih-lebihan.
Komen saya: Fahaman yang juga tersasar.
11) Macam mana kalau teringatkan lelaki yang kita hanya pernah berjumpa dengannya dalam mimpi, tapi kita tak kenal pun kat alam nyata ni, kira zina hati juga ke?
Komen saya: Lihat bagaimana kegagalan memahami maksud zina hati menyebabkan timbulnya soalan-soalan yang tak sepatutnya timbul.
12) Saya pun ada juga zina hati ni kerana teringatkan kawan lelaki. Nak buat macam mana nobody's perfect except our prophet. Tapi macam yang dah dinasihatkan oleh rakan supaya bila teringatkan seseorang (si dia) kita hendaklah membaca Al-fatihah supaya kita ingat dia kerana Allah.
Komen saya: Gagal dalam memahami zina hati dan mengenal pasti penyakit sebenar, kemudian cuba mereka-reka ubat sendiri. Baca Al-fatihah supaya kita ingat dia kerana Allah??? Hehe…lucu juga dengan petua yang diberikan.
13) Memang susah nak hindari zina hati. Susah sangat. Apabila teringatkan si dia, susah nak lupakan. Tapi nak tanya ni, apa dosanya kalau kita buat orang lain zina hati? Contohnya: Kita buat orang lain berkenan kat kita.
Komen saya: Masih juga tak faham-faham dengan maksud zina hati.
14) Zina hati yang paling ketara dalam jiwa remaja zaman sekarang adalah kamu merindui si dia, kamu sentiasa terbayang si dia, kamu tak dating, tak jumpa dgn si dia, tak keluar makan-makan, tapi kamu masih terbayang pada si dia. Bukti yang paling ketara, inbox kamu penuh dgn mesej si dia. Bayangkan sahaja, seorang remaja yg cukup komited dgn dakwah tetapi mereka bercinta. Bayangkan presiden BADAR kat sekolah bercinta. Ya Allah! tak dating, tak keluar makan-makan, tak berutus surat, tapi saling berbalas mesej dengan beralasankan "Eh takpe, aku hantar mesej pasal hadis la kat dia. Saling nasihat menasihati". Astaghfirullah, itulah contoh-contoh zina hati. Nama pun hati, mesti la dalam hati. Betul tak?
Komen saya: Tak betul langsung. Saudara, itu tidak termasuk dalam bab zina hati. Itu gedik dan mengada-ngada termasuk dalam bab buat perkara-perkara tak berfaedah atau lagha. Saya lebih suka mengistilahkan percintaan sebegitu sebagai percintaan yang “poyo”. Percintaan pra-matang remaja baru nak up.
Sabda Nabi: (Antara keelokan Islam seseorang itu, dia meninggalkan apa yang tak patut baginya). Diriwayatkan oleh Imam Tirmizi (4/558, no 2317) dan dia berkata: Gharib. Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2/1315, no 3976) dan Ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya (1/466, no 229).
14) Sebenarnya, saya ada satu soalan. Begini, seorang lelaki amat menyayangi seorang perempuan bukan mahram ini, tetapi dia tidak merinduinya. Adakah ini tergolong dalam zina hati juga? Sebab saya masih tak berapa jelas dengan maksud zina hati.
Komen saya: Apabila gagal untuk memahami zina hati dengan baik, kemudian dimomokkan pula dengan fahaman-fahaman yang salah tentang zina hati, maka diri sendiri mencari jalan keluar dengan mereka-reka perkara yang tak masuk akal. Seorang kekasih menyintai kekasihnya, tetapi mereka tidak rindu, adakah ini juga termasuk dalam zina hati? Ahaha…
Tolonglah fahami maksud zina hati itu dengan baik, perasaan cinta antara kekasih dengan kekasihnya tidak dikira zina hati, juga perasaan rindu. Kalaupun perasaan cinta dan rindu itu melampaui batas, itu tidak termasuk dalam bab zina hati, itu termasuk dalam bab berlebih-lebih dalam perkara-perkara yang harus. Yang menjadi zina hati adalah perasaan atau keinginan hati untuk melakukan dosa zina iaitu bersetubuh dengan kekasih tersebut. Faham!!!
15) Saya takut diri saya terjebak dengan “zina hati” apabila saya teringat pasal si dia. Biasanya, saya akan membayangkan saat-saat kami berjumpa, kata-kata dia dan kadang-kadang saya macam berangan-angan berumah tangga dengan dia. Selalu terbayang dalam fikiran saya, kehidupan kami sebagai suami isteri contohnya, saya masak untuk dia, bermesra dengan anak-anak dan sebagainya. Itu memang selalu saya fikirkan. Adakah itu salah satu dari “zina hati”? Saya juga tak boleh kawal perasaan rindu setelah kami berjauhan. Perasaan tu la yang buat saya lalai sedikit sebanyak. Saya cuba tenangkan fikiran saya dengan solat sunat, baca Al-Quran tapi tu tak kekal lama.
Komen saya: Amboi-amboi, jauhnya akak berkhayal. Itu bukan zina hati tu kak, itu angau namanya. A N G A U: Angau. Parah benar nampaknya tu. Walaupun bukan termasuk dalam zina hati, tetapi eloklah dielakkan perkara-perkara lagho sebegitu, sibukkan diri dengan perkara-perkara berfaedah, jangan sampai terbuang masa kerana berkhayal.
16) Saya telah mengambil keputusan meninggalkan pasangan saya kerana saya tahu ianya sesuatu yang bertentangan dengan Islam. Dan alhamdulillah saya juga telah mengambil langkah dengan bernikah dengan seorang gadis melalui cara yang lebih baik iaitu melalui pernikahan secara Islamik.
Komen saya: Astaghfirullah, bercinta dengan seorang gadis, kemudian merasakan perkara itu sebagai salah lalu memutuskan hubungan. Kemudian mengambil langkah penyelesaian dengan berkahwin dengan gadis lain?
Mengapalah “terlampau cerdik” sampai ke tahap ini??? Kalaupun anda merasakan hubungan anda itu salah dan berdosa, apa yang anda perlu lakukan adalah bertaubat daripada dosa dan membaiki dosa tersebut.
Firman Allah dalam Surah Al-Ma’idah, ayat ke-39.
((فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ))
Maksudnya: ((Sesiapa yang bertaubat selepas kezaliman yang dilakukan dan membaiki kesilapannya maka sesungguhnya Allah akan mengampunkan dosa ke atasnya)).
Seorang pencuri, apabila sedar dan insaf atas dosa yang dibuat, maka dia perlu bertaubat daripada dosa mencuri tersebut, dan membaiki dosa tersebut dengan memulangkan kembali segala barang-barang yang dicuri.
Seorang lelaki yang bercinta dengan seorang perempuan sehingga terjebak ke dalam perkara-perkara dosa, apabila sedar dan insaf perlulah bertaubat daripada dosa yang dilakukan, dan membaiki dosa tersebut. Bagaimana untuk membaiki dosa tersebut? Iaitulah dengan mengahwini perempuan itu.
Bukannya dengan memutuskan hubungan dan kemudian berkahwin dengan perempuan lain. Mengapa mahu berkahwin dengan perempuan lain sedangkan si dia ada dan masih menyimpan cintanya terhadap kamu?
Adakah pada pandangan anda perempuan itu tidak layak diperisterikan kerana sudah ternoda? Ooo, kiranya kamu bersihlah tiada noda? Siapa yang menodainya? Kamu juga. Kononnya nak mencari yang suci bersih walhal diri sendiri terpalit dengan kekotoran. Jenis manusia yang tak sedar diri.
17) Ana dulu pun couple gak. Sejak sekolah sampai dah masuk universiti, dekat nak gred. Tapi apabila ana sedar apa yang ana buat ni salah, ana terus tinggalkan walhal ana siap dah fikir, dialah bakal isteri ana, yang akan jadi ibu kepada anak-anak ana.
Komen saya: Ke’tidak cerdikan’ yang sama berulang. Anda dah punya niat suci untuk memperisterikannya, kemudian memutuskan hubungan itu setelah merasakan hubungan itu salah pada pandangan anda.
Sepatutnya, baikilah apa yang anda rasakan salah itu dan teruskan niat suci anda untuk memperisterikannya. Semudah itu pun masih tak faham? Mengapa masih juga mengambil tindakan yang tak cerdik?
MANHAJ DALAM MEMAHAMI AGAMA
Tidak dinafikan, adakalanya mereka yang baru menceburkan diri dalam bidang dakwah atau mereka yang baru menemui jalan keinsafan, mereka mempunyai semangat yang meluap-luap berjuang untuk Islam. Tapi masalahanya semangat yang meluap-luap tanpa latar belakang ilmu yang kuat boleh menyebabkan perjuangan yang dibawa itu merosakkan lebih daripada membaiki.
Semua tak boleh, itu zina, ini zina, itu haram, ini haram sehingga menyempitkan ajaran Islam yang luas dan membesar-besarkan perkara lebih daripada skop asalnya.
Walhal manhaj dakwah yang sebenarnya adalah manhaj berasaskan وسطية /wasatiyyah (pertengahan). Tidak dinafikan, kalau orang itu dilihat mempermudah-mudahkan urusan agama maka kita perlu memberikan peringatan keras kepada mereka. Sebaliknya pula kalau orang itu dilihat terlalu memayah-mayahkan agama maka kita perlu memudahkannya bagi mereka. Namun, semua itu perlu dilakukan atas dasar ilmu. Bukan sewenang-wenangnya.
Sebagai contoh, apabila wujud sebahagian daripada sahabat Nabi mempermudah-mudahkan urusan berwudhuk sehingga tidak meratakan air ke tempat-tempat yang sepatutnya, maka Nabi memberikan amaran keras kepada mereka berupa seksaan api neraka.
Sebaliknya apabila ada pula sebahagian sahabat yang memayah-mayahkan urusan berwudhuk sehingga membasuh anggota wudhuk secara berlebihan, maka Nabi berkata bahawa basuhan wudhuk itu hanya tiga kali. Andainya masih wujud keraguan dalam hati tidak rata, maka usah dilayan, itu hanya was-was syaitan.
Caranya adalah bersikap keras kepada mereka yang nampak mempermudah-mudahkan agama, dan bermudah-mudah bagi mereka yang nampak memayah-mayahkan agama. Tetapi perlu diletakkan dalam kepala bahawa tujuan akhirnya adalah supaya kedua-dua golongan tersebut kembali kepada kesederhanaan dalam beragama.
Kata Imam Syatibi: Andai kamu melihat kepada keseluruhan syariat maka engkau akan dapati syariat itu cenderung kepada pertengahan. Andai kamu melihat ada kecenderungan kepada sisi terlampau memudahkan atau sisi terlampau menyusahkan maka itu bagi berhadapan dengan lawannya daripada sisi lain.
Sisi memayahkan (kebanyakannya pada menakutkan, menggerunkan, melarang) didatangkan bagi berdepan dengan mereka yang cenderung mempermudahkan agama.
Sisi memudahkan (kebanyakannya pada pengharapan, galakan, dan rukhsah kemudahan) didatangkan bagi mereka yang cenderung memayahkan agama.
Kalau tiada masalah pada kedua-duanya maka aku melihat pertengahan itu lebih utama, dan jalan kesederhanaan itu jelas, dan itulah kaedah asal yang menjadi rujukan dan pusat yang menjadi tempat pergantungan”. (Rujuk Kitab Al-Muwafaqat oleh Imam Syatibi, jilid 2 , m/s 286, cetakan Dar Ibni Affan)
Janganlah terlampau mempermudahkan dan jangan terlampau menyusahkan. Ambil jalan pertengahan. Untuk pesakit darah tinggi, berikan ubat yang menurunkan kadar tekanan darahnya kepada kadar tekanan normal. Pesakit darah rendah pula, berikan ubat yang meninggikan kadar tekanan darahnya kepada kadar tekanan tahap normal. Apa yang penting adalah memastikan kenormalan tekanan darahnya.
Akhir kata, semoga segala penjelasan itu dapat dicerna dengan baik. Andai timbul sebarang persoalan tak faham lagi berkenaan zina hati, maka bak kata rakan saya: “Sila hantukkan kepala anda ke dinding”….hehe sekadar bergurau. Jangan lagi membesarkan isu lebih daripada skop yang sepatutnya.
Sememangnya muhasabah diri sama ada terpalit dengan dosa atau tidak itu memang sesuatu yang bagus. Tapi men’dosa’kan diri dengan perkara yang bukan dosa itu bukan daripada ajaran agama, itu adalah ta’annut dan tasyaddud yang ditegah dalam beragama.
Islam tidak datang untuk menjadi musuh kepada naluri dan perasaan manusia tetapi untuk memberikan pedoman dan tunjuk ajar supaya manusia dapat mengawal naluri dan perasaannya ke arah kebaikan. Dengan itu dapatlah kita menjadi manusia yang baik bukan menjadi malaikat yang baik.
Sekian,terima kasih.
Wallahua'alam.
Semoga bermanfaat untuk sahabat-sahabatku.
Perkongsian dari sebuah blogger.
Subscribe to:
Posts (Atom)